TRIBUNHEALTH.COM - Demam lassa adalah penyakit yang disebabkan oleh virus lassa.
Virus lassa berasal dari tikus dan endemik di beberapa bagian Afrika Barat, tetapi hanya 11 kasus yang ditemukan di Inggris sejak 1980.
Namun baru-baru ini, seseorang telah meninggal setelah tiga kasus demam Lassa dikonfirmasi di Inggris.
Dua di antara infeksi tersebut ditemukan pada orang yang baru kembali dari Afrika Barat, dilansir TribunHealth.com dari Sky News, Sabtu (12/2/2022).
Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) meyakinkan orang-orang bahwa risiko masyarakat umum terhadap virus ini tetaplah rendah.
Namun tetap penting untuk megenali apa itu demam lassa, berikut uraiannya.
Apa itu demam Lassa?
Baca juga: Waspada Demam Berdarah, Penyakit yang Rentan Dialami Oleh Anak-anak dan Usia Lanjut
Baca juga: Waspada Sakit Kepala, Demam dan Kaku Kuduk Merupakan Tanda Umum Meningitis
Demam Lassa adalah penyakit virus akut yang berasal dari tikus.
Lassa endemik di beberapa bagian Afrika barat termasuk Sierra Leone, Liberia, Guinea, dan Nigeria.
Penyakit ini ditemukan pada tahun 1969 dan dinamai berdasarkan kota di Nigeria tempat kasus pertama dilaporkan.
Diperkirakan 100.000 hingga 300.000 infeksi demam Lassa terjadi setiap tahun, dengan sekitar 5.000 kematian, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di AS.
Namun, CDC menekankan bahwa tidak ada standar pencatatan demam Lassa sehingga tidak mungkin untuk mengetahui secara pasti berapa banyak kasus yang ada.
Di beberapa daerah Sierra Leone dan Liberia, diketahui bahwa 10 hingga 16% orang yang dirawat di rumah sakit setiap tahun menderita demam Lassa.
Sebelum ditemukan tiga kasus pada Februari 2022, ada delapan kasus demam Lassa yang masuk ke Inggris sejak 1980.
Dua kasus terakhir terjadi pada 2009.
Bagaimana penyakit ini menular ke manusia?
Baca juga: Benarkah Demam Berdarah Hanya Dialami oleh Anak-anak saja? Begini Penjelasan dr. Alia
Baca juga: Waspada, Konsumsi Jamur Enoki yang Tercemar Bakteri Menimbulkan Gejala Demam Hingga Nyeri Sendi
Reservoir atau inang virus Lassa adalah hewan pengerat yang dikenal sebagai "tikus multimammate".
Hewan pengerat ini biasa ditemukan di Afrika barat, tengah, dan timur, dan sering hidup di tempat penyimpanan makanan manusia.
Oleh karena itu, demam Lassa biasanya didapat dari paparan makanan atau barang-barang rumah tangga yang terkontaminasi dengan urin atau kotoran tikus yang terinfeksi.
Manusia dapat menularkan virus satu sama lain melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi.
Apa saja gejalanya?
Gejala demam Lassa biasanya muncul antara satu dan tiga minggu setelah pasien bersentuhan dengan virus.
Gejala demam Lassa ringan dan tidak terdiagnosis pada sekitar 80% kasus.
Gejala ringan termasuk demam ringan, perasaan lemah secara umum, dan sakit kepala.
Namun, pada 20% individu yang terinfeksi, penyakit dapat berkembang menjadi gejala yang lebih serius termasuk pendarahan dari gusi, mata, atau hidung.
Mereka juga mungkin mengalami gangguan pernapasan, muntah berulang, pembengkakan wajah, nyeri di dada, punggung, dan perut.
Masalah neurologis juga telah dijelaskan, termasuk gangguan pendengaran.
Kematian dapat terjadi dalam waktu dua minggu karena kegagalan multi-organ.
Apa risiko paparan?
Baca juga: Mengenal Gejala Hantavirus dan Penyebarannya, Simak Penjelasan Berikut Ini
Baca juga: Berbagai Kondisi yang Sebabkan Demam, Mulai dari Infeksi hingga Inflamasi pada Tubuh
Individu dengan risiko terbesar infeksi virus Lassa adalah mereka yang tinggal atau mengunjungi daerah endemik, termasuk Sierra Leone, Liberia, Guinea, dan Nigeria dan memiliki paparan tikus multimammate.
Staf rumah sakit tidak berisiko besar terkena infeksi selama tindakan perlindungan dan metode sterilisasi yang tepat digunakan.
Perawatan apa yang ada untuk virus?
Ribavirin, obat antivirus, telah berhasil digunakan untuk mengobati demam Lassa pada pasien.
Telah terbukti paling efektif bila diberikan pada awal perjalanan penyakit.
Bagaimana penularan dapat dihindari?
Cara terbaik untuk mencegah penularan adalah dengan menghindari kontak dengan tikus multimammate dan urin atau fesesnya.
Namun prevalensi hewan ini di Afrika barat membuat hal ini sulit untuk dicapai di wilayah tersebut.
Petugas kesehatan yang merawat penderita demam Lassa memakai pakaian pelindung untuk menghindari tertular virus.
Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.
(TribunHealth.com/Nur)