TRIBUNHEALTH.COM - Beberapa perempuan mengalami PMS atau Sindrom Pra-menstruasi.
Ketika PMS tentu akan membuat beberapa wanita mengeluhkan rasa sakit, bahkan bisa mempengaruhi kondisi psikologis.
Sering menjadi pertanyaan, sebenarnya PMS tergolong normal atau tidak.
dr. Mafisah menjelaskan, PMS hampir terjadi ke semua wanita yang memang secara funsgionalnya bisa muncul.
Tetapi sekitar 15 persen asimtomati, artinya tidak bergejala.
Ataupun bergejala tetapi tidak terlalu mempengaruhi perempuan tersebut, maka tidak merasakan apapun.
Jika dikatakan PMS normal, hampir semua wanita mengalaminya karena memang fungsional.

Baca juga: Jangan Sepelekan Sindrom Pra-Menstruasi atau PMS, Berikut Penjelasan dr. Mafisah
Tentunya tidak perlu memusingkan kenapa mengalami beberapa keluhan yang dirasa sebelum menstruasi karena semua perempuan seperti itu.
Tetapi perlu dilihat kembali gejala yang dialami.
Sebagian wanita mengalami PMS tanpa gejala dan sebagian besar mengalami perubahan emosi.
Selama gejala yang dialami ringan ataupun masih bisa ditangani, maka tidak akan menjadi masalah.
Perlu diketahui gejala PMS ini tidak ada jangka panjangnya karena muncul sebelum terjadi menstruasi.
Gejala PMS ini akan hilang setelah menstruasi, walaupun tidak hilang sempurna hampir teregresi secara signifikan ketika menstruasi.
Baca juga: Lakukan Pemeriksaan Ini Jelang Menikah agar Tidak Alami PMS, Simak Tips Dokter Berikut
PMS atau Pra-menstruasi sindrom memang munculnya sebelum menstruasi.
dr. Mafisah menyampaikan, biasanya PMS ini terjadi antara 10 sampai 14 hari sebelum menstruasi.
Karena PMS muncul di saat fase-fase ovulasi dan tentunya setiap orang juga berbeda-beda.
Gejala PMS dibagi menjadi fisik maupun psikologis.
Tetapi untuk mudahnya, ada yang membagi PMS menggunakan abjad yakni AHCD.
- A : Anxiety atau kecemasan
Kecemasan ini termasuk gejala yang paling banyak ditemukan sekitar 80 persen.
Baca juga: Mengapa Ketika Siklus Menstruasi Wanita Cenderung Mengalami Mood Swing? Begini Kata Psikolog
Perempuan yang mengalami PMS datang dengan keluhan anxiety.
Anxiety ini bisa cemas, gelisah, mudah tersinggung, dan tegang.
- H : Hyperhidrasi
DIsebut hyperhidrasi karena dirasakan seperti berat badan yang bertambah sebelum menstruasi.
Selain itu juga merasakan perut sering kembung, kaki dan tangan bengkak, maupun payudara terasa nyeri.
- C : Craving
Rasa ingin makan terus menerus, bahkan bisa saja over eating.
Bahkan bisa saja craving atau ingin sesuatu yang spesifik, seringnya adalah karbohidrat sederhana atau produk-produk makanan manis.
Baca juga: Apakah Konsumsi Minuman Dingin saat Menstruasi Memicu Terjadinya Penggumpalan Darah?
Misalkan saat hendak menstruasi merasa lebih menyukai cokelat dan makanan ataupun minuman manis lainnya.
- D : Depresi
dr. Malifah menyampaikan bahwa depresi ini prevalensinya paling kecil sekitar 20 oersen.
Tetapi sebenarnya depresi yang paling membahayakan.
Karena depresi dari tingkatannya bisa ringan misalnya merasa sering kelelahan, tidak ingin melakukan aktivitas, cenderung rendah diri.
Ketika muncul sampai depresi berat bisa saja memiliki keinginan untuk bunuh diri.
dr. Malifah mengatakan bahwa PMS tidak bisa dianggap ringan, walaupun prevalensinya 50 persen memang gejala ringan dan tidak mengganggu aktivitas.
Baca juga: Melakukan Olahraga ketika Menstruasi Bisa Meminimalisir Nyeri Haid, Begini Penjelasan dr. Binsar
Tetapi sekitar 30an persen gejalanya sudah tergolong sedang.
Sehingga sedikit banyak mengganggu aktivotas, tetapi fungsinya masih baik.
Misalkan masih bisa bekerja dengan baik walaupun mungkin ada libur atau absen.
Tetapi sekitar 15 persen atau paling banyak seringnya 5 sampai 10 persen mengalami PMS berat.
Ketika mengalami PMS berat maka sudah tidak bisa berfungsi dikehidupan sosial maupun profesionalnya.
Ini disampaikan pada channel YouTube Tribun Pontianak bersama dengan dr. Mafisah. Seorang konselor medis program centra remaja khatulistiwa PKBI daerah Kalbar.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)