TRIBUNHEALTH.COM - Dalam terminologi kedokteran (khususnya bagian dermatovenereologi) tidak dikenal istilah “purging”.
Belum ada literatur pasti maupun konsensus yang mendefinisikan purging secara jelas dan pasti.
Purging merupakan istilah awam yang digunakan pasien untuk menggambarkan suatu kondisi atau reaksi kulit tertentu yang memburuk yang terjadi akibat penggunaan bahan aktif tertentu (khususnya golongan retinoid) yang nantinya akan membaik dengan sendirinya untuk mendapatkan hasil maksimal dari produk tersebut.
Faktanya adalah “purging” bukan suatu proses detoksifikasi dan “purging” bukan merupakan suatu proses untuk mentralisir racun, karena organ kulit tidak memiliki fungsi tersebut (menetralisir racun).

Baca juga: Kenali Gejala OCD, Gangguan Pola Pikir dan Ketakutan Secara Berulang
Yang mungkin mirip dengan kondisi ‘purging’ yang dikenal oleh orang awam selama ini, dalam dunia kedokteran disebut sebagai dermatitis retinoid atau retinoid-induced irritant contact dermatitis.
Dermatitis retinoid adalah suatu peradangan atau iritasi ringan, ditandai dengan kemerahan, pengelupasan, rasa terbakar dan gatal pada kulit, yang disebabkan oleh penggunaan oles dari retinoid acid.
Karena “purging” terjadi setelah penggunaan produk skincare dengan bahan aktif tertentu, sehingga penggunaannya harus dihentikan terlebih dahulu dan reaksi yang terjadi harus segera diatasi.
Pasien dapat berkonsultasi kepada dokter spesialis kulit dan kelamin (dermatovenereologist) untuk memastikan apakah “purging” yang terjadi akibat peningkatan regenerasi kulit, penggunaan retinoid/ bahan ekfoliasi yang belum tepat (terlalu sering/konsentrasi terlalu tinggi), suatu reaksi alergi atau iritasi terhadap produk tertentu, atau justru kondisi kulit yang lainnya.
Baca juga: drg. Anastasia Beberkan Kondisi Gigi yang Memerlukan Ekstraksi Maupun Perawatan Saluran Akar
Selanjutnya dokter kulit & kelamin biasanya akan mengatasi reaksi kulit dan peradangan yang terjadi dengan meresepkan obat-obat anti peradangan dan krim yang menenangkan (soothing cream).
Pasien dapat mencuci wajah dengan sabun wajah yang gentle dan tidak mengekfoliasi, serta tetap harus menggunakan tabir surya pada pagi dan siang hari.
Supaya tidak terjadi “purging” maka penggunaan produk dengan bahan aktif yang mengandung retinoid, AHA maupun BHA harus dilakukan dengan hati-hati.
Untuk pasien yang menggunakan skincare golongan retinoid OTC/ yang dijual bebas (misalnya retinol, retinaldehyde, retinyl palmitate) maka selalu mulai dengan dosis yang rendah dan frekuensi penggunaan yang jarang, untuk selanjutnya dapat ditingkatkan dosis dan frekuensinya, gunakan pada malam hari dan pada kondisi kulit yang kering.
Baca juga: Thailand Konfirmasi Varian Covid-19 Baru Omicron XE, Wiku Imbau Masyarakat Tidak Takut
Penggunaan basic skincare yang baik juga tetap harus diperhatikan (tetap gunakan pembersih/sabun wajah, pelembap dan sunscreen sesuai jenis kulit).
Untuk mengurangi risiko terjadinya iritasi maka retinoid dapat digunakan dengan metode sandwich (pelembap-retinoid-pelembap) ataupun buffering (mencampurnya dengan pelembap).
Tidak ada makanan yang menyebabkan purging, “Purging” hanya terjadi karena adanya kontak antara kulit dan bahan aktif tertentu.
Pasien tetap dapat mengkonsumsi makanan tertentu selama tidak memiliki alergi terhadap makanan tersebut.
