TRIBUNHEALTH.COM - Diketahui terdapat sekian persen pasien Covid-19 mengalami Sleep Apnea.
Hal tersebut juga didukung dengan survei yang diselenggarakan di Finlandia kepada pasien Covid-19 yang menyebutkan terdapat 29 % pasien mengalami Sleep Apnea.
Serupa dengan Journal of Clinical Sleep Medicine, juga sudah menyerukan bahwa, semua survei atau penelitian pada pasien Covid-19 harus mempertimbangkan kondisi Sleep Apnea.
Baca juga: Selain Tingkatkan Konsentrasi, Tidur yang Cukup Bisa Bantu Turunkan Berat Badan
"Karena (Sleep Apnea) henti napas saat tidur, pada saat berhenti napasnya tersumbat, tidak ada udara yang bisa lewat."
"Karena sesak, badannya akan bangun. Ambil napas, tidur lagi," ungkap Dokter Praktisi Kesehatan Tidur, Andreas Prasadja dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV.

Dengan demikian, pasien akan bangun tanpa terjaga.
Proses bangun yang berulang kali sepanjang malam tersebut, memicu kualitas tidur menjadi buruk.
Baca juga: Gangguan Tidur Berdampak Fatal, Salah Satunya Memicu Masalah Jantung dan Komplikasi Kesehatan
Maka secara otomatis membuat daya tahan tubuh menjadi berkurang.
"Belum lagi penurunan kadar oksigen yang berulang kali, karena kerja jantung yang berat," tambah Andreas.

Sehingga penderita Sleep Apnea (terutama yang berat), kalau sampai terkena Covid-19, kemungkinan besar akan membutuhkan ICU.
Baca juga: Pentingnya Memperhatikan Asupan Nutrisi Cukup Guna Mencegah Terjadinya Malnutrisi pada Pasien Covid
Penjelasan Dokter Praktisi Kesehatan Tidur, Andreas Prasadja, ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV, Senin (1/3/2021).
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)