TRIBUNHEALTH.COM - Alergi merupakan suatu kondisi yang sering dibicarakan oleh setiap orang.
Hampir setiap orang dewasa pernah mengalami alergi.
Alergi tersebut bisa muncul saat masa kanak-kanak maupun saat sudah dewasa.
Baca juga: Seorang Ibu Alergi terhadap Gen Anaknya Sendiri, Kulit Kemerahan dan Melepuh setelah Melahirkan
Karena banyaknya faktor pencetus alergi, membuat masyarakat seringkali bingung mengenai penyebab alergi yang dialami.
Menanggapi hal tersebut, dr. Roro Rukmi Windi Perdani, Sp. A memberikan tanggapannya.

Berdasarkan penuturan Roro, langkah utama dalam mengatasi alergi yang tidak diketahui penyebabnya adalah melakukan prinsip penghindaran sementara waktu.
Bisa dilakukan dengan menghindari hal-hal yang dicurigai menyebabkan alergi.
Baca juga: Susu Sapi dan Telur Jadi Penyebab Alergi Makanan Paling Umum pada Bayi dan Anak
"Misalnya setelah makan telur, muncul merah-merah di sekitar mulut atau gatal. Kita curigai alergi terhadap protein di dalam telur itu."
"Artinya untuk memastikan kecurigaan tersebut, kita coba dulu menghindari makan telur," terang Roro.
Penghindaran ini bisa dilakukan selama kurun waktu 2 hingga 4 minggu.

Jika ditemukan perbaikan setelah penghindaran, kemungkinan besar hal tersebut adalah faktor pencetus yang menyebabkan alergi.
Karena alergi akan muncul jika ada paparan.
Baca juga: Berikut Ini 5 Jenis Makanan yang Dapat Memicu Terjadinya Alergi, Simak Ulasan dr. Tan Shot Yen
Dengan demikian, bila paparan tersebut dihindari seharusnya alergi tidak muncul.
Selanjutnya, jika telah mengalami perbaikan dan tidak muncul respon alergi, maka bisa mencoba lagi untuk mendekati faktor yang dicurigai sebagai pencetus alergi tersebut.
Upaya ini disebut dengan Challenge.

Bila dicontohkan di atas, pencetus alergi adalah protein di dalam telur, maka bisa kembali lagi mengonsumsi telur tersebut.
Bila setelah mengonsumsi kembali, timbul gejala alergi yang sama seperti sebelumnya, maka dapat dipastikan bahwa pencetus alergi adalah protein di dalam telur tersebut.
Baca juga: Telur Punya Kandungan B4 yang Baik untuk Kesehatan, dr. Tan Shot Yen: Dibutuhkan oleh Otot dan Otak
Kendati demikian, jangan pernah melakukan Challenge ini jika manifestasi yang dialami berat.
Sebagai informasi, manifestasi alergi ada yang ringan, sedang, dan berat.
Jika manifestasinya berat, maka bisa berisiko mengancam nyawa. Misalnya Anafilaksis atau syok.

"Tidak disarankan untuk dicoba lagi, jika manifestasinya adalah syok anafilaktik. Karena bisa menyebabkan kematian" imbuh Roro.
Selanjutnya, meskipun manifestasi yang dialami ringan dan sedang, sebaiknya Challenge dicoba kembali di bawah pengawasan dokter.
Baca juga: Hidung Mengeluarkan Cairan Bening di Pagi Hari dapat Menandakan Adanya Reaksi Alergi
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi respon yang berat.
Karena jika pada awalnya manifestasi ringan, bisa saja respon selanjutnya menimbulkan manifestasi sedang hingga berat.
Bahkan bisa juga, jika awalnya belum muncul manifestasi alergi, bisa timbul kembali pada waktu berikutnya.

"Misalnya pertama kali makan udang nggak papa, eh makan udang kedua, ketiga, keempat muncul."
"Sebenarnya nggak papa itu karena belum muncul manifestasi, tetapi respon imun di dalam tubuh sebenarnya sudah ada," jelas Roro.
Baca juga: Benarkah Sakit Tenggorokan Terjadi Akibat Reaksi Alergi Dijalur Menelan? Begini Ulsan dr. Hemastia
Sehingga jika kita menerima protein yang sama, dalam hal ini adalah protein udang, akhirnya muncul lagi respon alergi.
Ketika respon tersebut sudah banyak dan memuncak, barulah bermanifestasi.
"Jadi kalau kita mau coba lagi hati-hati, karena yang tadinya ringan bisa aja nanti jadi berat," pesan Roro.
Definisi Alergi

Alergi adalah suatu respon imun yang tidak pada tempatnya atau berlebihan.
"Jadi misalnya ada suatu zat asing yang masuk dalam tubuh seseorang, itu seharusnya tidak menimbulkan respon imun."
"Tetapi pada penderita yang memiliki kerentanan tertentu, akhirnya menyebabkan alergi," kata Roro.
Baca juga: dr. Muhammad Fiarry Fikaris Sebut Protein sebagai Salah Satu Makanan Utama Penyebab Alergi
Sehingga selain faktor lingkungan, alergi juga bisa terjadi karena dipengaruhi oleh faktor genetik.
Faktor genetik ini membuat seseorang rentan terhadap suatu alergen atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Akhirnya memicu terjadinya alergi.
Zat asing yang menyebabkan alergi, disebut alergen.

Dengan demikian alergi disebut sebagai suatu respon imun.
Respon imun memiliki fungsi untuk melindungi tubuh dari serangan zat asing.
Dalam hal ini, penyebab penyakit seperti:
- Bakteri
- Virus

- Parasit
- Jamur.
Akan tetapi, respon ini seharusnya tidak muncul.
Lantaran zat asing bukanlah suatu kuman penyebab penyakit.
Baca juga: Penyakit Sepsis Berhubungan dengan Sistem Imun, Begini Penjelasan dr. Mustopa, Sp.PD.
"Jadi tidak seharusnya dilawan. Tetapi pada alergi muncul respon imun," sambung Roro.
Jenis-jenis Alergi
Alergi jika dibedakan berdasarkan respon imun, memiliki 4 tipe. Mulai tipe 1 hingga 4.
Sedangkan jika dibedakan berdasarkan alergen atau benda yang menyebabkan alergi, itu bisa berupa:
- Inhalat (sesuatu yang dihirup), misalnya: debu, tungau, serbuk sari tanaman.

- Ingasiant (sesuatu yang tertelan), misalnya: protein yang ada di dalam makanan tertentu.
- Sesuatu yang kontak dengan kulit atau mukosa di dalam tubuh.
Baca juga: Gejala dan Penyebab Alergi Pakaian, Bisa karena Bahan hingga Deterjen yang Dipakai untuk Mencuci
Penjelasan dr. Roro Rukmi Windi Perdani, Sp. A ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video(3/2/2021)
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)