TRIBUNHEALTH.COM - Ahli Gizi Carrisa Wityadarda, M.Kes menjelaskan berbagai macam bentuk tubuh yang harus dipahami.
Sering kali masyarakat mengidentifikasi tubuh gemuk atau kurus hanya dari tampilan fisik saja.
Padahal sebenarnya, tahukah Anda bahwa tubuh gemuk atau kurus belum tentu menjadi indikator idealnya berat badan seseorang.
Baca juga: Kenali Berbagai Fungsi Daun Kelor untuk Kesehatan, Mulai Cegah Penyakit hingga Atasi Kekurangan Gizi
Karena bisa jadi, tubuh yang tampilannya tampak gemuk sebenarnya memiliki berat badan yang ideal.
Untuk menjaga kesehatan tubuh, klik disini
Dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Jabar Video, ada sejumlah klasifikasi untuk mengidentifikasi bentuk badan, adalah:
1. Tipe Endomorph

Tubuh yang memiliki banyak lemak dan terlihat berisi.
Tipe tubuh seperti ini mudah untuk menambah berat badan.
2. Tipe Mesomorph
Adalah tipe tubuh yang cenderung atletik (berotot) dan sangat mudah membakar lemak.
Baca juga: dr. Sindy Atmadja Sp.A : Gejala Campak Selalu Muncul pada Area Tubuh Bagian Tengah
3. Tipe Ectomorph
Sedangkan Ectomorph adalah kebalikan dari tipe tubuh endomorph.
Yakni tubuh tidak memiliki banyak lemak dan memiliki rangka yang kecil (ringan).

Sering kali orang menyebutnya sebagai tubuh yang kurus, padahal belum tentu. Bisa jadi massa ototnya banyak.
Waspada Obesitas
Obesitas diidentifikasikan sebagai kondisi berat badan berlebih.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa obesitas bisa memicu datangnya segala penyakit.
Sejumlah penyakit tersebut antara lain:
Baca juga: Obesitas, Disebabkan karena Konsumsi Karbohidrat Berlebihan? Ini Kata Ahli Gizi Carrisa Wityadarda
- Diabetes
- Kanker
- Stroke
- Jantung

- dan penyakit lainnya.
Untuk itu kondisi berat badan berlebih tak bisa dibiarkan karena menunjukkan lemak yang berlebih menumpuk pada tubuh hingga memicu inflamasi.
"Semakin banyak jumlah lemak di tubuh kita, semakin tinggi juga reaksi inflamasi (peradangan)," kata Carrisa.
Baca juga: Kekurangan Zat Gizi Tertentu Selama Kehamilan Diyakini Berisiko Melahirkan Anak dengan Bibir Sumbing
Karena banyaknya peradangan, otomatis sel-sel tubuh mudah rusak akhirnya rentan memicu penyakit.
Misalnya dengan kondisi obesitas kadar gula darah tinggi (LDL tinggi) dan tidak pernah olahraga (HDL rendah), akhirnya lipo protein tinggi kemudian memicu rusaknya pembuluh darah dan terjadilah stroke.
Atur Pola Makan
Untuk itu dalam mengonsumsi makanan sehari-hari, sebaiknya untuk memahami kebutuhan tubuh.
Kebutuhan ini harus diurai dengan sejumlah porsi yang cukup, yaitu:

- Kebutuhan kalori
- Kebutuhan lemak
- Kebutuhan protein
Baca juga: 4 Sayur Berikut Mengandung Protein, Mulai dari Sawi hingga Kembang Kol
- Kebutuhan cairan
- dan kebutuhan mineral.
Jika sudah diketahui, maka perlu dilakukan pembagian agar seimbang.
Dengan demikian, dapat disesuaikan dengan kebiasaan sehari-hari.

"Misalnya sebelum konsultasi senang nasi goreng setiap pagi, setelah konsultasi akan dikasi tahu kandungan kalori pada nasi dengan takaran 100 gram adalah 175 kalori, minyak."
"Untuk menghambat kalori yang berlebihan itu kita kasih sayur dan tambahkan lauk yang jangan digoreng," terang Carrisa.
Pembagian porsi makan di atas perlu disesuaikan dengan prinsip "Isi Piringku".
Yakni:
Baca juga: Konsumsi Makanan Berserat Berguna Melatih Pengunyahan Agar Perkembangan Rahang Mengalami Ekspansi
- Setengah terisi serat
- Seperempat karbohidrat kompleks
- dan seperempatnya protein.
Penjelasan Ahli Gizi Carrisa Wityadarda,M.Kes ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Jabar Video.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)