TRIBUNHEALTH.COM - Lensa kontak saat ini telah banyak digemari oleh masyarakat Indonesia.
Lensa kontak ini berfungsi untuk memperbaiki kualitas penglihatan dan seringkali digunakan sebagai fungsi kecantikan.
Sangat mudah ditemui di pasaran, sebaiknya Anda jangan mudah tergoda membeli lensa kontak apabila tidak sesuai dengan anjuran dokter.
Baca juga: Mengenal Presbiopia, Gangguan Pengelihatan pada Usia 40-an, Mata Sulit Fokus pada Objek Dekat
Pasalnya penggunaan lensa kontak yang tidak sesuai anjuran dokter, bisa menimbulkan efek samping.
Dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video, dr. Rani Himayani, Sp.M memberikan ulasannya.
Berdasarkan penuturannya, jika lensa kontak tidak sesuai anjuran maka berisiko menimbulkan mata merah.

Mata merah atau Konjungtivitis merupakan peradangan yang terjadi pada selaput mata.
Meski mata nampak merah, namun kondisi ini tidak akan membuat fungsi penglihatan menjadi menurun.
Adanya mata merah ini terjadi akibat mata kekurangan cairan.
Baca juga: Aturan Penting Saat Menatap Layar Komputer dan Gadget untuk Menghindari Keluhan Mata Lelah
Untuk mengantisipasinya, maka sebaiknya saat menggunakan lensa kontak seringlah meneteskan cairan lensa kontak yang dianjurkan.
Jangan sembarangan memilih cairan lensa kontak. Pilih cairan lensa kontak yang resmi.

Artinya benar-benar terjamin dan tidak dijual secara bebas.
Masyarakat bisa membeli air mata buatan atau cairan lensa kontak ini di Apotek.
Penggunaan cairan lensa kontak ini juga bisa bermanfaat untuk mencegah mata kering akibat pemakaian lensa kontak secara jangka panjang.
Baca juga: Benarkah Kacamata Blue Ray Efektif Mengurangi Radiasi dari Ponsel? Ini Jawaban dr. Dedi Purnomo Sp.M
Selain itu, efek samping bila tidak sesuai dengan anjuran ialah timbul luka pada kornea.
Luka pada kornea ini bisa terjadi karena salah alias tidak hati-hati dalam melepaskan lensa kontak dari mata.
Bila luka pada kornea ini tidak diobati dengan cepat, maka akan bisa semakin meluas dan risiko terburuknya berujung pada kebutaan.
Lensa Kontak untuk Gaya

Rani mengungkapkan, tidak menganjurkan penggunaan lensa kontak untuk bergaya.
Lantaran dari berbagai kasus yang ada, penggunaan lensa kontak untuk gaya berisiko menyebabkan kebutaan.
"Saya tidak menyarankan lensa kontak untuk kecantikan, karena banyak pasien kami menggunakan untuk fashion tetapi akhirnya menjadi kebutaan," jelasnya.
Baca juga: Penggunaan Kacamata Anti Radiasi Dapat Menghalau Paparan Sinar Biru dari Gadget
Kondisi ini bisa terjadi akibat kornea luka, akhirnya membuat seseorang tidak bisa melihat.
Maka dari itu, Rani berpesan bila tidak ada indikasi untuk penggunaan lensa kontak sebaiknya jangan gunakan.
Apalagi bila berencana untuk memakai lensa kontak secara terus-menerus dan tidak bisa menjaga kebersihannya dengan baik. Maka akan berisiko lebih besar.

"Jadi saran saya sebaiknya dihindari ya, karena tidak banyak manfaatnya," ungkap Rani.
Mencermati Kondisi Mata
Sebelum memakai lensa kontak, ada baiknya untuk mencermati kondisi mata. Terlebih jika memiliki kondisi rabun jauh.
Maka harus memilih lensa kontak yang bisa memperbaiki fungsi penglihatan.
Baca juga: Perlu Hati-hati, Bintitan Bisa Berisiko Sebabkan Kemampuan Penglihatan Menurun, Ini Kata Dokter
Dokter biasanya akan mengoreksi terlebih dahulu keadaan mata untuk menentukan kelayakan memakai lensa kontak.
"Jadi nanti kami harus koreksi dahulu, biasanya kami tidak menyarankan kalau minusnya terlalu tinggi, misalnya minus di atas 14, " papar Rani.

Biasanya pasien yang memiliki minus di atas 14 akan merasa tidak nyaman jika menggunakan kacamata yang tebal.
Maka daripada menggunakan lensa kontak, dokter lebih menganjurkan melakukan Lasik.
Baca juga: Benarkah Keluhan Mata Minus Akibat Seringnya Menatap Layar Smartphone dan Komputer?
Sehingga bila ingin menggunakan lensa kontak pastikan terlebih dahulu dengan kebutuhan.
Karena tidak semua orang yang menderita minus, disarankan memakai lensa kontak.
Jenis Lensa Kontak
Lensa kontak terbagi menjadi dua jenis.
Adalah lensa kontak dengan jenis soft (Soft lens) dan hard (Hard lens).

Lensa kontak Soft lens disebutkan lebih aman daripada Hard lens.
Lantaran terbuat dari bahan yang lunak, plastik lembut dan campuran air.
"Jadi material itu akan aman digunakan untuk mata kita," sambung Rani.
Baca juga: Waspada, Mata Malas Bisa Terjadi pada Bayi Usia 3 Bulan jika Tidak Mendapatkan Stimulus dengan Baik
Meski disebutkan aman digunakan, namun ada baiknya ketika ingin membeli lensa kontak jenis Soft lens tetap memperhatikan komposisi yang terkandung pada produk tersebut.
Karena bila ada tidak sesuai dengan jenis mata, bisa menyebabkan penyakit mata kering.
Sementara pada jenis lensa kontak keras (Hard lens) lebih dianjurkan pada seseorang yang memiliki keluhan mata silinder (Astigmatisma).
Cara Pemakaian
Menurut pemaparan Rani, lensa kontak harus digunakan secara hati-hati.
Sebelum memakainya, perhatikan cara penyimpanan yang tepat.
Baca juga: Penggunaan Smartphone dan Laptop Terus-menerus Menimbulkan Keluhan Mata Lelah
Yaitu rajin membersihkan lensa kontak dengan cairan pembersih khusus dan ganti air rendaman lensa kontak saat akan digunakan.
Kemudian memasuki cara penggunaan, langkah-langkah yang harus diperhatikan ialah:
1. Cuci tangan sebelum menggunakan lensa kontak

2. Hindari memiliki kuku panjang
3. Tempel lensa kontak pada mata secara perlahan
4. Lepaskan lensa kontak dari mata secara perlahan.
Baca juga: Selain Memengaruhi Warna Kulit, Vitiligo Juga Memengaruhi Warna Rambut Termasuk Alis dan Bulu Mata
Lebih lanjut, Rani mengatakan saat akan menggunakan lensa kontak perhatikan kadaluarsanya terlebih dahulu.
Ada lensa kontak yang digunakan sekali pakai namun ada pula yang bisa digunakan dalam jangka waktu tertentu.
Rani lebih menganjurkan menggunakan lensa kontak dengan sekali pakai.

Karena bakteri mudah menempel pada area lensa kontak.
Namun jika lebih memilih lensa kontak dengan jangka waktu pemakaian tertentu, jangan lupa benar memperhatikan batas waktu penggunaan.
Jangan sampai menggunakan lensa kontak lebih dari waktu yang dianjurkan karena bisa menyebabkan iritasi pada mata.
Penjelasan dr. Rani Himayani, Sp. M dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)