Breaking News:

dr. Kartikaningsih, Sp.A Ingatkan untuk Memerhatikan Asupan Gizi Pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan

Menurut dr. Kartikaningsih, Sp.A usia yang paling tinggi berisiko terhadap tumbuh kembang anak adalah usia 1.000 hari pertama kehidupan.

Penulis: Dhiyanti Nawang Palupi | Editor: Ekarista Rahmawati
grid.id
Ilustrasi 1.000 hari pertama kehidupan, begini ulasan dr. Kartikaningsih, Sp.A 

TRIBUNHEALTH.COM - Selama kehamilan ibu memerlukan gizi yang baik untuk mendukung tumbuh kembang anak di dalam kandungan.

Apapun yang dikonsumsi ibu selama kehamilan sangat memengaruhi tumbuh kembang bayi.

Selain itu, faktor genetik juga berperan penting.

Baca juga: dr. Jonathan Subekti Jelaskan 2 Penyebab Keluhan Akibat Memakai Masker selama Pandemi

Dokter memaparkan jika usia yang paling tinggi berisiko terhadap tumbuh kembang anak adalah usia 1.000 hari pertama kehidupan.

Hal ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Anak, dr. Kartikaningsih, Sp.A yang dilansir Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk edisi 23 Oktober 2021.

Ilustrasi makanan bergizi untuk anak
Ilustrasi makanan bergizi untuk anak (Tribunnews.com)

Maka dari itu 1.000 hari pertama kehidupan seringkali disebut sebagai golden period kehidupan.

Golden period kehidupan dimulai sejak di dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun.

Pada masa ini, ibu harus memerhatikan asupan gizi dan simulasi.

Karena masa ini adalah masa perkembangan otak yang paling optimal.

Baca juga: drg. Ngt. Anastasia Ririen: Pasien Diabetes Mudah Mengalami Gingivitis, Gigi Goyang, dan Halitosis

Selain itu mungkin sebagian orang tidak asing dengan istilah stunting.

2 dari 3 halaman

Stunting merupakan kondisi tinggi badan anak lebih pendek dibanding tinggi badan anak sesusiannya.

Kasus stunting di Indonesia menjadi masalah kesehatan dengan jumlah yang cukup banyak akibat kekurangan gizi kronis.

Ilustrasi tumbuh kembang anak yang dipengaruhi faktor genetik
Ilustrasi tumbuh kembang anak yang dipengaruhi faktor genetik (lifestyle.kompas.com)

Apabila tinggi badan anak tidak sesuai usia dan turun sampai dibawah grafik WHO menunjukkan minus 2, maka bisa dianggap stunting.

Menurut dokter, kini banyak sekali orang tua yang khawatir anaknya mengalami stunting.

Baca juga: drg. R. Ngt. Anastasia Ririen: Umumnya Penderita Diabetes Memiliki Oral Hygiene yang Buruk

"Tidak selalu anak yang kurus sama dengan stunting," ujar dr. Kartikaningsih.

Dikatakan stunting apabila anak memenuhi kriteria tinggi bada dibawah minus 2 pada grafik.

"Apabila tinggi badan tidak memenuhi kriteria dibawah minus 2, maka tidak boleh disebut stunting," tegas dr. Kartikaningsih.

Ilustrasi stunting, simak ulasan dr. Kartikaningsih, Sp.A
Ilustrasi stunting, simak ulasan dr. Kartikaningsih, Sp.A (kompas.com)

"Memang saat ini banyak anak yang kurus namun tinggi, memang model anak kurus dan tinggi, bukan berarti stunting," tambahnya.

Baca juga: dr. Zulvia Oktanida Syarif, Sp.KJ: Kesehatan Mental Tak Hanya Satu Penyebabnya, tapi Multifactorial

Penjelasan Dokter Spesialis Anak, dr. Kartikaningsih, Sp.A dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk edisi 23 Oktober 2021.

(Tribunhealth.com/Dhiyanti)

3 dari 3 halaman

Baca berita lain tentang kesehatan di sini.

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comtumbuh kembang anakasupan giziPerkembangan anakstuntingdr. Kartikaningsih Sp.A
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved