TRIBUNHEALTH.COM - Disfungsi orgasme merupakan salah satu masalah yang bisa muncul dalam rumah tangga yang banyak dialami wanita.
Sulit untuk menentukan penyebab yang mendasari disfungsi orgasme, dilansir TribunHealth.com dari Healthline.
Wanita mungkin mengalami kesulitan mencapai orgasme karena faktor fisik, emosional, atau psikologis.
Faktor yang berkontribusi mungkin termasuk:
- usia yang lebih tua
- kondisi medis, seperti diabetes
- riwayat operasi ginekologi, seperti histerektomi
- penggunaan obat-obatan tertentu, terutama inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) untuk depresi
- keyakinan budaya atau agama
- perasaan malu
- rasa bersalah karena menikmati aktivitas seksual
- sejarah pelecehan seksual
- kondisi kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan
- stres
- harga diri yang buruk
- masalah hubungan, seperti konflik yang belum terselesaikan atau kurangnya kepercayaan

Baca juga: Medical Sexologist Paparkan Cara Penularan HIV/AIDS Sebagai Penyakit Menular Seksual
Baca juga: Orangtua Berperan Penting untuk Berikan Edukasi Seksual pada Anak, Begini Ulasan dr. Clarin Hayes
Terkadang, kombinasi dari faktor-faktor ini dapat membuat pencapaian orgasme menjadi sulit.
Ketidakmampuan untuk orgasme dapat menyebabkan kesusahan, yang mungkin membuat lebih sulit untuk mencapai orgasme di masa depan.
Bagaimana disfungsi orgasme didiagnosis?
Jika seseorang merasa mengalami disfungsi orgasme, ia harus menjadwalkan janji temu dengan dokter.
Dokter dapat mendiagnosis kondisi dan memberikan rencana perawatan yang tepat.
Mendapatkan bantuan dari dokter adalah cara terbaik untuk memastikan dapat sepenuhnya menikmati aktivitas seksual lagi.
Selama janji temu, dokter akan mengajukan pertanyaan tentang riwayat seksual dan melakukan pemeriksaan fisik.
Baca juga: Jika Mengalami Masalah Seksual di Usia Muda, Bisa Diobati dengan Konseling
Baca juga: Psikolog Ungkap Pendidikan Seksual Membuat Anak Menyadari untuk Melindungi dan Menghargai Tubuhnya

Respons dan hasil pemeriksaan dapat mengungkapkan penyebab yang mendasari disfungsi orgasme dan dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor lain yang mungkin berkontribusi terhadap kondisi yang dialami.
Dokter mungkin merujuk ke dokter kandungan untuk pemeriksaan lanjutan.
Seorang ginekolog dapat merekomendasikan perawatan lebih lanjut untuk disfungsi orgasme.
Bagaimana disfungsi orgasme diobati?
Perawatan untuk disfungsi orgasme tergantung pada penyebab kondisi tersebut. Pasien mungkin perlu:
- mengobati kondisi medis yang mendasarinya
- ganti obat antidepresan (jika menggunakan)
- memiliki terapi perilaku kognitif (CBT) atau terapi seks
- meningkatkan rangsangan klitoris selama masturbasi dan hubungan seksual
Konseling pasangan adalah pilihan pengobatan populer lainnya.
Konselor akan membantu pasien dan pasangan mengatasi ketidaksepakatan atau konflik yang mungkin dialami.
Baca juga: dr. Binsar Martin Sinaga Sebut Trauma Akibat Pelecehan Seksual Memengaruhi Orgasme saat Berhubungan
Baca juga: Medical Sexologist Ungkap 70 Persen Wanita Indonesia Tak Pernah Capai Orgasme, Kuncinya Posisi Ini

Ini dapat menyelesaikan masalah yang terjadi baik dalam hubungan maupun di kamar tidur.
Dalam beberapa kasus, terapi hormon estrogen dapat digunakan.
Estrogen dapat membantu meningkatkan hasrat seksual atau jumlah aliran darah ke alat kelamin untuk meningkatkan sensitivitas.
Terapi hormon estrogen mungkin melibatkan minum pil, memakai patch, atau mengoleskan gel ke alat kelamin.
Terapi testosteron adalah pilihan lain.
Namun, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) belum menyetujuinya untuk mengobati disfungsi orgasme pada wanita.
Beberapa produk over-the-counter (OTC) dan suplemen nutrisi juga dapat membantu wanita dengan disfungsi orgasme.
Minyak gairah, seperti Zestra, menghangatkan klitoris dan meningkatkan rangsangan.
Minyak ini mungkin bermanfaat untuk digunakan selama hubungan seksual dan masturbasi.
Pastikan telah berbicara dengan dokter sebelum menggunakan produk atau obat OTC apa pun.
Mereka dapat menyebabkan reaksi alergi atau mengganggu obat lain yang tengah dipakai.
Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.
(TribunHealth.com/Nur)