TRIBUNHEALTH.COM - Radang usus buntu kronis merupakan peradangan yang terjadi pada usus buntu, organ yang terbentuk seperti jari dan sempit yang bercabang dari bagian pertama pada usus besar pada bagian kanan perut.
Meskipun usus buntu merupakan organ yang tidak diketahui fungsinya, namun usus buntu dapat mengalami peradangan atau penyakit.
Jika usus buntu tidak segera diatasi, ada kemungkinan usus buntu yang mengalami peradangan dapat pecah, mengeluarkan feses ke rongga perut.
Usus buntu kronis cukup sering terjadi di usia dewasa muda di indonesia.
Penyakit usus buntu kronis diketahui melalui pemeriksaan Appendicogram.
Dalam pemeriksaan tersebut pasien meminum zat kontra kemudian difoto, sehingga terlihat apakah saluran usus buntu menyempit atau benar-benar buntu pada daerah sebelum masuk ke usus buntu.

Baca juga: Celah Bibir Dapat Terjadi Akibat Mengalami Syndrom Tertentu pada Trimester Pertama Kehamilan
Ketika keadaan sudah kronis, memang operasi menjadi direncanakan atau selektif.
Tetapi ketika terjadi suatu serangan akut, atau serangan nyeri yang mendadak maka disarankan untuk mempercepat operasi.
Apabila saat ini tidak merasakan keluhan, memang harus kontrol ke dokter bedan dan sebaiknya tetap harus dioperasi.
Operasi tersebut harus direncanakan dengan baik.
Pada orang dewasa, banyak mitos-mitos yang tersebar bahwa usus buntu tersebut disebabkan oleh makanan pedas.
Karena pada makanan pedas, terutama biji sambal sulit dicerna sehingga menyangkut pada saluran usus buntu dan menyebabkan tersumbat.
Baca juga: Simak Beberapa Tanda dan Gejala Seseorang Mengalami Sleep Apnea yang Disampaikan oleh Dokter
Sebenarnya tidak ada pantangan makanan atau makanan yang terlalu harus dihindari, hanya saja memang harus dibatasi.
Penderita usus buntu diperbolehkan mengonsumsi makanan apa saja, hanya dibatasi sesuai dengan usia dan pola diet yang sehat.
Yang paling penting jika menderita usus buntu kronis, dan dari Appendicogram terlihat menyempit disarankan ke dokter bedah untuk konsultasi dan direncanakan untuk operasi.
Ini disampaikan pada channel YouTube KompasTV bersama dengan dr. Aris Ramadhani, Sp.B. Seorang dokter spesialis bedah. Rabu (6/10/2021)
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)