TRIBUNHEALH.COM - Stress eating adalah keinginan untuk makan saat stres walau tidak ada rasa lapar.
Kondisi ini barangkali umum dialami oleh setiap orang ketika sedang mengalami tekanan psikis.
Keinginan makan ini cenderung berlebih dan tak memperhatikan kandungan gizi pada makanan yang dikonsumsi.
Baca juga: Ahli Gizi Sampaikan Pentingnya Membatasi Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak untuk Kesehatan Tubuh
Akibatnya, seseorang yang tengah mengalami stress eating cenderung berisiko terkena banyak penyakit.
Dokter Spesialis Gizi Klinik, Dianda Suganda memaparkan berbagai penyakit tersebut. Di antaranya:
1. Obesitas
salah satu penyakit yang bisa diderita imbas dari stress eating adalah obesitas.

"Segera ukur lingkar pinggang setelah dirasa sudah terlalu banyak makan," ungkapnya
dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Kompas TV.
2. Hipertensi
Hipertensi atau darah tinggi menjadi salah satu imbas bila sudah terkena stress eating.
Baca juga: Penderita Hipertensi Terus Meningkat, Benarkah Marah-marah Menjadi Pemicu Terjadinya Hipertensi?
3. Diabetes
Seseorang yang mengalami stress eating cenderung banyak makan-makanan manis.
Maka penyakit yang bisa dialami akibat stress eating adalah diabetes.
Identifikasi Rasa Lapar

Lapar adalah kondisi yang menunjukkan rasa ingin segera makan.
Merupakan suatu bentuk fisiologis yang normal, maka rasa lapar ini harus segera diatasi dengan pemberian makanan.
Namun tahukah Anda, rupanya tak selamanya lapar ini merupakan suatu kondisi fisiologis.
Baca juga: Ahli Gizi Menyampaikan, Kandungan Protein dalam Susu Steril Mampu Tingkatkan Daya Tahan Tubuh
Ada pula rasa lapar yang muncul karena efek tekanan psikis, seperti stres.
Lalu bagaimana cara membedakannya?
Berdasarkan pernyataan Diana ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan untuk bisa mengidentifikasi. Seperti:
1. Intensitas

Pastikan intensitas lapar tersebut, lapar datang secara perlahan atau tiba-tiba.
Keinginan makan yang datang tiba-tiba merupakan tanda emotional eating atau stress eating.
2. Cukup
Setelah mengonsumsi makanan, apakah sudah cukup merasa kenyang?
Baca juga: 6 Makanan Bergizi yang Baik Dikonsumsi Ibu Hamil, Termasuk Wortel, Mangga, dan Telur
Jika perasaan tercukupi sudah ada dan muncul reaksi tubuh untuk berhenti, maka ini menandakan lapar yang datang adalah secara fisiologis.
Namun jika rasa lapar terus muncul, maka menjadi tanda stress eating.
Pemicu Stress Eating
Seseorang yang mengalami tekanan psikis akan cenderung mengonsumsi makanan tertentu dalam jumlah banyak.
Dalam hal ini, merujuk pada seseorang yang tengah mengalami emosional eating.

Dianda menyebutkan, bahwa penderita emosional eating cenderung akan banyak makan-makanan dengan rasa yang kuat. Seperti rasa manis atau asin.
Bila sudah dilakukan, maka biasanya akan timbul rasa puas di dalam diri si penderita.
Walaupun sebenarnya tubuh tidak menginginkannya.
Baca juga: Kelola Stres dan Konsumsi Makanan yang Sehat untuk Membantu Mengatasi Nyeri Haid, Begini Kata Dokter
"Kita harus bedakan dahulu, lapar atau emotional/stres eating," ucap Diana.
Didukung oleh Dokter Jiwa
Karena meningkatnya nafsu makan pasca mengalami tekanan psikis, banyak yang mengatakan kondisi ini sebagai stress eating.
Adalah kondisi yang dikaitkan dengan perilaku makan.
Maka membuat seseorang yang stres cenderung akan banyak makan-makanan berkalori tinggi.

Lalu membuat seseorang yang mengalaminya akan merasa nyaman.
"Merasa lebih tenang dan stress bisa berkurang, padahal sebenarnya nggak," ungkap Andri yang merupakan dokter spesialis kesehatan jiwa.
Fakta Stres Picu Banyak Makan
Andri melanjutkan, seseorang yang sedang mengalami stres cenderung memicu hormon kortisiol mengalami peningkatan.
Akhirnya menghasilkan sinyal pada tubuh untuk terus mendapatkan asupan makanan.
Baca juga: Berikut Ini Cara Hilangkan Lemak Visceral di Perut, Termasuk Olahraga Rutin dan Kontrol Stres
Asupan makanan yang dimaksud seperti mengonsumsi makanan dengan kadar gula tinggi.
"Jadi otak bilang 'yuk makan lagi makan lagi' padahal sebenarnya tubuh nggak butuh," sambung Andri.
Penjelasan Dokter Spesialis Gizi Klinik, Diana Suganda dan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa, Andri ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Kompas TV.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)