TRIBUNHEALTH.COM - Busung lapar adalah masalah gizi yang harus ditangani dengan cepat dan tepat.
Untuk saat ini, masyarakat banyak menyebut penyakit busung lapar sebagai masalah gizi.
Baik masalah gizi kurang maupun gizi buruk.
Baca juga: Jarak Ideal Makan Malam sebelum Tidur, Simak Anjuran Ahli Gizi, R. Radyan Yaminar, S.Gz.
Busung lapar dapat dialami siapa saja, seperti anak-anak.
Keadaan busung lapar pada anak yang tidak segera tertangani bisa menyebabkan komplikasi dan berujung pada kematian.
Menurut dr. Roro Rukmi Windi Perdani, Sp. A, dalam mencegah komplikasi, anak dianjurkan mendapatkan formula penatalaksanaan yang tepat.

Utamanya dalam pemberian pola makan yang sesuai.
Untuk mengevaluasi kondisi anak, biasanya dokter membutuhkan waktu maksimal 2 minggu.
Beberapa aspek yang diperhitungkan saat mengevaluasi anak, ialah:
Baca juga: Cara Sehat Menurunkan Berat Badan dengan Menjaga dan Mengatur Pola Makan
1. Berat badan
2. Tinggi badan
3. Lingkar kepala

4. Lingkar lengan atas.
Diharapkan dalam 2 minggu, berbagai pengukuran di atas semestinya bertambah.
Baca juga: Diet Tak Hanya Mempengaruhi Berat Badan, Namun Berdampak pada Penurunan Kesehatan
Namun jika dalam prakteknya berbagai aspek evaluasi di atas tidak mengalami peningkatan, maka perlu dipastikan apakah anak mendapatkan asupan makanan dengan benar dan bisa menerimanya dengan baik.
"Menerima dengan baik, artinya baik jumlahnya, baik frekuensinya, baik jenisnya."
"Jadi kita pastikan sudah benar belum makannya," sambung Roro.

Bila dalam hasil penulusuran ditemukan pemberian asupan makanan tidak tepat dan anak tidak bisa menerima dengan baik, maka aspek tersebut harus ditangani terlebih dahulu.
Dokter tidak akan asal memberikan penanganan lebih lanjut, jika aspek pemberian dan penerimaan pola makan belum optimal.
Baca juga: Pola Makan Sehat Bisa Menunjang Kesehatan Jantung, Penting untuk Konsumsi Makanan Berserat
Sementara, jika pemberian pola makan benar dan anak menerima asupan makan dengan baik, maka perlu dicurigai apakah anak mengalami infeksi.
Mengingat gizi buruk juga bisa berisiko menyebabkan infeksi.
Adanya infeksi membuat berat badan anak tidak naik.

Sehingga dapat disimpulkan, bila telah mendapatkan evaluasi, seharusnya anak mengalami peningkatan berat badan setelah 2 minggu.
Mengatasi busung Lapar
Orangtua yang memiliki anak dengan kondisi busung lapar perlu segera memberikan penanganan yang tepat.
Agar mencegah anak mengalami masalah gizi yang semakin berlanjut.
Untuk mengatasi anak busung lapar perlu diperhatikan apakah anak mengalami komplikasi atau tidak.

Komplikasi yang dimaksud, seperti:
- Kejang
- Infeksi paru
Baca juga: Asam Lambung Bisa Sebabkan Sesak Napas, dr. Wiwien Jelaskan Bedanya dengan Penyakit Paru-paru
- Diare lama
- dan dehidrasi berat.
Bila 4 kondisi di atas tidak ditemukan pada anak, maka anak telah dipastikan mengalami gizi buruk murni.

Kondisi gizi buruk murni, cukup dapat diatasi oleh dokter yang berpraktek di Puskesmas.
Pemerintah sudah memberikan program dalam penatalaksanaan gizi buruk di Puskesmas.
"Jadi nanti dari Puskesmas itu akan ada petugas yang memantau. Makanan hariannya bagaimana, berat badannya berapa, naiknya berapa."
"Lalu diberikan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)," sambung Roro.
Baca juga: Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Menjelaskan Makanan Sehat yang Wajib Dikonsumsi Ibu Hamil
Lebih lanjut, jika ditemukan adanya komplikasi, maka komplikasi tersebut harus ditangani terlebih dahulu.
Hingga kemudian anak baru bisa mendapatkan program kenaikan berat badan.
"Jadi diobati dahulu penyakitnya," imbuh Roro.

