TRIBUNHEALTH.COM - Penyakit tidak menular merupakan penyakit yang menyebabkan kematian di dunia termasuk Indonesia.
Perlu menjadi informasi jika penyakit ginjal kronis di dunia menempati urutan ke-11 setelah penyakit jantung, stroke, dan penyakit lainnya.
Sementara di Indonesia. penyakit ginjal kronis menduduki urutan ke-10, yaitu sejumlah 42.130.
Di dunia, penyakit ginjal kronis menunjukkan jumlah yang terbilang besar, yaitu 1.427.231.
Prevalensi penyakit ginjal kronis lebih banyak dialami oleh laki-laki daripada perempuan.
Kejadiannya juga lebih tinggi terjadi di perkotaan dibandingkan pedesaan.
Baca juga: dr. Qori Lestari Sampaikan jika Perawatan Botox Lebih Bagus Dilakukan sebelum Kerutan Muncul

Baca juga: Penyakit HIV/AIDS Apakah Bisa Disembuhkan? Berikut Penuturan Yuanita Ani S. M.Kep.,NS, Sp.Kep.Mat
Berdasarkan prevalensi daerahnya, daerah perkotaan menujukkan premil 3,85 persen sementara pedesaan menunjukkan premil 3,84 persen.
Pernyataan ini disampaikan oleh Direktur P2PTM, Dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Kementerian Kesehatan RI edisi 07 Maret 2023.
Direktur P2PTM, Dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes menyampaikan jika penyakit tidak menular ini menyebabkan pembiayaan katastropik yang memerlukan biaya besar.
"Dimana memang yang pertama didominasi oleh jantung, kanker, stroke, kemudian yang keempatnya adalah gagal ginjal. Ini kita menghabiskan anggaran sekitar 1,9 triliun rupiah lebih yang kita habiskan untuk penanganan gagal ginjal ini," jelas Direktur P2PTM, Dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes.
Hal inilah yang menjadi persoalan kita bersama apabila seandainya jika penyakit ini bisa diturunkan maka akan mengurangi pembiayaan negara yang diperuntukkan untuk penderita gagal ginjal.
"Saya harap kedepannya masyarakat bisa lebih sehat sehingga uang ini bisa kita alihkan untuk pembangunan di bidang yang lain misalnya pembangunan sarana dan prasarana gitu ya, jalan kemudian jembatan, dan sarana prasarana kesehatan yang lebih baik," pungkas Direktur P2PTM, Dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes.
Baca juga: Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan Beberkan Pentingnya Melakukan Kontrol Asma

Baca juga: Upaya Efektif Pencegahan Asma Kambuh adalah Rutin Menggunakan Obat Pengontrol dan Pelega
Hal ini karena semakin banyak masyarakat yang sakit maka negara akan lebih berat dalam menanggulanginya.
Terdapat beberapa faktor risiko penyebab penyakit ginjal kronis (PGK) yang bisa diubah dan beberapa yang tidak bisa diubah.
Faktor risiko yang dapat diubah
1. Diabetes tipe 2
2. Hipertensi
3. Konsumsi obat pereda nyeri
4. Radang ginjal
5. Narkoba, psikotropika dan zat adiktif
Faktor risiko yang tidak dapat diubah
1. Genetik atau riwayat keluarga dengan penyakit ginjal
2. Kelahiran prematur
3. Trauma di daerah abdomen
Baca juga: Sudah Makan Banyak dan Konsumsi Susu tapi Berat Badan Tidak Bertambah, Apa Penyebabnya?

Baca juga: Dokter Spesialis Paru dan Pernapasan Sebut Kondisi Obesitas Mempersulit Tata Laksana Penyakit Asma
4. Jenis penyakit tertentu (lupus, AIDS, hepatitis C, dll)
Klik di sini untuk mendapatkan referensi vitamin guna meningkatkan daya tahan tubuh.
Baca juga: Ahli Gizi: Orang yang Menurunkan Berat Badan Boleh Mengonsumsi Susu Low Fat di Jam-jam Snack-nya
Penjelasan Direktur P2PTM, Dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Kementerian Kesehatan RI edisi 07 Maret 2023.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.