TRIBUNHEALTH.COM - Tidur merupakan aktivitas yang diperlukan oleh tubuh.
Satu di antara masalah yang bisa timbul adalah social jetlag.
Social jetlag merupakan istilah yang merujuk pada perbedaan antara jumlah jam tidur pada hari biasa dan akhir pekan.
Artinya, seseorang cenderung tidur lebih larut pada saat akhir pekan karena suatu alasan, sebagaimana diberitakan TribunHealth.com dari CNN, Jumat (27/8/2021).
Sayangnya, hal ini akan mempengaruhi sistem sirkardian pada umumnya.
"Social jetlag terjadi ketika orang tidur lebih lambat di akhir pekan daripada saat bekerja atau sekolah, dan ini menyebabkan penundaan waktu sirkadian," kata spesialis tidur Kenneth Wright, seorang profesor psikologi integratif di University of Colorado di Boulder.
Masalah seperti ini kerap terjadi pada remaja.

Baca juga: dr. Mustopa Sp.PD Sebut Merubah Posisi Tidur Termasuk Cara Mengobati Sleep Apnea
Baca juga: dr. Hasan Maulahela Sebut Gangguan Tidur Bisa DIsebabkan oleh Naiknya Asam Lambung
Apa lagi siklus tidur alami mereka mendorong untuk terjadinya hal tersebut.
Ketika anak-anak mencapai pubertas, mereka secara biologis diprogram untuk begadang, kata para ahli.
Saat seorang anak mendekati pubertas, kadar melatonin (hormon tidur) mulai disekresikan di kemudian hari, menggerakkan jam tubuhnya dari "day lark" atau tipe pagi ke "night owl" atau tipe malam, menurut American Academy of Pediatrics.
Tekanan untuk tertidur "terakumulasi lebih lambat" di otak, yang "mengakibatkan kesulitan tidur pada waktu tidur lebih awal," catat AAP.
Akibatnya terjadi pergeseran siklus tidur/bangun sebanyak dua jam pada masa kanak-kanak pertengahan.
Baca juga: Dr. drg. Munawir H Usman, SKG., MAP: Penggunaan Behel Gigi Removable sebaiknya di Lepas saat Tidur
Baca juga: Benarkah Bruxism Saat Tidur Berbahaya? Begini Penjelasan Dr. drg. Munawir H. Usman, SKG., MAP

“Pada tingkat praktis, penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata remaja di masyarakat saat ini mengalami kesulitan tidur sebelum pukul 23:00 dan paling cocok untuk bangun pada pukul 8:00 atau lebih,” AAP menyimpulkan.
Meski terjadi secara alami, hal itu tak berarti kebutuhan tidur remaja berkurang.
Mereka tetap membutuhkan tidur antara 8 hingga 10 jam per hari.
Risiko kesehatan pun tetap mengancam jika kebutuhan tersebut tak terpenuhi.
Baca berita lain tentang kesehatan umum di sini.
(TribunHealth.com/Nur)