TRIBUNHEALTH.COM - Viral peneliti asal Indonesia mengembangkan rumah dari bekas popok sekali pakai atau diapers.
Temuan ini merupakan bagian dari studi doktoralnya di University of Kitakyushu di Jepang.
Penggunaan popok bekas ini dapat menggantikan antara 9 hingga 40 persen penggunaan pasir dalam campuran beton.
Temuan ini menjadi jawaban dari dua masalah lingkungan sekaligus, yakni mengurangi sampah popok sekaligus menghemat penggunaan bahan baku bangunan.
Dialah Siswanti Zuraida, peneliti asal Indonesia di University of Kitakyushu.
Zuraida memulai proyek ini saat mengajar di Instutut Sains Teknologi Bandung, sebagaimana dilansir Nature.com.
“Ini semua tentang ketersediaan sumber daya,” kata Zuraida.
Baca juga: Kelamaan Pakai Masker, Orang Jepang Lupa Cara Tersenyum, Berbondong-bondong Ikuti Pelatihan Senyum
Mengatasi masalah limbah

Ia menyoroti banyaknya limbah bekas popok sekali pakai.
Terlebih lagi di negara berkembang seperti Indonesia, di mana angka populasi penduduk terus meningkat.
Hal ini berarti jumlah sampah juga akan ikut meningkat, tak terkecuali popok bekas.
“Seiring pertumbuhan jumlah penduduk, limbah popok juga akan bertambah. Ini menantang, jadi kami pikir ini akan menjadi bagian dari kontribusi kami untuk mendaur ulang limbah ini," tandasnya.
Popok sekali pakai biasanya dibuat dari bubur kayu, kapas, dan polimer penyerap, yang telah terbukti meningkatkan sifat mekanik beton.
Dengan pendanaan dari perusahaan pengelola sampah yang berbasis di Jakarta bernama Awina, Zuraida menentukan berapa banyak pasir yang dapat diganti dengan popok parut untuk membuat beton dan mortar yang berkualitas.
Baca juga: Viral Konsep Pernikahan di Sawah, Tamu Duduk di Tengah Hamparan Padi: Lihat Aja Udah Gatal
Gantikan hingga 40 persen pasir

Awalnya, Zuraida memanfaatkan popok bekas bayinya sendiri.
Setelah popok dicuci, dikeringkan, dan dihancurkan, bahan tersebut dicampur dengan semen, pasir, kerikil, dan air.
Dia menguji campuran dengan komposisi berbeda, hingga menggantikan 40 persen pasir dengan popok bekas.
Setelah jadi, bahan dilakukan uji tekanan untuk menentukan titik putus material komposit.
Dari pengukuran tersebut, Zuraida dan rekan menghitung proporsi maksimal limbah popok yang bisa digunakan, sesuai dengan kebutuhan komponen bangunan.
Semakin banyak limbah popok dalam beton, semakin rendah kekuatan tekannya.
Oleh karena itu, komponen struktural seperti kolom dan balok memerlukan proporsi campuran popok yang lebih kecil daripada elemen arsitektural, seperti dinding dan balok beton.
Baca juga: Dari Sisi Medis, Normalkah Payudara Besar Sebelah? Waspada jika Disertai Gejala Lain

Untuk prototipe rumah satu lantai mereka, para peneliti menghitung bahwa 27 persen pasir dapat digantikan oleh limbah popok.
Tetapi jika rumah itu setinggi tiga lantai, proporsinya harus diturunkan menjadi 10 persen.
Dalam komponen arsitektural, hingga 40 persen pasir dapat digantikan oleh limbah popok, dengan proporsi tertinggi pada panel dinding beton.
Pada bagian lantai dan taman, yang harus lebih kuat dari dinding untuk memenuhi standar bangunan, hanya 9 persen pasir yang dapat diganti dengan popok.
Zuraida dan tim menggunakan beton popok buatannya untuk membangun rumah dengan ukuran 36 meter persegi.
Untuk mempercepat proses pembangunan, para peneliti menggunakan beton popok untuk komponen arsitektur dan balok logam untuk komponen struktur.
Secara total, rumah tersebut menggunakan sekitar 1,7 meter kubik limbah popok, yang merupakan sekitar 8 persen dari total volume material komposit.
Dapatkan produk kesehatan di sini
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)