TRIBUNHEALTH.COM - Sakit tenggorokan akan sangat mengganggu, terutama saat mengonsumsi makanan.
Radang tenggorokan adalah rasa tidak nyaman di area tenggorok, area mulut, atau area kerongkongan.
Radang tenggorokan disebut juga dengan faringitis, yaitu suatu kondisi peradangan yang terjadi pada tenggorokan (faring) dan biasa disebabkan oleh infeksi bakteri ataupun virus.
Keluhan radang tenggorok membuat seseorang merasa tidak nyaman karena terasa nyeri, sakit, perih, kering, dan gatal.
Seringkali kondisi ini membuat seseorang mengalami kesulitan untuk makan, menelan, bahkan berbicara.
Rasa nyeri dan sakit yang terjadi pada tenggorokan biasanya dapat dipicu oleh beberapa hal, salah satunya adalah makanan.

Baca juga: Vaginismus dan Dispareunia, 2 Penyebab Hubungan Seksual Terasa Menyakitkan pada Perempuan
Beberapa macam makanan yang menyebabkan sakit tenggorokan:
- Makanan dengan rasa asam
- Makanan bertekstur kering atau keras
- Susu
- Makanan berminyak
- Makanan berkafein
- Makanan mengandung alkohol
Selain karena makanan, radang tenggorokan juga dapat terjadi akibat adanya reaksi alergi yang terjadi dijalur menelan.
Baca juga: Muncul Varian AY.4.2., Satgas Covid-19 Imbau Masyarakat Tidak Panik
Tak hanya karena reaksi alergi, radang tenggorokan bisa terjadi karena adanya infeksi pada bagian tenggorokan.
Selain itu, radang tenggorokan juga dapat dipicu akibat penyakit lambung yang menyebabkan naiknya zat asam hingga mencapai kerongkongan.
Radang tenggorok bisa berdampak pada organ lainnya, terutama diarea THT, telingga, hiduung, dan tenggorok.
Dari tenggorok bisa naik ke hidung dan menjadi flu, atau dari flu ke tenggorok.
Selain itu dari sakit tenggorok menjadi sakit ke telinga.
Baca juga: Ketua DPP PTGMI Beri Kuliah Perdana di Podi Sarjana Terapan Terapi Gigi FKG Universitas Hasanuddin
Sakit tenggorok lebih sering berpengaruh ke area lambung, seperti sakit maag.
Bisa juga ke area pernafasan seperti paru, sehingga terjadi sesak nafas dan batuk.
Dengan adanya radang tenggorok bisa meluas ke mana-mana dan bisa meluar ke area luar leher.
Ini disampaikan pada channel YouTube KompasTV, bersama dengan dr. Hemastia Manuhara Harba'i Sp.THT. Dokter spesialis THT - kepala dan leher. Kamis (8/7/2021)
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)