TRIBUNHEALTH.COM - Mendengkur adalah salah satu kebiasaan yang kerap dialami sebagian masyarakat.
Kondisi demikian kerap dianggap hal yang biasa.
Padahal, kebiasaan mendengkur saat tidur di malam hari bisa menunjukkan tanda seseorang telah mengalami Sleep Apnea.
Baca juga: Hubungan Sleep Apnea dan Covid-19, Simak Ulasan Dokter Praktisi Kesehatan Tidur, Andreas Prasadja
Oleh karena itu, Dokter Praktisi Kesehatan Tidur, Andreas Prasadja, berpesan untuk tidak mengabaikannya.
"Jangan abaikan ada dengkuran, kalau sudah berkeluarga, pasangan bilang tidurnya ngorok, sudah percaya aja deh," ungkap Andreas dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV.
Ia menambahkan, teguran dari lingkungan adalah sebagai peringatan untuk diri sendiri.

Mengingat mendengkur tidak bisa dirasakan oleh diri sendiri, kecuali orang lain yang mendengar.
Selanjutnya, curigai saat bangun tidur tubuh terasa tidak segar, padahal telah stirahat dalam waktu yang cukup.
Baca juga: Pengaruh Berat Badan pada Kondisi Sleep Apnea, Ini Penjelasan Dokter Praktisi Kesehatan Tidur
Kemudian memilih mengonsumsi kafein yang berlebih pada saat siang hari.
Tanda-tanda di atas perlu segera diwaspadai.
Bila ditemukan, harap segera melakukan pemeriksaan dengan dokter.

"Mulai tanda-tanda, sebaiknya diperiksakan," pesan Andreas.
Terlebih bila sudah disertai dengan:
- Tekanan darah yang meningkat
- Gula darah meningkat
Baca juga: dr. Syahidatul Wafa, Sp.PD Jelaskan Batas Gula Darah yang Aman, Tergantung pada Kondisi Pasien
- Kolesterol meningkat.
Sejumlah gejala penyerta di atas, sudah dianggap sebagai indikasi seseorang mengalami Sleep Apnea.
Faktor Keturunan
Andreas menerangkan, bahwa masyarakat Asia yang mengalami Sleep Apnea rata-rata disebabkan oleh faktor keturunan.
Kondisi ini berkaitan dengan ciri-ciri fisik masyarakat Asia yang berbeda dengan masyarakat Eropa.

Masyarakat Asia cenderung memiliki rahang kecil, sempit, dan Leher pendek.
Berbeda dengan masyarakat Eropa, yang mayoritas pasien Sleep Apnea disebabkan oleh kegemukan.
"Sehingga tidak perlu gemuk untuk menderita Sleep Apnea."
"Jadi rata-rata justru (masyarakat Indonesia alami Sleep Apnea) karena keturunan," tambah Andreas.
Baca juga: Mungkinkah Insomnia Memiliki Hubungan Erat dengan GERD? Simak Penjelasan dr. Hasan
Tergantung kondisi ini terjadi pada usia berapa dan seberapa parah.
Pasalnya terdapat beberapa faktor pendukung yang bisa memicu Sleep Apnea bertambah parah.
Di antaranya:
- Bertambahnya usia, maka akan semakin mudah lembek saluran napas
- Bertambahnya berat badan (gemuk)

- serta gaya hidup yang tidak baik (merokok dan alkohol).
Baca juga: Hindari Merokok dan Konsumsi Alkohol Agar Filler Tahan Lama, Simak Ulasan dr. Caryn Miranda Saptari
Penjelasan Dokter Praktisi Kesehatan Tidur, Andreas Prasadja, ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV, Senin (1/3/2021).
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)