TRIBUNHEALTH.COM - Maraknya game di era digital ini membuat anak-anak banyak mengenal berbagai jenis game.
Anak-anak yang sudah mengenal gadget atau gawai sudah pasti akan mengenal game pula.
Pasalnya berbagai jenis game membuat anak tertarik untuk memainkannya.
Namun, sebenarnya tidak semua game boleh dimainkan oleh anak, terlebih lagi game yang mengandung kekerasan.
Lalu, bagaimana jika anak lebih tertarik bermain game yang mengandung kekerasan?
Dilansir TribunHealth.com, dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk, Psikolog Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi. menjelaskan tentang anak yang lebih suka game kekerasan.
Baca juga: Tanda-tanda Anak Kecanduan Game atau Gaming Disorder Menurut Psikiater
Baca juga: Kenali Gangguan Kejiwaan yang Diakibatkan oleh Gadget dan Game

Adib menjelaskan bahwa game yang mengandung kekerasan bisa saja dicontoh oleh anak.
"Kalau anak sering melihat game kekerasan, yang terjadi adalah anak empatinya akan berkurang," jelas Adib.
"Apalagi game-game yang mengandung kekerasan, contohnya game membunuh," lanjutnya.
Anak-anak yang sering memainkan game kekerasan nantinya kata-katanya menjadi kasar dan menyebabkan empatinya berkurang.
Adib menyarankan sebaiknya game yang diberikan kepada anak dicarikan atau diberikan game yang mengandung nilai positif.
Game yang positif misalnya game yang mengandung edukatif.
Game yang edukatif misalnya game berhitung, game membaca atau game-game lain yang memang tidak ada unsur kekerasannya.
Baca juga: Psikolog Jelaskan Ciri-ciri dan Dampak pada Anak yang Ketergantungan Gawai atau Gadget

Adib mengungkapkan ketika anak lebih memilih game kekerasan dibandingkan dengan game yang edukatif sebaiknya orang tua sebisa mungkin meluangkan waktu untuk mengawasi anaknya.
Hal ini diharapkan supaya anak bisa mengurangi game yang mengandung kekerasan dan beralih pada game yang positif.
"Anak yang bermain game harus dikenalkan dengan game yang positif dan game yang negatif," jelas Adib.
"Jika anak tidak dikenalkan maka anak akan mencari sendiri dan memilih sendiri game yang ingin dimainkannya," lanjutnya.
"Memang game yang negatif terkadang lebih menarik, karena suaranya lebih keras, musiknya lebih keras, dan tampilannya lebih menarik," lanjut Adib menjelaskan.
"Sehingga karena hal ini anak-anak lebih tertarik dengan game yang tampilannya menarik."
Orang tua harus pintar dalam menemani dan memilihkan game untuk anak, supaya anak memilih game yang tepat.
Baca juga: Psikolog Anak Memberikan Tips untuk Mengatasi Kecanduan Gawai atau Gadget pada Anak

Tidak hanya game saja, orang tua juga harus mengedukasi anak untuk memilih tontonan yang positif dan tidak mengandung unsur kekerasan.
Peran orang tua dalam mendampingi anak adalah suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam tumbuh kembang anak.
Hal ini supaya anak menjadi suatu yang diharapkan oleh orang tuanya.
"Kondisi ini harus dimulai dari dini, orang tua harus meluangkan waktu untuk anaknya apalagi di masa pandemi ini," ungkap Adib.
"Karena sekolah juga dilakukan dari rumah, maka orang tua harus dua kali lipat dalam memperhatikan dan mengasuh anak," lanjutnya.
Penjelasan ini disampaikan oleh Psikolog Adib Setiawan, S.si., M.Psi. dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk pada 2 Juni 2021.
Baca juga: Dampak Fisik hingga Sosial Bisa Terjadi pada Anak yang Kecanduan Gadget, Berikut Penjelasan Psikolog
Baca juga: Bagaimana Orangtua Mendeteksi bahwa Anak Mengalami Gangguan Gadget atau Masalah Lain?
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunhealth.com/Irma Rahmasari)