TRIBUNHEALTH.COM - Sering terbangun di tengah malam mungkin termasuk mengalami insomnia.
Umumnya insomnia hanya berlangsung selama beberapa hari saja bahkan hingga 2 sampai 3 minggu.
Pada kasus kronis insomnia bisa menjadi lebih lama lagi.
Pandemi yang berlangsung mengubah aktivitas, salah satunya istirahat dimalam hari menjadi lebih sulit bagi banyak orang.
Lonjakan itu menyebabkan kasus insomnia menjadi lebih banyak.
Baca juga: Bagaimana Cara Orangtua Mengetahui bahwa Anak Mengalami Gejala Mata Malas Dok?
Insoamnia adalah gangguan mutu tidur.
Gejala insomnia yakni:
- Sulit tidur
- Mudah terbangun saat tertidur dan mengalami kesulitan untuk tidur kembali
- Mudah tidur, namun bangun terlalu dini
- Tidak mencapai fase tidur nyenyak
Baca juga: Menurunnya Penglihatan yang Diakibatkan oleh Mata Malas: Amblyopia
Akibat dari insomnia, saat bangun tidur badan akan terasa lelah dan mengantuk.
Konsekuensinya, sat beraktifitas dari pagi hingga siang akan mudah mengantuk dan mudah marah.
Apabila insomnia berlangsung dalam jangka panjang, maka akan menimbulkan dampak penyakit degeneratif seperti jantung dan stroke.
Orang dewasa membutuhkan waktu tidur 7 hingga 9 jam setiap malam.
Baca juga: Kondisi Ini yang Membuat Bleaching Gigi Tidak Boleh Dilakukan, Simak Penjelasan Dokter Gigi
Kurangnya waktu tidur akan berdampak serius pada kesehatan.
Dampak kurang ridur:
- Melemahnya sistem kekebalan tubuh
- Naiknya berat badan
- Meningkatnya resiko diabetes
- Kesehatan mental terganggu
Baca juga: Apakah Kekerasan pada Anak Menyebabkan Rasa Kurang Percaya Diri? Begini Tanggapan Psikolog
Gangguan tidur atau insomnia ini bisa dialami oleh siapa saja.
Untuk mengatasi insomnia, dievaluasi terlebih dulu apa penyebabnya dan diminta untuk tidur lebih dulu.
Pada prinsipnya akan diatur jadwal tidur.
Ini disampaikan pada channel YouTube KompasTV, bersama dengan Dr. Andreas Prasadja, Dokter praktisi kesehatan tidur. Kamis (10/6/2021)
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)