TRIBUNHEALTH.COM - Penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak dapat menyebabkan penyakit stroke.
Kondisi ini bisa terjadi baik pada anak-anak maupun orang dewasa bahkan tidak biasa pada anak-anak.
Menurut World Health Organization (WHO), stroke merupakan sindrom klinis berupa gangguan fungsi otak fokal atau global yang berkembang pesat yang berlangsung kurang dari 24 jam atau menyebabkan kematian tanpa sebab nonvaskular yang jelas.
Pasalnya stroke pada anak bervariasi dan berbeda dari yang terlihat pada orang dewasa.
Tentunya kondisi ini dapat meningkatkan konsekuensi dari cedera otak.
Baca juga: Kenali Perbedaan Peritonitis Primer dan Peritonitis Sekunder, Berikut Ulasan dr. Andi Siswandi, Sp.B

Stroke pediatrik didefinisikan sebagai stroke yang terjadi pada anak berusia 29 hari setelah dilahirkan sampai berusia 18 tahun serta dapat diklafisikan menurut jenis stroke dan jumlah pembuluh darah serta tempat yang terlibat.
Perlu diketahui jika angka kejadian stroke pada anak meningkat setiap tahun bahkan masih menjadi masalah serius di bidang kesehatan.
Hal ini dapat menyebabkan kematian dan kecacatan pada anak-anak, meskipun tidak lazim seperti yang terjadi pada orang dewasa.
Baca juga: Dehidrasi yang Tidak Ditangani dapat Mempengaruhi Kesehatan Organ Tubuh Lainnya
Insiden tahunan stroke masa kanak-kanak berkisar 2,3-13 per 100.000 anak per tahun di negara maju dan hingga 36% di antaranya melibatkan wilayah vertebrobasilar.
Etiologi stroke pediatrik adalah multifaktorial serta banyak sekali faktor risikonya seperti penyakit jantung, gangguan protrombotik, infeksi virus, malformasi arteriovenosa (AVM) atau penyakit vaskular lainnya, gangguan sindrom metabolisme, vaskulitis, kanker, serta trauma kepala dan leher.
Pasalnya belum ada pedoman yang jelas mengenai stroke pediatrik.

Diagnosis stoke pada anak bisa menjadi sulit, hal ini karena ada banyak penyakit lain yang mirip dengan stroke yang terjadi pada anak dan sembuh dalam waktu 24 jam.
Stroke iskemik paling banyak disebabkan oleh kejadian trombotik atau emboli.
Antikoagulan direkomendasikan untuk pasien dengan diseksi arteri atau trombosis sinus vena.
Baca juga: Cegah Mutasi Virus Baru, Jubir Covid-19: Pencegahan Penularan Tergantung pada Individu
Dalam hal ini, pengobatan antikoagulan adalah heparin tidak terfraksi yang dikirim langsung ke situs trombus menggunakan kateter sebagai pedoman angiografi subtraksi digital yang sudah dimodifikasi sebagai IAHF.
Setelah prosedur IAHF dilakukan, diharapkan tidak terjadi komplikasi seperti hematoma, perdarahan di tempat tusukan, dan cacat neurologis.

Baca juga: Jam Kerja Membengkak Selama WFH, Pakar Ingatkan untuk Seimbangkan Kehidupan dan Pekerjaan
Dilansir oleh Tribunhealth.com dalam International Journal of Brain Disorders and Treatment dengan judul "Case Series: Chronic Pediatric Ischemic Stroke in Childs Successfully Treated with IAHF Procedure" dimana Prof. dr. Taruna Ikrar, M.Biomed, Ph.D. sebagai ketua penelitian.
(Tribunhealth.com/Dhianti)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.