TRIBUNHEALTH.COM - Usus buntu pecah adalah kondisi yang harus diwaspadai.
Pasalnya, keadaan usus buntu pecah bisa jadi indikasi Peritonitis.
Kondisi demikian memiliki risiko tinggi terhadap kematian.
Baca juga: Peradangan Pada Usus Buntu Bisa Sebabkan Obstruksi Usus, Begini Penjelasan dr. Andreas Cahyo Nugroho
Awal mula tanda usus buntu pecah yakni nyeri perut yang berlangsung 2 hingga 3 hari.
Jika sudah merasakan gejala tersebut, perlu segera diberikan penanganan yang tepat.
Lantaran infeksi sudah menjalar di sejumlah organ yang artinya kondisi kian memburuk.
Oelh karena itu, menurut pemaparan dr. Andi Siswandi, Sp.B, pasien perlu segera mendapatkan tindakan operasi tidak lebih dari 6 jam.
"Begitu datang, kita cek semua laboratorium, rontgen, dan sebagainya, lalu dilakukan tindakan operasi," terang Andi dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video.
Baca juga: dr. Aris Ramadhani: Pemderita Usus Buntu Serangan Akut Disarankan untuk Mempercepat Operasi
Jika usia pasien masih muda, maka tindakan di atas bisa membuat pasien menjadi sembuh.
Namun jika pasien sudah lanjut usia, terutama di atas 60 tahun dan memiliki kondisi tidak stabil, maka bisa berisiko kematian.
"Jadi risiko usus buntu yang pecah adalah kematian," tegas Andi.
Oleh karena itu, ia berharap seluruh tenaga medis bisa memberikan edukasi kepada masyarakat untuk memahami bahaya dari nyeri perut.
Dengan begitu, setiap tanda yang mengarah pada diagnosa nyeri perut, pasien bisa tanggap melakukan pengobatan bersama dokter.
Usus Buntu Kronis
Penyakit usus buntu adalah suat tanda pencernaan mengalami masalah.
Dalam bahasa medis, penyakit usus buntu dikenal sebagai apendiks.
Baca juga: Nyeri Perut Akibat Usus Buntu Bisa Bertambah Parah, Segera ke Dokter jika Merasa Keadaan Makin Buruk
Sedangkan masyarakat secara awam menyebutnya sebagai umbai cacing.
Seseorang yang mengalami usus buntu, diwajibkan untuk mendapatkan penanganan dokter.
Walau terkenal sebagai penyakit yang cukup serius, sebenarnya usus buntuk telah dimiliki setiap orang.
Usus buntu yang kronis bisa menyebabkan peritonitis.
Peritonitis adalah peradangan yang terjadi pada lapisan tipis di dinding perut (peritonium).
Keadaan Peritonitis disebabkan oleh infeksi yang membuat Peritonium mengalami peradangan.
Baca juga: Pengobatan Sendiri oleh Penderita Apendisitis Tanpa Arahan Dokter Dapat Sebabkan Usus Buntu Pecah
Seseorang yang mengalami peritonitis akan menunjukkan sejumlah gejala. Di antaranya:
- Nyeri perut kanan bawah selama 2-3 hari.
- Selang 5 hari, usus akan pecah lalu berlanjut nyeri pada seluruh perut.
"Jadi awalnya peradangan saja di usus buntu."
"Bila keada tersebut terus dibiarkan, maka bisa pecah, bernanah (menginveksi peritonium)," papar Andi.
Baca juga: Jangan Sampai Usus Buntu Pecah, dr. Andreas: Cairan yang Keluar Sebabkan Peradangan di Dalam Perut
Disebut peritonius memiliki beberapa kenis, di antaranya:
1. Peritonitis difus
Adalah peradangan yang ditandai dengan rasa nyeri pada seluruh perut.
2. Peritonitis apendiks
Disebut juga sebagai penderita peritonitos sekunder.
Perbedaan Peritonitis primer dan sekunder.
Peritonitis memiliki 2 jenis, yaiti:
- Peritonitis primer
Baca juga: Alami Radang Usus Buntu, Sebaiknya Berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Apa? Ini Jawaban Dokter
Peritonitis primer merupakan suatu peradangan yang disebabkan oleh peritonium.
- Serta peritonitis sekunder
Keadaan ini bisa dipicu oleh usus buntu, lambung/ usus kecil yang pecah.
Karena organ berongganya pecah, maka cairan yang seharusnya berada di rongga keluar.
Lalu mengiritasi atau melakukan peradangan hebat pada peritonium.
Baca juga: Bisakah Kanker Usus Menurun Secara Genetik? Begini Kata dr. Kaka Renaldi Sp.PD-KGEH
Maka disimpulkan, penderita usus buntu yang pecah memiliki risiko tinggi terhadap kematian.
Penjelasan dr. Andi Siswandi, Sp.B ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)