TRIBUNHEALTH.COM - Kebersihan mulut yang baik diperlukan untuk menjaga kesehatan gigi dan gusi.
Kebanyakan orang sadar bahwa menyikat gigi dua kali sehari adalah salah satu praktik terpenting untuk menghilangkan plak dan bakteri serta menjaga kebersihan gigi.
Namun, menyikat gigi mungkin hanya efektif jika orang menggunakan teknik yang benar.
Artinya, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan saat menyikat gigi, satu di antaranya tidak boleh agresif.
Dilansir TribunHealth.com dari Medical News Today (MNT), berikut ini uraiannya.
Tak boleh gunakan cara agresif

Baca juga: 5 Mitos dan Disinformasi Seputar Retainer Gigi, Benarkah Bisa Rusak karena Sikat Gigi?
Orang harus menghindari gerakan 'menggergaji', yakni menyikat dengan gerakan maju mundur.
Menyikat gigi terlalu keras atau menggunakan sikat gigi berbulu keras justru dapat merusak email gigi dan gusi.
Efek dari ini mungkin termasuk sensitivitas gigi, kerusakan permanen pada enamel pelindung pada gigi, dan erosi gusi.
Orang harus menyikat menggunakan gerakan melingkar kecil, berhati-hati untuk menyikat bagian depan, belakang, dan atas setiap gigi.
Proses ini memakan waktu antara 2 dan 3 menit.
Rutin ganti sikat gigi

American Dental Association (ADA) merekomendasikan menggunakan sikat gigi yang memiliki bulu lembut.
Mereka juga menyatakan bahwa orang harus mengganti sikat gigi setiap 3 bulan atau ketika ujung sikat gigi mulai terlihat berjumbai.
Baca juga: Munculnya Plak dan Karang Gigi Bisa Dicegah, Rutin Sikat Gigi dan Flossing Jadi Cara Paling Ampuh
Pilih pasta gigi berfluoride
Fluorida berasal dari unsur dalam tanah bumi yang disebut fluor.
Banyak ahli percaya bahwa fluoride membantu mencegah gigi berlubang, dan itu adalah bahan umum dalam pasta gigi dan obat kumur.

Namun, beberapa produk gigi tidak mengandung fluoride, dan beberapa orang tidak menggunakannya sama sekali.
Bukti menunjukkan bahwa kekurangan fluoride dapat menyebabkan kerusakan gigi, bahkan jika seseorang merawat gigi mereka sebaliknya.
Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa menyikat gigi dan flossing tidak mencegah seseorang dari gigi berlubang jika mereka tidak menggunakan fluoride.
Tak boleh terlalu sering menyikat gigi

Bukti saat ini menunjukkan, banyaknya waktu yang digunakan untuk menyikat (hingga empat menit setiap kali sikat gigi) berbanding lurus dengan jumlah plak yang berkurang, dilansir TribunHealth.com dari Independet.
Artinya, semakin lama menyikat gigi, semakin banyak plak yang bisa dibersihkan.
Namun perlu ditekankan untuk tak terlalu sering menyikat gigi, lebih dari dua kali dalam sehari.
Baca juga: 8 Tips Jaga Kebersihan Gigi Anak, Beri Contoh Sikat Gigi Sejak Dini hingga Rutin Kontrol ke Dokter
Pasalnya hal ini justru bisa berdampak buruk pada kesehatan gigi.
Terlalu sering dan terlalu keras melakukan sikat gigi justru bersifat abrasif.
Artinya lapisan gigi bisa terkikis akibat dua hal tersebut.
Terutama jika menggunakan sikat gigi dengan bulu yang keras atau pasta gigi abrasif.
Perbaiki teknik menyikat gigi

Alih-alih memperbanyak frekuensi, memperbaiki teknik sikat gigi menjadi pilihan yang lebih baik.
Ada banyak teknik menyikat gigi yang berbeda yang dapat digunakan untuk menyikat gigi dengan benar.
Salah satu yang paling direkomendasikan adalah teknik “Bass” yang dimodifikasi, yang dimaksudkan untuk membersihkan pada dan di bawah garis gusi – area di mana plak pertama kali terbentuk dan kemungkinan besar menyebabkan peradangan.
Selain itu dental floss dan sikat gigi interdental juga bisa digunakan.
Studi telah menemukan bahwa kerusakan gigi dan radang gusi dapat dikurangi dengan flossing.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)