TRIBUNHEALTH.COM - Mimpi basah atau yang dikenal juga sebagai emisi nokturnal merupakan fenomena fisiologis alami di mana terjadi ejakulasi saat sedang tertidur.
Mimpi basah biasanya terjadi selama fase tidur REM dan lebih sering terjadi selama masa remaja atau remaja awal, tetapi pada dasarnya dapat terjadi pada usia berapa pun setelah pubertas.
Namun kerap ada mitos yang menyertai mimpi basah, mulai dari anggapan dapat mengurangi jumlah sperma hingga menurunkan kekebalan tubuh.
“Ini adalah fenomena umum yang terjadi selama tidur. Ada beberapa mitos seputar mimpi basah, dan penting untuk memahami faktanya,” kata Chirag Bhandari, Pendiri Institut Andrologi dan Kesehatan Seksual (IASH).
Dilansir TribunHealth.com dari IndiaTimes.com, berikut ini fakta dan mitos seputar mengenai mimpi basah.
Baca juga: Konsumsi Buah dan Sayur yang Tercemar Pestisida Dapat Pengaruhi Kualitas Sperma
Mengurangi jumlah sperma

Salah satu mitos umum adalah bahwa mimpi basah dapat menyebabkan berkurangnya jumlah sperma.
Namun, ini tidak benar karena mimpi basah tidak menyebabkan penurunan jumlah sperma.
Faktanya, mimpi basah adalah cara alami untuk mengeluarkan sperma yang lebih tua dari testis dan memungkinkan terbentuknya sperma baru yang sehat.
Baca juga: Kenali Tanda Pubertas pada Anak Laki-laki, Mulai Muncul Jerawat dan Mengalami Mimpi Basah
Menurunkan kekebalan
Menurut Dr. Bhandari, Mitos lainnya adalah mimpi basah dapat menurunkan kekebalan tubuh seseorang.
Namun, tidak ada korelasi antara imunitas dan mimpi basah.
Demikian pula, mimpi basah bukanlah tanda penyakit yang mendasarinya, dan tidak menyebabkan penyusutan penis.

Hanya terjadi selama pubertas
Ini juga merupakan mitos umum bahwa mimpi basah hanya terjadi selama masa pubertas.
Pada dasarnya mimpi basah dapat terjadi pada usia berapa pun dan kemungkinan besar disebabkan oleh perubahan hormonal.
Baca juga: Penelitian Ilmiah Ungkap Paparan Sinar Biru dari Gadget Berpotensi Sebabkan Pubertas Dini
Sarankan konsultasi jika disertai gejala lain
“Mimpi basah berulang atau malam tiba dapat menyebabkan gejala seperti sakit kepala, kelelahan, kelelahan, kurang konsentrasi, dan perubahan suasana hati. Ini dikenal sebagai sindrom pikiran, dan dapat diobati dengan berkonsultasi dengan ahli kesehatan pria,” Dr. Bhandari.
Dapatkan produk kesehatan di sini
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)