TRIBUNHEALTH.COM - Aritmia ialah gangguan yang terjadi pada irama jantung.
Pasalnya penderita bisa merasakan irama jantung yang terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur.
Aritmia terjadi saat impuls listrik yang berfungsi mengatur detak jantung tidak bekerja dengan baik.
"Jantung itu untuk menjelaskan jenis-jenisnya, saya akan memisalkan atau mengumpamakan jantung sebagai pompa," imbuhnya.
"Jadi pompa itukan suatu organ atau suatu alat yang fungsinya memompa darah untuk dialirkan ke seluruh tubuh, dia punya sistem listrik," pungkasnya.
Pasalnya gangguan di salah satu sisi akan mengganggu fungsi jantung.
Baca juga: Kopi Punya Segudang Manfaat jika Dikonsumsi dalam Jumlah Tepat, Jangan Lebihi Batas Berikut
Hal ini disampaikan oleh Chairman of Cardiology Center, Consultant of Cardiac Intervention & Arrhythmia, Dr. dr. M. Yamin, Sp.JP(K), Sp.PD, FACC, FSCAI yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube KOMPASTV program Bincang Kita edisi 26 Maret 2022.

Menurut Chairman of Cardiology Center, Consultant of Cardiac Intervention & Arrhythmia, Dr. dr. M. Yamin, Sp.JP(K), Sp.PD, FACC, FSCAI listrik pada jantung bisa terhambat akibat terbentuk impuls atau terbentuk namun aliran listriknya yang terhambat sehingga lebih cepat.
"Jadi bisa lambat bisa cepat," tegasnya.
Dimana gangguan irama jantung bisa lebih cepat dari normal dan lebih lambat dari normal.
Chairman of Cardiology Center, Consultant of Cardiac Intervention & Arrhythmia, Dr. dr. M. Yamin, Sp.JP(K), Sp.PD, FACC, FSCAI menambahkan jika aritmia jantung bisa dideteksi sejak dini.
"Jadi sebagai pasien ada tanda-tanda yang harus diwaspadai," ucapnya.
Baca juga: Bolehkah Pengidap Diabetes Tetap Berpuasa? dr. Tan Tekankan Pentingnya Rutin Kontrol Gula Darah
"Cara mendeteksinya itu dari yang paling sederhana dan yang paling gampang misalnya rekam jantung," lanjutnya.
Akan tetapi rekam jantung hanya bisa menangkap saat sedang terjadi, sehingga pada saat tidak terjadi dokter bisa memasang holter monitor.
Holter monitor ialah alat yang dapat merekam keadaan jantung selama 24 sampai 72 jam.
Alat dengan ukuran sebesar handphone ini bisa disimpan di saku baju, saku celana atau diikatkan dipinggang dan kabelnya ditempelkan di dada.
"Rekaman jantung yang dipasang 24 jam dan dibawa pulang oleh pasien," terangnya.

"Kalau yang dulu banyak kabel-kabel gaboleh mandi, nah sekarang ada yang di sistemnya seperti pads atau kaya koyo gitu ditempel. Dia (Holter) bisa dipakai 2 hari, 3 hari sampai seminggu," tambahnya.
Dr. dr. M. Yamin, Sp.JP(K), Sp.PD, FACC, FSCAI mengatakan jika jenis yang lain yang bisa dipakai yaitu event recorder.
Perekam kejadian jantung ini merupakan alat portabel berdaya baterai yang digunakan untuk merekam aktivitas listrik jantung (EKG) saat mengalami beberapa gejala seperti palpitasi, pusing, bahkan pingsan.
"Ini (event recorder) kaya gadget aja ya, jadi dikantongi oleh pasien di bawa kemana saja. Saat dia merasakan keluhan misalnya berdebar atau dia merasa lemas yang terkait dengan keluhan listrik dia bisa aktifkan atau ditekan kemudian akan terkoneksi dengan gadget kita melalui bluetooth dan rekamannya itu akan tersimpan dan bisa terkoneksi dengan email kita di rumah sakit," ujar Dr. dr. M. Yamin, Sp.JP(K), Sp.PD, FACC, FSCAI.
"Kalau juga keluhannya muncul 3 bulan, 4 bulan sekali, kita nggak bisa melakukan deteksi kita bisa pakai link," tegasnya.
Link ini adalah alat yang merekam jantung 24 jam tapi bisa berlangsung selama 3 tahun," ujarnya.
Alat ini di tanam dengan bius lokal di sisi dada kiri, tepatnya di bawah kulit.
Baca juga: 3 Tips Redakan Serangan Migrain, Hindari Makanan Pemicu hingga Coba Terapi Akupuntur

Baca juga: 6 Kondisi Serius yang Ditandai dengan Sakit Kepala Sekaligus Pusing, Aneurisma hingga Cedera Otak
Penjelasan Chairman of Cardiology Center, Consultant of Cardiac Intervention & Arrhythmia, Dr. dr. M. Yamin, Sp.JP(K), Sp.PD, FACC, FSCAI dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube KOMPASTV program Bincang Kita edisi 26 Maret 2022.
(Tribunhealth.com/Dhianti)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.