TRIBUNHEALTH.COM - Seperti seluruh dunia, orang-orang di Jepang menghabiskan waktu dengan memakai masker selama beberapa tahun ke belakang.
Pemerintah Jepang akhirnya mencabut mandat pemakaian topengnya minggu lalu.
Namun rupanya masih banyak orang yang enggan melangkah keluar tanpa penutup wajah.
Kini penyebabnya bukan karena takut virus corona, tapi orang-orang di Jepang sudah lupa caranya tersenyum.
Isu ini menjadi keresahan banyak orang di Jepang, yang mengharuskan mereka mengambil pelatihan untuk mengajari bagaimana cara tersenyum tanpa terlihat palsu.
Seminar “latihan senyum” telah menjadi hal yang populer di Jepang.
Pelatihan semacam ini ramai dihadiri berbagai kalangan, mulai dari orang tua hingga yang muda.
Baca juga: Masa Darurat Pandemi Berakhir, tapi Covid-19 Masih Tetap Ada, Gejalanya Mirip dengan Flu

Firstpost.com memberitakan pelatihan senyum didominasi oleh wanita.
Tapi benarkah tidak tersenyum untuk beberapa waktu yang lama dapat menyebabkan seseorang lupa cara tersenyum?
Belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan masker dalam waktu lama memengaruhi otot wajah.
"Otot wajah dapat dilatih seperti otot lainnya, meskipun pelatihan semacam itu bisa jadi menantang, karena variabilitas yang besar di antara individu," kata Profesor Hanein, yang menjalankan laboratorium rekayasa saraf di Universitas Tel Aviv di Israel, kepada NYT.
Banyak yang banting stir jadi pelatih senyum

Keiko Kawano, seorang penyiar radio yang kini banting stir dengan mendirikan Egaoiku (diterjemahkan sebagai “pendidikan senyum”), menekankan perlunya wajah yang tersenyum.
Mempelajari cara tersenyum tidak hanya memengaruhi penampilan seseorang, tetapi juga pola pikirnya, katanya.
“Bahkan jika Anda berpikir untuk tersenyum atau bahagia, jika Anda tidak memiliki ekspresi, itu tidak akan sampai ke penonton,” katanya.
Sesi serupa diselenggarakan di pusat perawatan lansia di Tokyo awal bulan ini untuk membantu orang Jepang yang lebih tua belajar bagaimana tersenyum lagi.
Akiko Takizawa, 79 tahun, yang menghadiri seminar tersebut, mengatakan kepada harian Jepang Mainichi Shimbun bahwa dia tidak menunjukkan senyumnya kepada orang lain selama pandemi karena dia tidak memiliki kesempatan untuk melihat orang.
“Saya diingatkan betapa pentingnya senyuman,” tambahnya.
Baca juga: Tanda Paru-paru Belum Sembuh dari Covid-19, Merasa Sesak Napas meski Pemeriksaan Jantung Normal
Jadi bisnis baru yang menggiurkan

Bisnis senyum memang sedang booming di Jepang.
Egaoiku dilaporkan mengadakan sesi seperti itu bahkan sebelum kebijakan pakai masker dilonggarkan.
Namunsejak Februari jumlah peserta telah meningkat “4,5 kali lipat” dibandingkan tahun lalu.
Kawano, yang menjalankan perusahaan lain bernama Egao Trainer Association, dilaporkan telah melatih setidaknya 4.000 orang cara tersenyum sejauh ini.
Dia selanjutnya membantu 700 orang menjadi "spesialis senyum" bersertifikat, menurut laporan di media lokal.
Pada tahun 2017 dia mulai mengajari orang cara tersenyum di gym.
Dia tidak memiliki pelatihan medis tetapi sesi satu jamnya berfokus pada yoga dan melatih otot zygomatik, yang menarik sudut mulut, lapor The New York Times (NYT).
Dia percaya bahwa otot tepat di bawah mata itu penting.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)