TRIBUNHEALTH.COM - Sebenarnya tidak banyak orang memiliki mental yang benar-benar sehat.
Gangguan pada mental seseorang tidak hanya halusinasi saja, tetapi delusi juga menjadi gangguan mental serius.
Baik halusinasi maupun delusi terjadi ketika otak memproses suatu hal yang sebenarnya tidak terjadi.
Delusi dan halusinasi kerap disalah artikan sebagi hal yang sama, dan ternyata keduanya memiliki perbedaan yang mendasar.
Delusi adalah keyakinan yang dipegang secara kuat namun tidak akurat, dimana keyakinan tersebut tanpa bukti.

Baca juga: Tak Boleh Lengah di Tengah Pandemi, Berikut Cara Menjaga Tubuh Agar Terhindar dari Covid-19
Misalnya seseorang merasa diikuti oleh orang lain, merasa menjadi target dicelakai, atau merasa menjadi target di santet oleh orang lain.
Perbedaan antara delusi dan halusinasi ialah sebagai berikut:
Halusinasi adalah indra melihat namun yang dilihat bukan yang seharusnya dilihat.
Misalnya jendela tampak makhluk halus, atau benda-benda lain.
Halusinasi lain misalnya terlinga terasa ada yang berbicara.
Sedangkan delusi lebih ke keyakinan yang salah.
Misalnya merasa dirinya diikuti oleh seseorang, dirinya diomongin orang atau merasa dirinya sebagai seseorang yang hebat menjadi orang pilihan.
Baca juga: Amankah Gigi Gingsul Dipertahankan atau Harus Segera Dicabut? Simak Penjelasan dr. Anastasia
Delusi bisa sembuh dengan berpikir rasional, berlatih menerima kenyataan hidup saat ini, berlatih memecahkan masalah, berlatih berusaha, dan mengisi aktivitas sehari-hari dengan kegiatan positif mulai dari belajar, kuliah, bekerja, olahraga, beribadah, berteman, berkomunikasi dengan oranglain dan kegiatan positif lainnya.
Seseorang yang mengalami delusi disa disadarkan dengan kebenaran, namun butuh proses.
Akar masalah bagi orang delusi juga perlu dipecahkan mulai dari melatih skill tertentu.
Seseorang yang memiliki banyak skill dan keterampilan maka memungkinkan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Delusi yang masih tergolong ringan bisa sembuh, gangguan sedang biasanya bisa kambuh, serta yang berat mudah kambuh.
Baca juga: dr. Fadlina Membagikan Beberapa Tips Penting untuk Menjaga Kesehatan Kulit
Kekambuhan tersebut sangat tergantung kondisi individu yang bersangkutan.
Berikut adalah beberapa tips yang disampaikan psikolog untuk mencegah delusi:
Tips pertama dilatih memecahkan masalah.
Ke-2, biasakan diri matang atau dewasa sesuai usianya.
Ke-3, jangan dimanja.
Ke-4, hadapi bullying.
Ke-5, latih banyak skill mulai dari bersepeda, mengendarai motor, mengendarai mobil, berolahraga, berkomunikasi dengan oranglain, berbelanja, dimana latih seseuai usia.
Adakah tips lain yang bisa mencegah terjadinya delusi?
Baca juga: Amankah Gigi Gingsul Dipertahankan atau Harus Segera Dicabut? Simak Penjelasan dr. Anastasia
Berikut adalah penjelasan Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi. (Psikolog di www.praktekpsikolog.com). Seorang psikolog keluarga dan pendidikan anak.
Kini dirinya telah memiliki sebuah yayasan yang bernama Praktek Psikolog Indonesia.
Saat ini yayasan yang Adib dirikan telah tersebar di berbagai wilayah.
Ia bertugas di Yayasan Praktek Psikolog Indonesia Cabang Tangsel.
Saat ini juga menjadi Koordinator untuk cabang Bintaro-Jaksel, Rawamangun-Jaktim, Pondok Aren-Tangsel, Cileungsi-Perbatasan Bogor Bekasi, Semarang, Makassar dan Surabaya.
Sebelum berpraktek di Yayasan Praktek Psikolog Indonesia, ia sempat praktek di Yayasan Cinta Harapan Indonesia selama kurang lebih 3 tahun.
Baca juga: Dr. drg. Munawir H. Usman, SKG., MAP Ungkap Susunan Gigi Berantakan Tak Dipengaruhi Faktor Genetik
Riwayat Pendidikan Adib Setiawan:
- S1 Psikolog UIN Jakarta 2001-2005
- S2 Profesi Psikolog Universitas Tarumanegara Jakarta 2007-2009
Pengabdian Masyarakat:
- Relawan medis di Rumah Sakit Dr. Suyoto Kementerian Pertahanan pada 2020 selama 2 bulan
- Relawan bencana alam di Selat Sunda bidang psikologi pada Desember 2018 - Januari 2019
- Relawan psikolog di Yayasan Cinta Harapan Indonesia Autism Center 2008-sekarang
Profil lengkap Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi. bisa dilihat disini.
Baca juga: Gejala dan Tips NHS untuk Atasi Jet Lag, Perbanyak Minum Air Putih serta Hindari Kafein
Pertanyaan:
Adakah tips lain untuk mencegah delusi pak?
Anggra, Solo
Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi. menjawab:
- Tidak mendapatkan kekerasan dari orangtua, sering didengar masalah yang dihadapri dan memiliki teman, tidak mudah tersinggung.
- Sering berlatih berpikir rasional.
- Sekolah SD, SMP, SMA, kuliah tidak pindah-pindah sekolah tanpa alasan dan rajin belajar saat sekolah.
- Keluarga memberikan support ke anak sejak kecil.
- Mampu menyesuaikan diri sesuai usianya.
- Jangan terlalu mneyalahkan lingkungan dan keadaan.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)