Breaking News:

Ketahui Penyebab Berat Badan Susah Naik meski Banyak Makan dari Ahli Gizi, R. Radyan Yaminar, S.Gz

Berikut ini simak penjelasan ahli gizi mengenai penyebab berat badan susah naik meski banyak makan.

Pixabay
Ilustrasi-simak penjelasan ahli gizi mengenai penyebab berat badan susah naik meski banyak makan. 

TRIBUNHEALTH.COM - Melihat angka timbangan berat badan bertambah tidak selalu membuat sedih bagi sejumlah orang.

Pada beberapa orang, kenaikan berat badan justru sangat dinantikan.

Hal ini biasanya terjadi bagi orang-orang yang susah mengalami kenaikan berat badan, meskipun telah mengonsumsi banyak makanan.

Baca juga: Ibu Hamil Harus Cukup Nutrisi untuk Mencegah Anak Lahir Stunting, Ini Himbauan dari Ahli Gizi

Seringkali fenomena ini dialami oleh anak-anak.

Atas hal tersebut, Ahli Gizi, R. Radyan Yaminar memberikan penjelasannya.

ilustrasi seseorang sedang menimbang berat badan
ilustrasi seseorang sedang menimbang berat badan (lifestyle.kompas.com)

Baca juga: Alasan Saraf Kejepit Rentan Dialami Usia Tua dan Produktif, Dokter: Salah Satunya karena Gaya Hidup

Menurut penuturannya, untuk mengetahui penyebabnya harus dipastikan lebih jauh terlebih dahulu.

Orangtua perlu memastikan gizi pada asupan makanan yang dikonsumsi.

Tidak hanya sebatas memperhatikan jumlahnya.

Ilustrasi orangtua memberikan asupan makanan pada bayi
Ilustrasi orangtua memberikan asupan makanan pada bayi (kompas.com)

"Banyaknya harus diteliti lebih dahulu, isinya apa saja, apakah sudah benar sesuai dengan aturan gizi," ungkap Radyan dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribunhealth.

Baca juga: Fakta Merkuri dan Hidrokuinon yang Dianggap Mampu Memutihkan Kulit, Simak Informasi dari Ahli Gizi

Sejumlah asupan gizi yang harus diperhatikan pada asupan makanan anak adalah:

2 dari 4 halaman

- Karbohidrat

- Lemak

ilustrasi kebutuhan lemak pada anak
ilustrasi kebutuhan lemak pada anak (grid.id)

- Protein

- Omega 3

Baca juga: Ikan Laut yang Digoreng Sebabkan Omega-3, DHA, dan EPA Otomatis Menjadi Lemak Trans atau Trans Fat

- Omega 6.

Jangan sampai anak banyak makan yang mengandung lemak jenuh, seperti goreng-gorengan.

Akhirnya anak hanya sekadar makan banyak, tetapi tidak menunjang pada kenaikan berat badan.

Ilustrasi makanan yang melalui proses penggorengan
Ilustrasi makanan yang melalui proses penggorengan (tribunnews.com)

Lebih lanjut, selain memperhatikan asupan makanan, juga penting peduli pada kondisi lingkungan rumah.

Jika kondisi lingkungan rumah kurang bersih, dapat menyebabkan anak terkena infeksi.

Baca juga: Memiliki Gejala yang Mirip, Begini Penjelasan dr. Roro Rukmi Mengenai Perbedaan Muntaber dan Diare

Infeksi yang rentan ditemui adalah Diare.

3 dari 4 halaman

"Kalau anak mudah sakit, akhirnya tubuh fokus untuk menyembuhkan."

"Padahal anak masih memasuki masa Golden Age, tubuh harus lebih banyak fokus untuk pertumbuhan."

"Akhirnya menimbulkan zat gizi yang masuk hanya bertugas mengobati penyakit infeksi tersebut," Terang Radyan.

Baca juga: Waspada Gagal Napas yang Bisa Sebabkan Kehilangan Nyawa, Ini Gejala yang Bisa Dikenali

Bila sudah demikian, anak berpotensi mengalami keterlambatan pada aspek pertumbuhan.

Indikator Status Gizi

Pada anak terdapat 4 indikator status gizi. Yaitu:

1. Berat badan menurut umur

2. Tinggi badan menurut umur

Ilustrasi anak mengukur tinggi badan
Ilustrasi anak mengukur tinggi badan (lifestyle.kompas.com)

3. Berat badan menurut panjang badan

4. Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur.

4 dari 4 halaman

Dari keempat indikator di atas, panjang badan menurut umurlah yang bisa menentukan seorang anak mengalami stunting atau tidak.

Baca juga: Masalah Gigi dan Mulut Bisa Menyebabkan Anak Mengalami Stunting, Begini Ulasan drg. Wiwik Elnangti

Berbeda dengan anak-anak, indikator status gizi pada usia dewasa, menggunakan acuan IMT.

Perhitungannya didapat dari proporsi berat badan dibagi tinggi badan (dalam kuadrat meter).

Koreksi Gizi Anak

Untuk mengoreksi gizi anak bukan sejak anak dilahirkan saja, tetapi dari saat ibu mengandung dari janin hingga 2 tahun.

Hal ini biasa dinamakan dengan masa 1000 hari pertama kehidupan bayi.

Baca juga: Bahaya Memberikan Makanan Bayi Menggunakan Botol Susu, Ini Himbauan dari drg. Wiwik Elnangti Wijaya

ilustrasi ibu hamil mengonsumsi makanan bernutrisi
ilustrasi ibu hamil mengonsumsi makanan bernutrisi (freepik.com)

Baca juga: Pentingnya Memperhatikan Asupan Nutrisi Cukup Guna Mencegah Terjadinya Malnutrisi pada Pasien Covid

270 hari di dalam kandungan dan 630 harinya setelah anak dilahirkan.

Oleh karena itu, ibu hamil harus memperhatikan asupan nutrisi yang akan dikonsumsi.

Karena jika ibu hamil mengalami malnutrisi atau kurang energi kronis (KEK), maka akan berisiko melahirkan anak dengan berat badan yang rendah dan mengalami stunting.

Baca juga: Mengapa Pasien COVID-19 Berisiko Mengalami Malnutrisi? Begini Penjelasan R. Radyan Yaminar, S. Gz

Penjelasan R. Radyan Yaminar, S.Gz ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribunhealth, Kamis (3/2/2022)

(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comBerat BadanAhli GiziR. Radyan Yaminar S.GzKarbohidratlemakproteinomega 3 Sitoplasma
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved