TRIBUNHEALTH.COM - Dalam dunia medis, kondisi gigi berjejal adalah salah satu gambaran maloklusi.
Maloklusi ialah kondisi menyimpang dari oklusi atau hubungan yang normal dari suatu gigi terhadap gigi yang lainnya.
Gigi berjejal umumnya disebabkan karena kurangnya ruang yang diperlukan gigi untuk tumbuh, sehingga menyebabkan gigi menjadi tumpang tindih.
Hal ini disampaikan oleh Dokter Gigi Spesialis Ortodonti, drg. Citra Paramita yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube KOMPASTV program Sapa Indonesia Pagi edisi 02 Februari 2022.
Baca juga: Tak Rutin Lakukukan Infus Whitening Bisa Membuat Kulit Kusam? dr. Satya Perdana Menjawab
Perlu menjadi informasi jika terdapat beberapa faktor yang menyebabkan gigi berjejal, antara lain:
- Faktor keturunan atau genetik
Ukuran rahang dan ukuran gigi bisa dipengaruhi oleh faktor genetik yang diturunkan oleh orang tua kepada anak.

Baca juga: Apa Riwayat Persalinan Memengaruhi Elastisitas Vagina? Ini Penjelasan dr. Irmadani Intan Pratiwi
- Kebiasaan buruk
Kebiasaan buruk yang dibiarkan akan berlanjut bahkan sampai dewasa.
Misalnya seperti kebiasaan menghisap jari atau menghisap bibir bawah.
Menghisap jari atau bibir bawah bisa menyebabkan tekanan terhadap rahang.
Apabila dibiarkan dalam waktu lama, saat pertumbuhan dan perkembangan rahang bisa mengalami tekanan, akibatnya mengalami penyempitan lengkung rahang.
Baca juga: Dampak Buruk Membiarkan Karang Gigi menurut drg. Megananda Hiranya Putri,M.Kes
- Kehilangan gigi sulung sebelum waktunya
Umumnya orang tua mengabaikan kesehatan gigi sulung, hal ini menyebabkan gigi sulung rusak dan kehilangan dini gigi sulung.
Apabila gigi tetap belum waktunya untuk tumbuh tetapi gigi sulungnya sudah tidak maka bisa menyebabkan ruangan kosong di antara gigi.
Dalam jangka panjang gigi yang berada di sebelah ruangan tersebut bisa bergeser dan menyebabkan ruangan untuk tumbuh gigi berkurang.
Pasalnya kondisi gigi berjejal bisa diatasi dengan penggunaan kawat gigi.

Baca juga: Vaksin Booster Jadi Syarat Mudik, Apakah Boleh Dilakukan saat Berpuasa? Ini Jawaban Ahli
Dokter Gigi Spesialis Ortodonti, drg. Citra Paramita mengatakan jika sebenarnya banyak sekali yang perlu diperhatikan.
Khususnya dalam hal pergerakkan giginya agar bisa masuk dengan sempurna ke dalam lengkung rahangnya.
Namun pada penggunaan kawat gigi, pergerakkan gigi memang bukanlah pergerakkan yang sederhana.
Jadi pergerakkan gigi itu adalah suatu pergerakkan yang memnutuhkan waktu.
Dimana gigi bergerak di dalam tulang dan tulang tersebut sebagai medium pergerakkannya, bukan seperti mengerakkan benda.
"Nah, terjadi resorpsi dan aposisi," imbuhnya.
"Nah ini berlangsung pada fase perataan gigi pada tulang yang biasanya umummnya membutuhkan waktu kurang lebih selama 6 bulan," tutur Dokter Gigi Spesialis Ortodonti, drg. Citra Paramita.
"Namun juga perlu banyak nih yang diperhatikan, apakah terdapat ruangan atau space yang dapat memecah crowdingnya," tambahnya.
Kondisi ini perlu dilakukan analisa, bisa dari rontgen gigi dan hasil cetakan gigi, apakah cukup mendukung dari profil wajah pasien.
Sebenarnya meratakan gigi tidak semerta merta hanya rasa saja, tetapi juga harus memerhatikan berbagai macam aspek.
Baca juga: Waspada, Virus Covid-19 Varian Omicron Memiliki Gejala yang Hampir Sama dengan Influenza

Dokter Gigi Spesialis Ortodonti, drg. Citra Paramita menyarankan untuk mengikuti semua anjuran dokter gigi yang menangani.
Kemudian apabila ada yang kurang tepat bsia dilakukan evaluasi.
Baca juga: Dr. Dewi Marhaeni Bagikan 6 Tips untuk Menjaga Tubuh Agar Tetap Sehat & Fit Saat Menjalankan Puasa
Penjelasan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti, drg. Citra Paramita dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube KOMPASTV program Sapa Indonesia Pagi edisi 02 Februari 2022.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.