TRIBUNHEALTH.COM - Dalam kehidupan sehari-hari tentunya hampir setiap orang mengalami stres baik stres karena pekerjaan, stres lingkungan maupun stress dengan aktivitas yang sama.
Ketika mengalami stres, setiap orang pun berbeda-beda ada yang banyak makan ataupun tidak nafsu makan.
Bagaimana cara memanage ketika stress eating?
dr. Andri menjelaskan, sebenarnya berkaitan dengan emosional eating atau stress yang berkaitan dengan makanan yang paling penting adalah selalu memiliki pola makan teratur atau baik.
Artinya, akan lebih baik kita makan disaat waktunya makan baik pagi, siang atauun malam.
Diluar jam waktunya makan, disarankan tidak mengonsumsi makanan tinggi kalori.
Baca juga: dr. Andri Sp.KJ, FAPM Sampaikan Cara Mengetahui Bahwa Kita Sedang Stres
Terkadang orang menyaadari bahwa tidak banyak makan tetapi badan gemuk.
Padahal bisa saja karena mengonsumsi makanan manis-manis yang kalorinya setara dengan makanan yang dikonsumsi sehari-hari.
dr. Andri menyampaikan, pemilihan makanan juga tergolong penting.
Tetapi yang paling penting untuk mengatasi stress yaitu kembali ke pola hidup sehat.
Mulai dari pola tidur yang baik, jangan begadang karena ketika begadang biasanya semakin banyak makan.
Berolahraga agar memiliki aktivitas dan ada proses pembakaran.
Mengatur pola pikir agar bisa berhadapan dengan situasi, dan jangan menerima informasi yang tidak benar.
Baca juga: Gejala Fisik Stres yang Perlu Dipahami, Salah Satunya Nyeri Kepala
Tentunya dalam kehidupan sehari-hari setiap orang memiliki cara sendiri-sendiri untuk menghadapi stress atau tekanan hidup.
Sering dijumpai seseorang yang lebih banyak makan ketika mengalami stress atau tekanan.
Orang yang mengalami stres tersebut merasa dirinya sering merasa lapar atau membutuhkan makanan untuk meredakan stressnya.
Berbicara tentang stress, artinya sesuatu yang wajar, tidak mungkin seseorang tidak mengalami stress.
Tetapi stress yang berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama, biasanya seseorang mulai memiliki perasaan cemas seperti terbutu-buru dan tidak jelas penyebabnya.
Atau biasanya seperti perasaan tertekan dan merasa ingin keluar dari lingkungannya.
Baca juga: Tidak dengan Obat, dr. Andri, Sp. KJ Jelaskan Cara Atasi Stress Eating
dr. Andri menyampaikan bahwa setiap orang berbeda-beda ketika stress, bisa saja tidak mau makan dan bisa saja banyak makan.
Apabila sudah mengganggu kehidupan dan mempengaruhi aktivitas seperti tidak ingin melakukan apapun, maka bisa mengalami gangguan kejiwaamn.
Jangan sampai mengalami stress dan masa penyesuaian atau adaptasi yang kurang, maka menyebabkan gangguan kejiwaan.
dr. Andri mengatakan bahwa rata-rata orang stress biasanya mengalami peningkatan hormon kortisol.
Hormon kortisol dihasilkan tubuh ketika menghadapi konisi atau situasi tertentu, diantaranya saat mengalami tekanan psikis.
Saat hormon mengalami peningkatan, maka tubuh akan merasa butuh makanan atau membutuhkan gula dan membutuhkan makanan berkalori tinggi.
Baca juga: Stress Eating Berisiko Tinggi Picu Berbagai Penyakit, Dokter Gizi: Salah Satunya Alami Obesitas
Sehingga akhirnya otak mengatakan untuk selalu makan, padahal mungkin tubuh kita tidak butuh makan.
Stress dan banyak makan sekarang dikenal dengan istilah stress eating.
dr. Andri mengatakan, biasanya jika mengalami amsalah jiwa berhubungan dengan perilaku, pikiran dan perasaan, salah satunya sdalah perilaku makan.
Ketika kita stress, kita mengalami kecenderungan tubuh mengatakan "ada kebutuhan energi" padahal belum tentu tubuh membutuhkan energi karena stress tidak beraktivitas.
Terutama makanan manis, makanan gurih, tinggi garam, dan berkalori tinggi sehingga membuat seseorang merasa nyaman.
Mungkin dengan konsumsi makanan berkalori tinggi membuat seseorang merasa tenang sementara, dan meredakan stress.
Padahal sebenarnya makanan berkalori tinggi tidak meredakan stress.
Ini disampaikan pada channel YouTube KompasTV bersama dengan dr. Andri. Sp. KJ, FAPM. Seorang dokter spesialis kedokteran jiwa.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)