Mengatasi kondisi ini, pasien harus mendapatkan penanganan lebih lanjut dari dokter spesialis anak.
Kecuali jika komplikasi anak ringan, seperti infeksi paru ringan, yang bisa diatasi hanya dari dokter Puskesmas saja.
Ciri-ciri busung Lapar
Penyebutan istilah busung lapar dipelopori karena kondisi perut yang membusung namun keadaan tubuh yang kurus.
"Jadi membusung tetapi kaya orang kelaparan," ucap Roro.
Baca juga: Kenali Bahaya Infeksi Virus Covid-19 pada Ibu Hamil yang Disampaikan oleh dr. Bayu Winarno Sp.OG
Maka dimungkinkan, istilah busung lapar pada zaman dahulu diperuntukan pada anak yang menderita gizi buruk, dengan ciri-ciri:
- Perut buncit
- Membusung
- Tangan dan kaki sangat kurus.
Penyebab busung Lapar

Kondisi di atas lebih tepatnya mengarah pada gizi buruk dengan kekurangan energi yang berbentuk karbohidrat dan protein.
Perlu diketahui, terdapat zat gizi mikro dan makro.
Zat gizi makro terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak.
Baca juga: Pengaruh Buruk Diet Ketat dan Kurang Mengonsumsi Makanan Gizi Seimbang Terhadap Kesuburan
Sementara zat gizi mikro terdiri dari mineral, seperti zat besi, vitamin, dan zinc.
Karbohidrat bisa didapat dari makanan seperti roti, donat, kentan, dan berbagai makanan yang berbahan tepung.
Lalu pada protein, bisa diperoleh dari daging-dagingan, ikan, telur, tempe dan tahu.

Penderita gizi buruk atau busung lapar kekurangan dua zat penting di atas (protein dan karbohidrat).
Kekurangan zat gizi mikro ini disebabkan karena asupan gizi yang kurang.
Kondisi demikian, dimungkinkan terjadi pada masyarakat dengan pendapatan rendah.
Baca juga: Ahli Gizi, R. Radyan Yaminar, S.Gz Sebut Penyebab Pasien Covid-19 Berisiko Alami Gizi Kurang
"Jadi tidak bisa mencukupi kebutuham sehari-hari," imbuh Roro.
Selanjutnya, selain asupan yang kurang, busung lapar bisa juga dipicu akibat anak tidak ingin mengonsumsi makanan.
Namun selain dua faktor tersebut, busung lapar juga bisa disebabkan oleh kebutuhan harian penderita yang memang sangat kurang meskipun sudah diberikan asupan gizi yang cukup.

"Contohnya pada orang-orang yang sakit berat yang membutuhkan lebih banyak energi untuk penyembuhannya daripada saat dia tidak sakit berat," jelas Roro.
Selain itu, juga bisa diakibatkan oleh percepatan pertumbuhan.
Artinya penderita membutuhkan energi, baik karbohidrat, protein, lemak, dan sejenisnya yang lebih dari biasanya.
Baca juga: Konsumsi Gula Berlebih Bisa Picu Produksi Asam Lemak dan Sebabkan Peradangan Tubuh
Kondisi ini bisa juga terjadi pada masa pubertas.
Terakhir, juga bisa diakibatkan karena menderita Diare berkepanjangan atau Imunodefisiensi pada pasien HIV (Human Immunodeficiency Virus).
Penderita cukup akan zat gizi dan kebutuhan energi yang normal, namun sayangnya berbagai asupan makanan tidak bisa diserap oleh tubuh dengan baik.
Penjelasan Dokter Spesialis Anak, Roro Rukmi Windi Perdani, dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video, Kamis (3/2/2022)
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)