TRIBUNHEALTH.COM - Penggunaan kawat gigi berfungsi untuk merapikan susunan gigi.
Sementara penggunaan retainer dipakai untuk mempertahankan susunan gigi agar tidak bergeser atau relaps (pindah posisi) sehingga perawatan gigi menjadi lebih maksimal.
Retainer penting sekali untuk digunakan karena risiko pergeseran gigi kembali ke posisi semula bisa terjadi pada beberapa minggu hingga sebulan pertama sejak behel dilepas.
Secara umum, pemasangan retainer gigi dilakukan satu atau dua minggu setelah lepas kawat gigi.
Hal ini disampaikan oleh Dokter Gigi Spesialis Ortodonti, drg. Citra Paramita yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube KOMPASTV program Sapa Indonesia Pagi edisi 21 Desember 2021.
Baca juga: dr. Phedy, Sp.OT (K) Spine Ungkap Terobosan Pengobatan Skoliosis dengan Teknologi Robotic Navigation
Durasi penggunaan retainer gigi pun biasanya memerlukan waktu enam bulan hingga satu tahun lamanya.

Baca juga: Ahli Gizi Menyatakan Tubuh Tak Boleh Mengalami Dehidrasi Ketika Berpuasa
Sebagai informasi, saat ini terdapat dua jenis retainer gigi yakni retainer permanen dan retainer lepasan.
Saat ini dua bahan retainer gigi yang populer digunakan adalah plastik dan hawley.
Bahan dan jenis retainer yang digunakan akan disesuaikan dengan kondisi pasien.
Namun baru-baru ini ada seseorang ibu hamil yang khawatir jika penggunaan retainer akan memengaruhi kondisi kehamilannya.
Sehingga ia memutuskan untuk melepasnya terlebih dahulu.
Lantas benarkah penggunaan retainer bisa memengaruhi kondisi janin?
Dokter Gigi Spesialis Ortodonti, drg. Citra Paramita menuturkan jika pemasangan retainer gigi tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi kehamilan.
Penggunaan retainer harus konsisten sampai waktu yang ditentukan oleh dokter.
Apabila dilepas dan tak segera digunakan kembali bisa menyebabkan gigi bergeser.
Sehingga jika dipasangkan ulang akan terjadi penekanan akibat penggunaan retainer yang dipasangkan ulang setelah tidak digunakan dalam waktu yang cukup lama.
Baca juga: dr. Phedy, Sp.OT(K) Paparkan Pengobatan Skoliosis dengan Teknik Minimal Invasif

Baca juga: dr. Satya Tegaskan Jika Infus Whitening Tak Memberikan Hasil Permanen, Kulit Senantiasa Bergenerasi
Menurut Dokter Gigi Spesialis Ortodonti, drg. Citra Paramita hal ini masih wajar terjadi asalkan tidak menimbulkan rasa sakit yang tidak tertahankan.
"Misalnya memang pada saat dimasukkan retainernya itu dipaksa sekali padahal sebenarnya sudah tidak fit tetapi dipaksa sehingga menyebabkan luka pada gusi," ujar Dokter Gigi Spesialis Ortodonti, drg. Citra Paramita.
"Nah kalau sudah seperti itu sebaiknya kontrol ke dokter gigi spesialis ortonya," lanjutnya.
Dokter perlu melihat apakah retainernya masih bisa digunakan atau harus dilakukan pergantian.
Menurut drg. Citra retainer yang digunakan perlu disesuaikan lagi dengan keadaannya saat ini.
Pada kondisi lain apabila retainernya longgar juga perlu dilakukan evaluasi kembali oleh dokter yang menangani.
"Jadi kalau misalnya memang ada rasa sakit, asalkan tidak menyebabkan iritasi pada gusinya seperti luka atau sariawan berkepanjangan sebenarnya masih aman untuk digunakan," tutur Dokter Gigi Spesialis Ortodonti, drg. Citra Paramita.
Namun apabila sakit yang dirasakan berkepanjangan pada satu titik, kemungkinan terjadi iritasi pada bagian tersebut.
Baca juga: Perlukah Setiap Orang Melakukan Perawatan untuk Mengencangkan Vagina? dr. Irmadani Menjawab

drg. Citra ingatkan jika pemeriksaan rutin ke dokter gigi sangat diperlukan selama menjalani perawatan retainer gigi.
Dimana tujuannya yaitu memastikan bahwa retainer masih berfungsi dengan baik atau justru memerlukan penyesuaian posisi gigi terbaru.
Baca juga: Hati-hati, Menggunakan Produk Infus Whitening yang Tak Berizin BPOM, Berisiko untuk Kesehatan
Penjelasan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti, drg. Citra Paramita dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube KOMPASTV program Sapa Indonesia Pagi edisi 21 Desember 2021.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.