TRIBUNHEALTH.COM - Sistem saraf merupakan sistem organ yang terdiri atas serabut saraf yang tersusun atas sel-sel saraf yang saling terhubung dan esensial untuk persepsi sensoris indrawi, aktivitas motorik volunter dan involunter organ atau jaringan tubuh, dan homeostatis berbagai proses fisiologis tubuh.
Sama seperti organ tubuh lainnya, saraf juga bisa mengalami gangguan.
Gangguan yang kerap dikeluhkan sebagian besar orang adalah terjadinya saraf kejepit.
Saraf kejepit atau radikulopati terjadi ketika jaringan di sekitar saraf seperti tulang, otot, tendon, dan tulang rawan memberikan terlalu banyak tekanan pada suatu area saraf.
Tekanan tidak wajar tersebut akan mengganggu fungsi normal saraf.
Baca juga: Benarkah Penggunaan Gigi Palsu Bisa Menyebabkan Rasa Ngilu? Begini Tanggapan drg. Muhammad Ikbal

Baca juga: drg. Muhammad Ikbal, Sp.Pros Paparkan Perawatan Jenis Gigi Palsu Lepasan dan Gigi Palsu Permanen
Dalam dunia kedokteran, saraf kejepit biasa disebut dengan istilah hernia pulposus (HNP) atau herniated disc.
Pernyataan ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Neurologi, dr. Ermawati Sudarsono, Sp.N yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribunnews program Healthy Talk.
Penyebab terjadinya saraf kejepit
Saraf kejepit bisa terjadi karena berbagai hal, misalnya disebabkan karena terlalu banyak tekanan atau komprehesi pada saraf oleh jaringan di sekitarnya.
Jaringan tersebut berupa tulang atau tulang rawan, otot maupun tendon.
Menurut dr. Ermawati Sudarsono, Sp.N saraf kejepit yang sering terjadi di area punggung biasanya disebabkan oleh trauma.
Trauma bisa terjadi akibat kecelakaan, terjatuh, terduduk, atau mungkin mengalami insiden terpukul di daerah sekitar leher.
Penyebab lain terjadinya saraf kejepit bisa disebabkan aktivitas sehari-hari yang salah.
Baca juga: Meskipun Gusi Gelap Bisa Diatasi dengan Depigmentasi, Namun Depigmentasi Tak Bertahan Selamanya

Baca juga: Potensi Penularan Covid-19 di Masyarakat Meningkat, Ini Pesan Kementerian Kesehatan
Misalnya seseorang duduk terlalu lama, sering mengangkat beban, memiliki pekerjaan yang berat, olahraga terlalu berat dimana sering melakukan olahraga yang banyak mengangkat beban.
Rupanya tidak hanya itu saja, seseorang yang bekerja sebagai sopir berisiko mengalami saraf kejepit akibat duduk terlalu lama dan terdapat getaran.
Selain itu, olahraga yang tidak teratur ternyata bisa menyebabkan saraf kejepit.
"Jadi kita jatang olahraga, tapi sekalinya olahraga itu berat, latihan berat dalam waktu yang lama," timpal dr. Ermawati Sudarsono, Sp.N.
Berdasarkan pemaparan dr. Ermawati Sudarsono, Sp.N ada faktor penunjang terjadinya saraf kejepit seperti merokok dan minum alkohol.
Hal ini menunjang terjadinya saraf kejepit karena apabila seseorang merokok atau minum alkohol akan mengganggu kemampuan dari discus vertebrae untuk menyerap nutrien dari dalam darah.
Sehingga hal ini menyebabkan mudahnya terjadi pengapuran dimana dalam kondisi lanjut menyebabkan saraf kejepit.
Baca juga: Kasus Positif Covid-19 yang Meningkat Juga Berdampak pada Kasus Aktif

Baca juga: Setelah Melakukan Slimming Treatment, Pasien Tetap Bisa Melakukan Olahraga
dr. Ermawati Sudarsono, Sp.N menampahkan jika saraf kejepit juga bisa disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyerang tulang belakang seperti adanya tumor atau infeksi dimana bisa menyebabkan gangguan pada saraf.
Kondisi ini karena terjadinya pendesakan tumor di area tulang belakang berisiko terjadinya saraf kejepit.
Baca juga: Warna Gusi Bisa Berubah Akibat Terjadinya Trauma dan Memiliki Kebiasaan Buruk
Penjelasan Dokter Spesialis Neurologi, dr. Ermawati Sudarsono, Sp.N dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribunnews program Healthy Talk edisi 05 Februari 2022.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.