TRIBUNHEALTH.COM - Asupan gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan anak akan membuat anak mengalami kekurangan gizi.
Bila kondisi ini dibiarkan terlalu lama, maka akan berisiko anak mengalami berbagai gangguan kesehatan.
Dikutip TribunHealth.com dari tayangan YouTube Tribun Health, Dokter Tri Agustina menjelaskan, kondisi kekurangan gizi dapat diartikan dengan malnutrisi.
Kendati demikian, malnutrisi tidak hanya dapat diartikan dengan kekurangan gizi saja, melainkan juga dengan kelebihan gizi.
Baca juga: Dokter Spesialis Jelaskan Tahapan Terjadinya Komplikasi Organ pada Penderita Penyakit Diabetes
Baca juga: Insomnia Meningkat Selama Pandemi Covid-19, Simak Gejala dan Berbagai Dampak Buruknya
Baca juga: Bagaimana Cara Mengatasi Gusi Bengkak Dok? Apakah dari Sikat Gigi atau Obat Kumur?
"Mal itu salah, nutrisi itu nutrisi."
"Jadi malnutrisi adalah asupan gizi salah, baik kekurangan atau kelebihan gizi," terang Tri.
Tri menambahkan, kondisi kekurangan gizi terbagi menjadi enam jenis.
1. Kwashiorkor
Pada kondisi kwashiorkor, kekurangan gizi timbul akibat kebutuhan asupan protein tidak tercukupi.
Anak yang mengalami kondisi kekurangan gizi jenis ini, akan menimbulkan beberapa risiko gangguan kesehatan. Yaitu:
- Warna kulit menjadi pucat
- Rambut tidak hitam
- Anak mengalami bengkak pada beberapa bagian tubuh (kaki, tangan, wajah)
- Otot yang menjadi tipis
- Mudah mengalami diare
- Mudah Lemas
2. Marasmus

Sementara pada kondisi marasmus, kekurangan gizi terjadi akibat tidak tercukupi kebutuhan asupan karbohidrat dan protein.
Kondisi ini bisa menyebabkan beberapa masalah kesehatan yang timbul pada anak. Seperti:
- Berat badan turun
- Perut cekung
- Wajah tua karena keriput
- Mudah rewel
- Sering menangis
3. Gabungan Marasmus dan Kwashiorkor
Kondisi kekurangan gizi selanjutnya, yaitu merupaka gabungan dari marasmus dan kwashiorkor.
Kekurangan gizi ini terjadi lantaran kebutuhan kebutuhan asupan kalori dan protein kurang.
Kondisi ini ditandai dengan perpaduan gejala marasmus dan kwashiorkor.
4. Stunting

Stunting adalah masalah gizi pada anak yang disebakan oleh kurangnya asupan gizi.
Kondisi ini mengakibatkan anak memiliki tinggi badan tidak sesuai dengan usianya atau cenderung memiliki perawakan yang pendek.
5. Failure to Thrive (gagal tumbuh)
Anak tidak dapat tumbuh dan berkembang sesuai usianya.
Kondisi ini terjadi karena berbagai hal, salah satunya yaitu kekurangan zat gizi khusus.
6. Obesitas
Istilah obesitas merujuk pada pengertian anak yang mengalami berat badan yang berlebih.
Kondisi ini terjadi akibat anak terlalu banyak mengonsumsi makanan serta makan-makanan yang kurang sehat.
Obesitas ini akan menyebabkan risiko jangka panjang.
Salah satunya yaitu anak akan mudah mengalami penyakit degeneratif pada usia produktif.
"Karena dengan obesitas, maka penyakit degeneratif yang seharusnya muncul di usia 50 an."
"Maka mungkin di usia 20 atau 30 an sudah muncul penyakit degeneratif itu," ujar Tri.
Baca juga: Simak Pedoman WHO untuk Kurangi Risiko Demensia, Diprediksi Meningkat 3 Kali Lipat dalam 30 Tahun
Baca juga: Anak Usia Sekolah Membutuhkan Makronutrien dan Mikronutrien, Dokter: Sumber Kalori yang Utama
Baca juga: dr. Tan Shot Yen Membagikan Strategi Agar Tubuh Tetap Sehat saat Memasuki Usia 40 Tahun
Penjelasan dr. Tri Agustina, M.Gizi ini dikutip dari tayangan YouTube Tribun Health, Sabtu (26/6/2021).
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)