TRIBUNHEALTH.COM - Maraknya berbagai penularan penyakit seksual pada saat ini membuat orangtua harus lebih peduli terhadap pergaulan anak.
Jangan sampai anak bisa salah pergaulan dan berisiko tinggi mengalami penyakit seksual.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, edukasi seksual sangat penting untuk diberikan.
Baca juga: Tak Hanya Masalah Fisik, Rendahnya Hasrat Seksual Wanita Dapat Dipicu Norma Gender dan Hal Berikut
Orangtua perlu memberikan informasi seputar pendidikan seksual kepada anak.
Namun bila orangtua mengalami kesulitan, sebaiknya ajak anak untuk berkonsultasi secara langsung dengan ahlinya.
Hal ini diungkapkan oleh Dokter Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin, Putri Anita Sari.

Pasalnya, tidak jarang anak cenderung lebih percaya kepada dokter sebagai sumber utama dalam memberikan informasi.
"Jadi biasanya anak-anak itu kalau udah ketemu dokter lebih percaya, dibanding dikasih tahu sama orangtuanya sendiri," terangnya dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video.
Maka dari itu, daripada salah memberikan informasi lebih baik ajak anak berkonsultasi dengan dokter.
Baca juga: Penyebab Rasa Sakit pada Kelamin Perempuan yang Terjadi Berulang saat Melakukan Hubungan Seksual
Jangan sampai memberikan informasi yang mengacu pada internet, yang belum tentu kebenarannya.
Mengingat, kata Anita, banyak informasi yang tidak tepat tersebar di internet.
Ajarkan Sejak Dini
Edukasi seksual perlu diberikan pada anak sejak dini.
Anak bisa mulai mengetahui edukasi seksual sejak usia sekolah dasar.

Pada usia tersebut, sudah seharusnya anak memahami mengenai edukasi seksual.
"Umur 7 sampai 10 tahun itu seharusnya anak sudah tahu organ intim itu apa dan menstruasi," ujarnya.
Memahami seputar organ intim dan persiapan menstruasi merupakan pengetahuan awal yang bisa diberikan pada anak.
Baca juga: Benarkah Diet Memengaruhi Siklus Menstruasi? Begini Penjelasan dr. Teuku Mirsa Iskandar, Sp.OG (K)
Memasuki bangku sekolah menengah pertama dan atas, anak bisa diberi edukas seputar cara berteman dan memilih pergaulan.
"Kalau sudah lewat 10 tahun, memasuki SMP SMA, edukasi tentang pergaulannya, teman-temannya seperti apa, dan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan," jelas Anita.
Pemberian informasi seputar pendidikan seksual ini harus diberikan kepada anak secara perlahan.

Terlebih mengenai informasi seputar penyakit menular seksual.
Memasuki masa SMP anak bisa mulai dikenalkan mengenai berbagai penyakit menular seksual.
Mengingat pergaulan anak SMP sudah lebih luas.
Baca juga: Berikut Ini 3 Jenis Diabetes dan Gejala yang Mungkin Terjadi, Tipe 1 Bisa Dialami Anak dan Remaja
Orangtua tidak boleh lengah karena terlalu sibuk bekerja.
Pengenalan bisa dimulai dengan menunjukkan gambar atau video seputar penyakit menular seksual.
Tidak Perlu Tabu
Anita menyampaikan untuk tidak perlu menganggap tabu terkait persoalan satu ini.
Terutama pada para pasangan yang akan menikah.
Agar bisa mempersiapkan diri lebih baik lagi.

"Dari awal banget harus cari informasi yang benar, bisa dimulai dari keluarga sebenarnya," sambungnya.
Terlebih saat ini zaman gadget, anak-anak bisa mengakses informasi dari mana saja.
Informasi edukasi seksual yang benar bisa menjadi landasan saat akan memasuki remaja.
Baca juga: dr. Teuku Mirsa Iskandar, Sp.OG (K) Sebut Normalnya Menstruasi Tidak Menimbulkan Rasa Sakit
Ia pun juga berharap kepada berbagai pelayanan kesehatan untuk bisa memberikan informasi terkait edukasi seksual. Utamanya penyakit menular seksual.
"Jadi memang harus aware banget dari sekarang," imbuhnya.
Mencegah Penyakit Menular Seksual

Kenaikan kasus pasien yang menderita penyakit menular seksual, disebabkan oleh sering berganti-ganti pasangan dan tidak menggunakan alat kontrasepsi.
Untuk itu ia menghimbau kepada masyarakat untuk peduli terhadap penularan penyakit menular seksual.
Yaitu dengan setia melakukan hubungan seksual dengan 1 pasangan dan menggunakan alat kontrasepsi.
Baca juga: dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS Sebut Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Dapat Turunkan Libido Wanita
Meski begitu, ia tak menampik bahwa alat kontrasepsi tidak bisa memberikan perlindungan 100 %.
Saat ini satu-satunya alat kontrasepsi yang bisa mencegah penyakit menular seksual hanyalah kondom.
"Kontrasepsi itu hanya kondom, tetapi kalau IUD, pil KB, nggak bisa mencegah penyakit menular seksualnya. Melainkan hanya mencegah kehamilannya," ungkap Anita.

Kondom memilih keefektifan berkisar 98 % bisa melindungi dari penyakit menular seksual.
Sisanya yang hanya berkisar 2 % memiliki peluang untuk bisa terjadi penularan.
Baca juga: Cara Mencegah Janin Tertular Infeksi Menular Seksual, Simak Ulasan dr. Putri Anita Sari, Sp.KK
Hal itu bisa dilatarbelakangi karena alat kontrasepsi ini robek dan memiliki pori-pori yang tidak rapat, hingga menyebakan kebocoran.
"Jadi meski pakai kondom tetap berisiko, tetapi paling tidak bisa mengurangi (risiko penularan)," sambungnya.
Deteksi Dini Penyakit Menular Seksual
Seseorang yang mengalami penyakit menular seksual, harus segera melakukan deteksi sejak dini.
Bila ditemukan sejumlah tanda yang mencurigai, maka dianjurkan untuk segera berkonsultasi dengan dokter.
Anita menyampaikan, bila wanita mengalami gejala keputihan maka harus segera waspada.

Jangan biarkan keputihan berlangsung terus-menerus.
Terlebih jika pernah memiliki riwayat berhubungan seksual.
Sementara pada laki-laki, perlu berhati-hati jika timbul keluhan pada alat kelamin. Misalnya:
Baca juga: Bagaimana Cara Membedakan Keputihan dan Kencing Nanah? Begini Penjelasan dr. Azizah
- Timbul nanah
- Kutil
- atau bercak merah pada alat kelamin.
"Bila sudah muncul keluhan di alat kelamin, harus segera periksa ke dokter," seru Anita.
Penjelasan Dokter Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin, Jonathan Subekti ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Kompas TV (9/3/2021)
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)