TRIBUNHEALTH.COM - Berbagai menu makanan ditemukan tersaji dimeja makan memang sangat menggiurkan.
Namun makanan yang berlebihan tentunya dapat merugikan kesehatan, seperti halnya bagian tenggorokan terasas sakit setelah mengonsumsi makanan.
Hal ini dapat terjadi karena kota kurang mengontrol makanan yang utama untuk tubuh kita.
Sakit tenggorokan akan sangat mengganggu, terutama saat mengonsumsi makanan.
Rasa nyeri dan sakit yang terjadi pada tenggorokan biasanya dapat dipicu oleh beberapa hal, salah satunya adalah makanan.

Baca juga: Peradangan Usus Buntu Sering Dipicu Oleh Faktor Gaya Hidup dan Lingkungan
Beberapa jenis makanan yang menyebabkan sakit tenggorokan:
- Makanan dengan rasa asam
- Makanan bertekstur kering atau keras
- Susu
- Makanan berminyak
- Makanan berkafein
- Makanan mengandung alkohol
Selain karena makanan, radang tenggorokan juga dapat terjadi akibat adanya reaksi alergi yang terjadi dijalur menelan atau karena adanya infeksi pada bagian tenggorokan.
Baca juga: dr. Azizah Sebut Kencing Nanah Keluar secara Spontan dan Terasa Nyeri
Selain itu, radang tenggorokan juga dapat dipicu akibat penyakit lambung yang menyebabkan naiknya zat asam hingga mencapai kerongkongan.
Radang tenggorokan adalah rasa tidak nyaman diarea tenggorok, area mulut, atau area kerongkongan.
dr. Hemastia menyampaikan bahwa radang tenggorok bisa berdampak pada organ lainnya, terutama diarea THT, telingga, hiduung, dan tenggorok.
Dari tenggorok bisa naik ke hidung dan menjadi flu, atau dari flu ke tenggorok.
Selain itu dari sakit tenggorok menjadi sakit ke telinga.
dr. Hemastia juga menyampaikan bahwa dari sakit tenggorok lebih sering ke area lambung, seperti sakit maag.
Baca juga: Bagaimana Cara Membedakan Keputihan dan Kencing Nanah? Begini Penjelasan dr. Azizah
Selain le area lambung bisa juga ke area pernafasan seperti paru, sehingga terjadi sesak nafas dan batuk.
Dengan adanya radang tenggorok bisa meluas kemana-mana dan bisa keluar ke area luar leher.
Oleh karena itu, jika mengalami sakit tenggorok segera konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Ini disampaikan pada channel YouTube KompasTV, bersama dengan dr. Hemastia Manuhara Harba'i Sp.THT. Dokter spesialis THT - kepala dan leher. Kamis (8/7/2021)
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)