TRIBUNHEALTH.COM - Faktor genetik seringkali dianggap berpengaruh pada berat badan anak.
Jika orangtua memiliki berat badan yang berlebih, anak dianggap akan berpotensi besar memiliki berat badan yang sama.
Demikian pula dengan berat badan yang kurang atau umum disebut kurus.
Baca juga: Gejala Pneumonia Akibat Jamur Susah Dikenali, Ketahui Ciri-cirinya dari dr. Pad Dilangga, Sp. P
Namun tahukah Anda, rupanya faktor genetik tidak terlalu berpengaruh pada berat badan sang anak.
Hal ini diungkapkan oleh seorang Ahli Gizi, R. Radyan Yaminar, S. Gz.

"Berat badan untuk faktor genetik sepertinya tidak terlalu besar proporsi pengaruhnya," ungkapnya dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribunhealth.
Namun yang lebih berpengaruh adalah kebiasaan makan dari keluarga yang diturunkan kepada sang anak.
Baca juga: Ibu Hamil Harus Cukup Nutrisi untuk Mencegah Anak Lahir Stunting, Ini Himbauan dari Ahli Gizi
Misalnya keluarga yang tidak suka makan sayur, akhirnya akan berpengaruh pada pemberian MPASI kepada sang anak.
Karena seringkali keluarga yang tidak suka makan sayur akan tidak memberikan sayur kepada sang anak.

Berbeda dengan risiko perawakan pendek yang bisa dialami anak, akibat orangtua yang memiliki perawakan tinggi badan yang kurang.
Bila pemenuhan gizi anak terbilang bagus, maka anak akan lebih tinggi dari orangtuanya.
Diketahui, anak berhenti tumbuh pada saat memasuki usia pubertas.
Baca juga: Panduan dalam Mengoptimalkan Pemenuhan Gizi Bagi Anak Pra Pubertas, Simak Kata Dokter Gizi Berikut
Sehingga sebelum anak memasuki usia pubertas, maka pertumbuhan tinggi badan pada anak masih dapat dikejar.
Penyebab Anak Susah Naik Berat Badan
Melihat angka timbangan berat badan bertambah tidak selalu membuat sedih bagi sejumlah orang.
Pada beberapa orang, kenaikan berat badan justru sangat dinantikan.
Hal ini biasanya terjadi bagi orang-orang yang susah mengalami kenaikan berat badan, meskipun telah mengonsumsi banyak makanan.

Seringkali fenomena ini dialami oleh anak-anak.
Menurut penuturan Radyan, untuk mengetahui penyebabnya harus dipastikan lebih jauh terlebih dahulu.
Orangtua perlu memastikan gizi pada asupan makanan yang dikonsumsi.
Baca juga: Anak Terdeteksi Alami Gangguan Tumbuh Kembang, Berikut Penanganan yang akan Dokter Berikan
Tidak hanya sebatas memperhatikan jumlahnya.
"Banyaknya harus diteliti lebih dahulu, isinya apa saja, apakah sudah benar sesuai dengan aturan gizi," ungkap Radyan.
Sejumlah asupan gizi yang harus diperhatikan pada asupan makanan anak adalah:
- Karbohidrat

- Lemak
- Protein
- Omega 3
- Omega 6.
Baca juga: Risiko Karies Susu Botol pada Anak, Mulai dari Ngilu hingga Harus Dirawat di Rumah Sakit
Jangan sampai anak banyak makan yang mengandung lemak jenuh, seperti goreng-gorengan.
Akhirnya anak hanya sekadar makan banyak, tetapi tidak menunjang pada kenaikan berat badan.
Selanjutnya, selain memperhatikan asupan makanan, juga penting peduli pada kondisi lingkungan rumah.

Jika kondisi lingkungan rumah kurang bersih, dapat menyebabkan anak terkena infeksi.
Infeksi yang rentan ditemui adalah Diare.
Baca juga: dr. Prasna Pramita Jelaskan Pertolongan Pertama pada Anak yang Terkena Diare, Jaga Asupan Minumnya
"Kalau anak mudah sakit, akhirnya tubuh fokus untuk menyembuhkan."
"Padahal anak masih memasuki masa Golden Age, tubuh harus lebih banyak fokus untuk pertumbuhan."
"Akhirnya menimbulkan zat gizi yang masuk hanya bertugas mengobati penyakit infeksi tersebut," Terang Radyan.
Baca juga: Faktor yang Mempengaruhi Waktu Pemulihan Kelainan Tulang Belakang pada Anak, Simak Penjelasan Dokter
Bila sudah demikian, anak berpotensi mengalami keterlambatan pada aspek pertumbuhan.
Indikator Status Gizi
Pada anak terdapat 4 indikator status gizi. Yaitu:
1. Berat badan menurut umur
2. Tinggi badan menurut umur

3. Berat badan menurut panjang badan
4. Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur.
Dari keempat indikator di atas, panjang badan menurut umurlah yang bisa menentukan seorang anak mengalami stunting atau tidak.
Baca juga: Ahli Gizi Sebut Kebutuhan Gizi Anak Sekolah, Salah Satunya adalah Vitamin dan Mineral
Berbeda dengan anak-anak, indikator status gizi pada usia dewasa, menggunakan acuan IMT.
Perhitungannya didapat dari proporsi berat badan dibagi tinggi badan (dalam kuadrat meter).
Koreksi Gizi Anak
Untuk mengoreksi gizi anak bukan sejak anak dilahirkan saja, tetapi dari saat ibu mengandung dari janin hingga 2 tahun.
Hal ini biasa dinamakan dengan masa 1000 hari pertama kehidupan bayi.

270 hari di dalam kandungan dan 630 harinya setelah anak dilahirkan.
Oleh karena itu, ibu hamil harus memperhatikan asupan nutrisi yang akan dikonsumsi.
Karena jika ibu hamil mengalami malnutrisi atau kurang energi kronis (KEK), maka akan berisiko melahirkan anak dengan berat badan yang rendah dan mengalami stunting.
Penjelasan R. Radyan Yaminar, S.Gz ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribunhealth, Kamis (3/2/2022)
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)