Breaking News:

dr. Leni Ervina, Sp.A (K) Ungkap Bahaya Penyakit Difteri yang Dapat Mengancam Jiwa

Difteri bisa dialami oleh siapa saja baik anak-anak maupun orang dewasa. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan.

Penulis: Putri Pramestianggraini | Editor: Ekarista Rahmawati
pixabay.com
ilustrasi penyakit difteri 

TRIBUNHEALTH.COM - Difteri adalah infeksi yang disebabkan bakteri Corynebacterium diphteriae, dan menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan.

Bakteri penyebab difteri juga mampu mempengaruhi kesehatan kulit.

Penyakit difteri termasuk menular dan infeksi serius yang mampu mengancam jiwa.

Difteri dapat tersebar melalui partikel udara, benda milik pribadi, peralatan ruah tangga yang terkontaminasi, dan menyentuh luka yang terinfeksi bakteri penyebab difteri.

Penyakit difteri ditandai dengan munculnya selaput berwarna abu-abu yang melapisi tenggorokan dan amandel.

Jika tidak segera mendapatkan penanganan, bakteri difteri bisa mengeluarkan racun yang dapat merusak organ seperti jantung, ginjal, dan otak.

ilustrasi penyakit difteri
ilustrasi penyakit difteri (pixabay.com)

Baca juga: Waspada Endometriosis, Jangan Abaikan Nyeri Haid Berkepanjangan

Difteri tergolong dalam penyakit menular berbahaya, dan bisa mengancam jiwa.

Difteri dapat terjadi pada pasien dengan semua usia, termasuk pada anak-anak dan orang dewasa.

Seseorang bisa tertular difteri jika tidak sengaja menghirup atau menelan air liur yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk ataupun bersin.

Penularan difteri juga bisa melalui benda yang terkontaminasi dengan air liur penderita difteri, seperti gelas dan sendok.

2 dari 3 halaman

Terdapat tiga klasifikasi difteri yakni:

- Suspect difteri

Baca juga: Sering Ragu Keamanan Menggunakan Pembalut, Tampon, atau Menstrual Cup? Begini Penjelasan Dokter

Klinis yang khas seperti demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, pseudo membran yang berdarah jika diangkat.

Suspect harus segera ditatalaksana secepatnya dan diberi anti difteri serum.

- Probable difteri

Gejala seperti pada suspect difteri dan menyebabkan kematian, tetapi memiliki riwayat kontak kurang dari 2 minggu dengan penderita difteri positif.

- Konfirm difteri dengan laboratorium

Klinis tidak ada, namun laboratorium PCR menunjukkan adanya kuman positif disaluran hidung dan nasofaring.

Apabila seorang anak mengalami gejala difteri, maka yang harus dilakukan oleh orangtua adalah harus segera ke dokter.

Baca juga: Pentingnya Skrining Sindrom Hipotiroid Kongenital pada Bayi Baru Lahir Guna Cegah Stunting

Karena, jika hari pertama sudah terdeteksi maka bisa menekan angka kematian sampai hanya 1%.

3 dari 3 halaman

Jika difteri tidak segera ditangani, bisa menyebabkan kematian sekitar 50% dari penderita.

Apabila obat yang diberikan lebih dari 2 jam, maka kematian bisa meningkat hingga 30%.

Bisa disimpulkan bahwa semakin cepat terdiagnosa, dan tatalaksana akan memberikan harapan hidup yang lebih tinggi pada penderita difteri.

Ini disampaikan pada channel YouTube Tribun Lampung News Video, bersama dengan dr. Leni Ervina, Sp.A (K), M.Kes. Rabu (31/3/2021)

(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comdifteridifteri pada anakdr. Leni Ervina
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved