TRIBUNHEALTH.COM - Gingivostomatitis merupakan infeksi umum yang terjadi pada mulut dan gusi.
Orang dengan gingivostomatitis biasa mengembangkan luka sariawan dalam mulut mereka.
Gejala utama lainnya adalah terjadinya pembengkakan pada mulut dan gusi.
Hal ini dapat disebabkan baik oleh bakteri dan virus, dan biasa terjadi pada bayi.
Gingivostomatitis bisa ringan, atau bisa tidak nyaman dan menyakitkan.
Umumnya, luka sembuh dalam dua hingga tiga minggu.
Mengobati bakteri atau virus dengan antibiotik atau antivirus yang tepat dapat membantu mempercepat penyembuhan.
Meski kondisi umum, gingivostomatitis baiknya segera diobati sesuai saran medis.
Pasalnya penyakit ini bisa memicu sejumlah komplikasi jika dibiarkan begitu saja, dilansir TribunHealth.com dari Healthline, Sabtu (26/3/2022).
Virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1)

Baca juga: Frekuensi Penerapan Periksa Mulut Sendiri (SAMURI) yang Dianjurkan oleh Dokter Gigi
Baca juga: Benarkah Gunakan Invisalign Mengurangi Intensitas Kontrol ke Dokter Gigi? Begini Kata drg. Anastasia
Virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) dapat menyebabkan gingivostomatitis.
Virus ini biasanya tidak serius, tetapi dapat menyebabkan komplikasi pada bayi dan mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah.
Virus HSV-1 juga dapat menyebar ke mata, di mana ia dapat menginfeksi kornea.
Kondisi ini disebut herpes simpleks keratitis (HSK).
Penting untuk selalu mencuci tangan setelah menyentuh sariawan, karena virus dapat dengan mudah menyebar ke mata.
Seiring dengan rasa sakit dan ketidaknyamanan, HSK dapat menyebabkan kerusakan mata permanen, bahkan kebutaan.
Gejala HSK termasuk berair, mata merah dan kepekaan terhadap cahaya.
HSV-1 juga dapat berpindah ke alat kelamin melalui seks oral ketika ada sariawan.
Sebagian besar kasus herpes genital disebabkan oleh HSV-2.
Luka genital yang menyakitkan adalah ciri khas HSV-2 dan kondisi ini sangat menular.
Nafsu makan berkurang dan dehidrasi

Baca juga: Kenali Masalah yang Dapat Mengganggu Kesehatan Gigi dan Rongga Mulut Akibat Bad Habbit
Baca juga: Kesadaran Menjaga Kesehatan Gigi Mulai Meningkat, drg Citra MMRS Ungkap Pemicunya
Anak-anak dengan gingivostomatitis terkadang menolak makan atau minum.
Hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan dehidrasi.
Gejala dehidrasi meliputi:
- mulut kering
- kulit kering
- pusing
- kelelahan
- sembelit
Orang tua mungkin memperhatikan bahwa anak mereka tidur lebih lama dari biasanya atau tidak tertarik dengan aktivitas mereka yang biasa.
Hubungi dokter jika mencurigai anak menderita gingivostomatitis dan menolak untuk makan atau minum.
Bagaimana mencegah gingivostomatitis?

Baca juga: Penggunaan Dental Floss hingga Pasta Gigi Berfluoride Dapat Cegah Terjadinya Penyakit Gusi
Baca juga: drg. Anastasia Ririen Jelaskan Pemilihan dan Cara Penggunaan Dental Floss yang Tepat
Merawat gigi dan gusi dapat mengurangi risiko terkena gingivostomatitis.
Gusi yang sehat berwarna merah muda tanpa luka atau lesi.
Dasar-dasar kebersihan mulut yang baik meliputi:
- menyikat gigi minimal dua kali sehari, terutama setelah makan dan sebelum tidur
- flossing setiap hari
- memeriksakan gigi secara profesional dan dibersihkan oleh dokter gigi setiap enam bulan
- menjaga kebersihan mulut (gigi palsu, retainer, alat musik) untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
Untuk menghindari virus HSV-1 yang dapat menyebabkan gingivostomatitis, hindari mencium atau menyentuh wajah orang yang terinfeksi.
Jangan berbagi riasan, pisau cukur, atau peralatan makan dengan mereka.
Sering mencuci tangan adalah cara terbaik untuk menghindari coxsackievirus.
Ini sangat penting setelah menggunakan toilet umum atau mengganti popok bayi dan sebelum makan atau menyiapkan makanan.
Penting juga untuk mendidik anak-anak tentang pentingnya mencuci tangan yang benar.
Baca berita lain tentang kesehatan gigi dan mulut di sini.
(TribunHealth.com/Nur)