TRIBUNHEALTH.COM - Kegiatan olahraga memiliki resiko cedera maupun kondisi gangguan kerja fisik secara mendadak.
Resusitasi jantung paru atau CPR merupakan prosedur gawat darurat untuk membantu menyelamatkan nyawa seseorang ketika mengalami henti jantung.
Pemberian CPR pada orang yang mengalami henti jantung harus segera mungkin dilakukan.
Sebabnya selama henti jantung terjadi, organ jantung tidak mampu memompa darah ke seluruh tubuh termasuk otak dan paru-paru.
Padahal detak jantung adalah tanda bahwa organ jantung bekerja dengan baik.
Jika pertolongan pertama terlambat diberikan, kematian tak bisa dihindarkan.

Baca juga: Penderita Asam Lambung Hindari Berbaring Setelah Makan Agar Tidak Terjadi Reflux
Jantung memiliki listrik atau diesel untuk menjalankan organ jantung atau memompa jantung.
Yang disebut dengan henti jantung, kelistrikan pada jantung tersebut mengalami gangguan.
Jantung berhenti dan supply oksigen ke jantung dan ke organ yang lain juga behenti.
Apabila seseorang mengalami tersebut, maka terjadilah hal yang fatal.
Henti jantung hanya berlangsung beberapa menit saja.
Henti jantung terjadi secara tiba-tiba dan hanya dalam hitungan menit.
Seseorang yang mengalami henti jantung akan merasa lemas, langsung tidak sadarkan, tidak bernafas, dan tentu nadi tidak ada.
Baca juga: Menurut dr. Connie Calista Tham, Pemilik Kulit Sensitif Belum Disarankan Melakukan Perawatan HIFU
Selain itu kulit menjadi pucat, karena memang aliran darah berhenti secara total.
Sedangkan serangan jantung terjadi secara bertahap.
Gejala yang sering terjadi pada orang awam tanpa disadari adalah sesak nafas, nyeri pada perut hingga ke dada.
Tidak hanya itu saja, kepala terasa ringan, dan nadi tidak teratur.
Tetapi tidak semua orang awam mengerti cara memeriksa nadi.
Henti jantung bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
- Kolesterol tinggi
- Kadar lemak yang tinggi
Baca juga: Selain Jenis Makanan, Adakah Pantangan Bagi Penderita GERD? Begini Ulasan Ahli Gizi
- Penyakit diabetes melitus
- Hipertensi atau tekanan darah tinggi
- Sering stress
- Obesitas atau kegemukan
- Kurang gerak
- Merokok
Ini disampaikan pada channel YouTube KompasTV, bersama dengan dr. Siswo Putranto Santoso, Sp.F. Seorang dokter spesialis forensik klinis dan pegiat SAR. Jumat (25/6/2021)
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)