TRIBUNHEALTH.COM - Orang-orang di seluruh dunia terobsesi dengan diet ketogenik rendah karbohidrat dan tinggi lemak, untuk menurunkan berat badan.
Namun terlepas dari popularitas besar diet ini, para ahli dan dokter masih mengkhawatirkan keamanannya.
Ada penelitian yang mengklaim mengikuti diet keto untuk waktu yang lama dapat menyebabkan masalah kardiovaskular dan hati, dilansir TribunHealth.com dari India Times.
Berikut ini kelebihan dan kekurangan diet keto berdasarkan penelitian.
Pria dan wanita merespon dengan cara berbeda
Sebuah studi tahun 2019 menunjukkan bahwa wanita harus sangat berhati-hati saat mengadopsi diet ini karena diet ini mungkin memiliki efek samping yang serius bagi mereka.
Menurut penelitian yang dipresentasikan pada pertemuan tahunan Masyarakat Endokrin oleh para peneliti dari Universitas Lowa itu, pria dan wanita bereaksi berbeda saat menjalani diet ketogenik.
Kesimpulan ini ditarik berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tikus.
Ditemukan bahwa tikus betina tidak mengalami kehilangan lemak yang signifikan seperti laki-laki dan lebih mungkin untuk menunjukkan gangguan kontrol gula darah.
Baca juga: Sedang Merencanakan Diet Rendah Karbohidrat? Ini Makanan yang Boleh dan Tidak Boleh Dikonsumsi
Hasil penelitian menjelaskan perbedaan tingkat keberhasilan diet.
Peneliti utama, Jesse Cochran, mengatakan bahwa sulit untuk mengatakan dengan tepat bagaimana seseorang merespons diet keto.
Jadi, orang harus berkonsultasi dengan ahli gizi sebelum memulainya.
Sementara pria dan wanita mengklaim bahwa diet keto bekerja untuk mereka, penelitian memiliki hasil yang beragam.
Baca juga: Almond, Air Putih, dan Sederet Hal Ini Bisa Menekan Rasa Lapar Secara Alami, Cocok untuk Diet
Beberapa penelitian yang hanya berfokus pada wanita menemukan bahwa tidak ada korelasi antara memotong karbohidrat dan penurunan berat badan.
Ahli diet juga telah memperingatkan bahwa tidak ada cukup data untuk mengklaim bahwa diet tersebut benar-benar tidak berbahaya.
Potensi risiko diet termasuk masalah hati dan ginjal, masalah kekurangan gizi dan terlalu banyak lemak jenuh tinggi dalam tubuh.
Hormon seks mungkin berpengaruh
Dalam studi tersebut, setengah dari tikus menjalani diet ketogenik sementara separuh lainnya menjalani diet terkontrol secara teratur.
Diet kontrol termasuk tujuh persen lemak, 47 persen karbohidrat dan 19 persen protein.
Sedangkan diet keto mencakup 75 persen lemak, tiga persen karbohidrat, dan delapan persen protein.
Penurunan berat badan dari diet keto hanya terjadi pada tikus jantan.
Baca juga: Tak Selalu Berhasil, Pakar Ingatkan Diet Keto Bisa Berdampak Buruk untuk Kesehatan
Mereka mengalami kehilangan lemak yang signifikan dalam 15 hari sementara tikus betina tidak mengalami perubahan berat badan.
Padahal tikus betina tanpa estrogen merespon diet keto dengan pola lemak dan penurunan berat badan yang diharapkan.
Studi tersebut menyimpulkan bahwa hormon seks dapat memodulasi cara tikus jantan versus betina merespons diet keto.
Efek samping
Tikus jantan yang menjalani diet keto memiliki tanda-tanda fibrosis dan penyimpanan lemak yang lebih jelas daripada tikus betina yang menjalani diet keto.
Karena melibatkan metabolisme lemak yang tinggi, yang dapat menyebabkan peningkatan kemungkinan masalah hati.
Kesimpulan
Penelitian ini jauh dari konklusif karena sebuah penelitian kecil tahun 2007 menemukan bahwa diet keto selama enam bulan dapat memperbaiki penyakit hati berlemak pada kelompok yang terdiri dari lima pasien.
Baca juga: Benarkah Diet Keto Berbahaya untuk Tubuh? Simak Penjelasan dr. Tan Shot Yen Berikut Ini
Cochran juga mengatakan bahwa dia atau timnya tidak akan merekomendasikan diet ini kepada pria atau wanita sampai efek dan mekanisme diet tersebut dipahami dengan lebih baik.
Jelas, penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum diet ini dapat direkomendasikan kepada manusia untuk tujuan penurunan berat badan, tambah Cochran.
(TribunHealth.com/Nur)