TRIBUNHEALTH.COM - Sebagai orangtua mungkin pernah melakuka kekerasan pada anak..
Kekerasan pada anak akan berdampak kepanjangan dan mempengaruhi sikap anak dimasa depan.
Kekerasan pada anak meliputi kekerasan fisik, dan pelecehan seksual namun juga lebih dari itu.
Pasangan usia muda lebih rentan melakukan kekerasan kepada anak dikarenakan kurang siapnya menjadi orang tua.
Memiliki anak pun dikarenakan hanya coba-coba saja.
Sehingga sangat rentan sekali terjadi kekerasan pada anak yang dilakukan oleh orangtua.

Baca juga: Meskipun Bukan Ciri Spesifik, Nyeri Dada Bisa Menjadi Tanda-tanda Serangan Jantung
Sebenarnya bukan hanya yang muda, menikah usia 20 tahun ataukah 30 tahun memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan kekerasan pada anak.
Kekerasan akan terjadi apabila masih coba-coba dan sudah memiliki anak.
Yang membuat seseorang mudah melakukan kekerasan pada anak adalah dikarenakan orangtua yang coba coba.
Selain itu ditambah kondisi tekanan kehidupsn atau karena tekanan kehidupan yang bermacam-macam.
Tekanan kehidupan mulai dari faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor hubungan orangtua dengan saudara lain (mertua, dan teman) akan meni,bulkan suatu tekanan tertentu.
Baca juga: Kebiasaan Pasien Menentukan Material Gigi Palsu yang Akan Digunakan
Sehingga, ketika orangtua merasa tertekan akhirnya anak menjadi pelampiasan.
Melampiaskan kondisi tekanan hidup kepada anak.
Kekerasan pada anak dipengaruhi oleh faktor dua sisi kedua orangtua.
Faktor psikologis orangtua akan mempengaruhi apakah orangtua akan melakukan kekerasam terhadapt anak atau tidak.
Dampak kekeraasan kepada anak dibagi menjadi dua, yakni:
1. Dampak jangka pendek:
- Anak akan merasa diam
- Minder
Baca juga: Berikut Peran Penting Penggunaan Gigi Palsu yang Disampaikan oleh drg. Anastasia
- Menundukkan kepala
- Tatapan mata kurang tajam
- Kurang percaya diri
- Malas belajar
- Sulit bergaul
2. Dampak jangka panjang:
Apabila kekerasan dilakukan secara terus menerus, secara jangka panjang anak akan merasa kurang percaya diri.
Bahkan terjadi penurunan dalam prestasi belajar.
Ini dikutip dari Tribun Health, dan disampaikan oleh Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi., seorang Psikolog. Senin (31/5/2021)
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)