TRIBUNHEALTH.COM - Meskipun kita tidak bisa memukul rata yang terjadi akibat pandemi virus corona yang mengakibatkan seseorang melakukan tindakan kriminal.
Biasanya orang-orang yang memilih tindakan-tindakan yang tidak konstruktif disebabkan karena ketidakmampuannya menyelesaikan persoalan.
Dilansir oleh Tribunhealth.com, penjelasan ini dijabarkan oleh Dosen Psikologi Universitas Airlangga, Ike Herdiana, M.Psi. dalam tayangan YouTube Tribunnews.com tentang pengendalian emosi selama pandemi.
Ketidakmampuannya menyelesaikan persoalan tersebut didorong oleh adanya tekanan-tekanan yang dialami.
Baca juga: Makanan yang Dikonsumsi Memengaruhi Perubahan Warna Gigi, Begini Kata Dokter Spesialis Gigi
Baca juga: Benarkah Warna Gigi Menguning Seiring Pertambahan Usia? Simak Penjelasan Dokter Gigi
Di dalam konteks pandemi ini tekanan yang dialami bisa saja berupa tekanan finansial.
Biasanya tekanan finansial yang sangat berat disebabkan karena misalnya ada pemberhentian pekerjaan,.
Kemudian yang kedua berkaitan dengan yang bersangkutan tidak bisa mencari pekerjaan pengganti untuk mengganti pekerjaan yang seharusnya dilakukan.

Adanya imbauan pemerintah untuk bekerja dari rumah membuat mobilitas seseorang terbatas.
Sehingga bukan tidak mungkin yang bersangkutan mengalami masalah finansial.
Disamping itu, ada orang-orang yang tetap produktif dan menyelesaikan permasalahan tersebut dengan baik.
Ada orang yang tetap kreatif kemudian mendapatkan atau menciptakan lapangan pekerjaan sendiri yang bisa dilakukan dari rumah.
Kemudian orang tersebut tidak terlalu terpengaruh dengan kehidupan finansialnya.
Namun ada juga orang-orang yang semakin terpuruk.
Baca juga: Dokter Jelaskan Retarded Ejaculation, Kondisi Tidak Bisa Ejakulasi secara Normal
Baca juga: Penyebab Retarded Ejaculation Multifaktor, Begini Penjelasan dr. Binsar Martin Sinaga, FIAS
Ia tidak mampu menyelesaikan persoalan terkait dengan tekanan finansial tersebut.
Orang-orang seperti inilah yang bisa mengarah atau mendorong dirinya melakukan tindakan-tindakan yang kurang konstruktif.
Sehingga dikaitkan dengan adanya tindakan kriminalitas yang tinggi di masa pandemi.
Psikolog mengimbau untuk tetap tenang.
Memang masalah datang menghampiri kita.
Maka dari itu kita coba tenang dan mengendalikan pikiran.
Kita lihat bahwa situasi seperti ini tidak hanya dialami oleh kita sendiri.
Tapi banyak juga orang-orang yang mengalami.
Kemudian fokus pada apa yang ingin dilakukan saat ini.
Jangan fokus terhadap keterpurukan.
Apalagi sampai menyalahkan orang atau pihak-pihak lain.
Kita semua tahu bahwa masalah pandemi sangat kompleks.

Kita tidak hanya bisa melihat sebab akibat dari satu hal.
Sehingga diimbau untuk fokus terhadap diri sendiri, fokus dengan apa yang akan dilakukan, jangan fokus terhadap keterpurukan.
Jangan menarik atau mengurung diri.
Jangan merasa minder dan merasa permasalahan yang ada adalah akhir dari dunia.
Karena kondisi tersebut dapat mengarah ke depresi.
Harus mengembangkan optimisme bahwa kita bisa melalui semua ini.
Jangan sampai putus hubungan dengan orang lain.
Harus terus membangun dan mencari dukungan dari keluarga.
Mengajak keluarga untuk sama-sama berpikir apa yang bisa dilakukan ke depan.
Membuat strategi terkait apa yang bisa dilakukan.
Terkoneksi dengan orang lain adalah hal yang terpenting.
Baca juga: Dok, Apakah Benar Makanan yang Dikonsumsi Anak Dapat Mempengaruhi Masa Pubertasnya?
Baca juga: Wamenkes Ungkap Dua Penyebab Kenaikan Kasus Covid-19 Pasca-Lebaran
Sehingga tetap bisa mendorong untuk selalu produktif di rumah.
Jika kita sudah bisa menyelesaikan sesuatu yang menghasilkan dan memiliki dampak ekonomis, sekecil apapun itu harus diapresiasi.
Fokus terhadap pengembangan diri dan apa yang dilakukan meskipun hal tersebut sederhana.
Salah satu pembelajaran yang dapat diambil dari pandemi ini yakni ternyata keluarga adalah tempat kita mengharapkan untuk selalu ada.
Apapun kesulitan yang dihadapi karena pandemi, keluarga sekarang memgang peranan yang sangat penting sebagai support system untuk bangkit.
Penjelasan Dosen Psikologi Universitas Airlangga, Ike Herdiana, M.Psi. dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribunnews.com edisi 16 Juli 2020.
(Tribunhealth.com/Dhiyanti)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.