TRIBUNHEALTH.COM - Stroke dan vertigo adalah penyakit yang sama-sama serius.
Kedua penyakit ini dapat dialami oleh siapa saja, termasuk pada usia muda.
Sama-sama penyakit berbahaya, diketahui Stroke dan Vertigo memiliki keterkaitan, bagaimana penjelasan dokter?
Baca juga: Vertigo Terjadi karena Gangguan pada Sistem Keseimbangan Tubuh yang Ada di Dalam Telinga
Dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV, dr. Lilir Amalini, Sp.S. memberikan ulasannya.
Berdasarkan penjelasannya, vertigo memiliki 2 jenis, yakni vertigo central dan perifer.
Vertigo central itu berasal dari otak yang berkaitan dengan stroke.

Biasanya terjadi di area otak bagian belakang, cerebellum (bagian keseimbangan).
Namun lebih banyak di vertigo perifer, kondisi ini menyebabkan gangguan keseimbangan di telinga atau ganggu fungsi penglihatan.
Baca juga: Bagaimana Cara yang Tepat Menangani Vertigo? Berikut Penjelasan dr. Dwi Septiadi B.
Maka sebenarnya vertigo dan stroke meski bisa saja berhubungan, namun tidak menutup kemungkinan kedua penyakit ini tidak berhubungan sama sekali.
Banyak Terjadi pada Pria
Stroke adalah penyakit serius yang menyerang area pembuluh darah otak.
Penyakit ini sudah banyak dialami pada pria maupun wanita.

Namun banyak yang menyebutkan, bahwa stroke lebih banyak mengincar pria daripada wanita.
Bagaimana penjelasan mengenai pernyataan tersebut?
Lilir menuturkan, berdasarkan data RISKESDAS (Hasil Riset Kesehatan Dasar) 2018, penderita stroke umumnya adalah laki-laki.
Baca juga: Apa yang Terjadi pada Pasien Pasca Stroke? Begini Penjelasan dr. Nilla Mayasari, M.Kes., Sp.KFR-K
Namun banyaknya jumlah penderita stroke pada wanita juga hampir sama pada pria.
Pada laki-laki 11/mill setiap 1000 orang sementara pada perempuan 10,9/mill.

"Jadi tidak jauh berbeda," jelas Lili.
Kendati sebaliknya, disebutkan bahwa pada usia muda justru stroke lebih banyak terjadi pada wanita.
Deteksi Stroke Usia Muda
Stroke adalah penyakit yang datang secara tiba-tiba.
Meski demikian, terdapat sekitar 15 sampai 25 persen penderita stroke merasakan gejalanya 7 hari sampai 1 bulan sebelumnya.
Baca juga: Meski Berlangsung Sebentar, Stroke Ringan Tetap Memerlukan Tindakan Medis, Simak Gejala Berikut Ini
Kondisi di atas dinamakan dengan TIA (Transient Ischemic Attack), yakni semacam mini stroke.
Gejala TIA ini mirip sekali dengan stroke, seperti:
- Mulut mencong
- Anggota gerak lemah sebelah

- Susah bicara
- Linglung
- Kesemutan.
Baca juga: Meski Bisa Sebabkan Kematian, Tak Semua Stroke Berakibat Fatal, Deteksi Dini adalah Kuncinya
Perbedaan TIA dengan stroke yakni terletak pada durasi munculnya gejala.
Pada TIA, gejala di atas biasanya akan muncul beberapa menit saja.
Artinya dalam kurung waktu kurang dari 24 jam gejala sudah hilamg.

Seringkali orang akan menganggap tanda tersebut adalah hal yang biasa tidak menandakan suatu masalah kesehatan.
Seharusnya apabila sudah mengalami TIA, pasien harus segera mencari tahu penyebabnya.
Baca juga: Peneliti Sebut Orang dengan Fibrilasi Atrium Lebih Berisiko Terkena Stroke
Bila sudah ditemukan penyebab TIA, diharapkan tidak bisa berkembang menjadi Stroke.
Alasan Begadang Sebabkan Stroke
Berdasarkan penelitian, durasi tidur yang kurang dari 7 jam/hari bisa mencetuskan peningkatan risiko pendarahan pada otak. Kasus ini dapat terjadi sekitar 20 persen.
Namun juga perlu diketahui bahwa tidur lebih dari 9 jam/hari juga dapat memicu stroke dan kelainan jantung serta pembuluh darah.

Baca juga: Adakah Posisi Tidur yang Baik untuk Pasien Stroke? Begini Kata dr. Nilla Mayasari, M.Kes., Sp.KFR-K
"Jadi memang tidur itu harus pas, nggak boleh kurang juga nggak boleh kelebihan," pesan Lilir.
Durasi tidur yang paling disarankan oleh dokter adalah 7 hingga 8 jam sehari.
Mengganti Waktu Tidur
Beberapa orang memiliki kebiasaan tidur yang berbeda pada kebanyakan orang umumnya.
Seperti memiliki kebiasaan tidur dimulai dari tengah malam dan baru terbangun menjelang siang.

Baca juga: Tak Bisa Tidur saat WFH? Pakar Sebut Perlu Melatih Otak Bedakan Pekerjaan dan Kehidupan Pribadi
Menurut Lilir, keadaan demikian kerap disebut sebagai cara untuk mengganti waktu tidur.
Bila dilakukan hanya beberapa kali saja, hal ini tidak menjadi masalah.
Baca juga: Tak Hanya Kopi, Keju hingga Makanan Pedas juga Bisa Sebabkan Sulit Tidur
Namun jika terus dilakukan berulang kali, maka bisa menimbulkan masalah kesehatan.
Penjelasan Dokter Spesialis Saraf, Lilir Amalini ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)