Pasien juga tetap harus menjaga pola makan yang sehat dan seimbang, mengurangi makanan dengan indeks glikemik yang tinggi, serta mengkonsumsi air putih yang banyak untuk mengurangi risiko terjadinya jerawat yang mungkin memperparah kondisi “purging” yang sudah terjadi.
Baca juga: Kekurangan Vitamin D Dapat Sebabkan Nyeri di Punggung dan Pinggul, Waspada jika Disertai Gejala Lain
Ketika mengalami purging pasien tetap boleh menggunakan produk skincare tertentu.
Pasien dapat menggunakan pelembap yang memperbaiki barrier kulit dan tetap harus menggunakan tabir surya pada pagi dan siang hari.
Pasien dapat menggunakan tabir surya broad-spectrum dan tabir surya jenis physical yang lebih tidak iritatif.
Penggunaan skincare lain yang bersifat mengelupas atau eksfoliasi sebiknya dihentikan.
Penggunaan makeup juga sebaiknya dihindari sementara waktu untuk menghindari terjadinya reaksi yang lebih berat.
Untuk memastikan produk skincare apa saja yang dapat digunakan, pasien dapat melakukan konsultasi lebih lanjut dengan Dokter spesialis kulit & kelamin (dermatovenereologist).
Baca juga: dr. Sylvana Evawani Jelaskan Beberapa Tanda Seseorang Mengalami Social Anxiety Disorder
Rasa gatal akibat “purging” dapat membaik seiring dengan perbaikan kondisi kulit.
Gatal dapat dikurangi dengan penggunaan pelembab kulit, soothing agent, maupun obat-obatan oral untuk mengurangi rasa gatal.
Pastikan untuk menghentikan produk yang diduga menyebabkan “purging” dan segera mencari pertolongan untuk meredakan reaksi kulit yang terjadi.
Apakah purging bisa mengalami tingkat keparahan?
Berikut adalah penjelasan dr. Adnania Nareswari, Sp.DV.
dr. Adniana Nareswari, Sp. DV merupakan lulusan S1 Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret.
S1 diselesaikannya selama kurang lebih 4 tahun, yakni pada tahun 2006 hingga tahun 2010.
Di tahun yang sama ia melanjutkan program Profesi Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret hingga tahun 2012.
Baca juga: Udara Hangat di Dalam Masker Menjadi Penyebab Kulit dan Bibir Kering
Pendidikan Dokter Spesialis dilanjutkan 5 tahun kemudian setelah menyelesaikan program Profesi Dokter, yakni di tahun 2017 hingga tahun 2021.
Ia mengambil pendidikan Dokter Spesialis di Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret.
Selain menyelesaikan pendidikan formal, ternyata dr. Adnaiaa Nareswari, Sp. DV juga menyelesaikan 3 pendidikan non formal, antara lain:
1. Advanced Cardiac Life Support (ACLS) pada tahun 2012
2. Sebelas Maret University Language Center pada tahun 2012
3. Basic Surgical Skill In Dermatology pada tahun 2019
Di sela menempuh pendidikannya ia sempat bekerja paruh waktu menjadi dokter jaga di Klinik PT. Danliris Solo dan BP Ngesti Husadajati Solo selama 1 tahun yakni tahun 2012 hingga tahun 2013.
Baca juga: Dokter Gigi Memerlukan Pemeriksaan Lengkap Sebelum Dilakukan Tindakan Perawatan Saluran Akar
Setelah itu, pada tahun 2013 hingga 2014, ia melanjutkan bekerja paruh waktu sebagai dokter jaga di Rumah Sakit Triharsi Solo.
Profil lengkap dr. Adnania Nareswari, Sp. DV bisa dilihat disini.
Pertanyaan:
Apakah purging bisa mengalami tingkat keparahan?
Anggra, Solo
dr. Adnania Nareswari, Sp. DV menjawab:
Kondisi “purging” dapat menjadi semakin berat dan parah, yang ditandai dengan terbentuknya lepuh dan bengkak pada kulit serta kemerahan kulit yang berkepanjangan.
Suatu kondisi peradangan yang berat dapat meningkatkan risiko terbentuknya hiperpigmentasi maupun jaringan parut.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)