TRIBUNHEALTH.COM - Pada saat memasuki bulan Ramadhan, pola makan tentu berubah.
Seperti makan hanya dua kali sehari saja.
Yaitu pada saat berbuka dan sahur.
Namun seringkali, kebiasaan tersebut terbawa setelah bulan puasa usai.
Baca juga: Jelang Lebaran, Berikut Tips Bikin Opor dan Makanan Bersantan Lain yang Aman untuk Kesehatan
Baca juga: Tak Harus Kue Kering, Berikut Ini Makanan Tradisional yang Bisa Dijadikan Sajian Lebaran
Baca juga: Sajian Aman Lebaran: Sering Dianggap Penyebab Kolesterol, Santan Rupanya Memiliki Keunggulan Ini
Bagaimana pandangan ahli gizi mengenai hal tersebut?
Dikutip TribunHealth.com dari tayangan YouTube Tribun Health, Dokter Ahli Gizi komunitas mengungkapkan tidak setuju terhadap pola makan saat puasa yang terbawa hingga setelah lebaran.
Pasalnya tubuh manusia membutuhkan kestabilan gula.
"Saya tidak setuju."
"Karena tubuh manusia membutuhkan kestabilan gula," ujar Tan.

Kestabilan gula merupakan suatu keadaan yang konstan pada gula darah.
Ketika tubuh harus bekerja, seperti pada saat pagi hari tubuh memerlukan asupan makanan.
"Itu yang disebut dengan masa Anda mempunyai ketahanan kerja dan fokus mental yang baik," tandas Tan.
Sehingga Tan menambahkan, bahwa sarapan pada saat pagi hari itu penting dilakukan.

"Jadi makan bukan hanya dua kali sehari saja."
"Karena orang puasa saja, sarapannya diganti pada saat sahur," sambungnya.
Baca juga: Pasca Lebaran, Kemenkes Imbau Pemda Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19
Baca juga: Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19 Pasca Lebaran, Pemerintah Tambah Kapasitas Tempat Tidur RS
Baca juga: Dokter, Bagaimana Cara Penderita Diabetes Menjaga Kesehatan saat Lebaran?
Penjelasan ini dikutip dari tayangan YouTube Tribun Health, Senin (17/5/2021).
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)