TRIBUNHEALTH.COM - Bau mulut menjadi masalah yang kerap dialami banyak orang.
Meski sepele, masalah ini bisa bikin orang tidak percaya diri.
Terkait hal ini, drg R. Ngt. Anastasia Ririen angkat bicara.
Menurut drg Ririen, bau mulut atau yang dikenal di dunia medis sebagai halitosis memiliki beberapa jenis.
Yang pertama adalah genuine halitosis.
"Kemudian ada juga yang sebutannya pseudohalitosis."
"Ada lagi ketika seseorang lebih dikuasai oleh psikologisnya. Jadi sebutannya adalah fobia halitosis," jelasnya.
Jadi, ketika pasien mengeluhkan bau mulut, dokter akan menentukan apakah itu benar-benar halitosis atau sekadar fobia.
Baca juga: Muncul Rasa Mengganjal setelah Penambalan Gigi? Dokter Gigi Jelaskan Akibatnya Bisa Serius
Baca juga: Berikut Hal-hal yang Perlu Diketahui dari Karang Gigi, Dari Penyebab hingga Cara Mengatasinya

Pasalnya memang ada orang yang mengeluhkan punya bau mulut yang mengganggu.
Padahal ketika dilakukan pengecekan medis tidak ada masalah apa pun.
"Jadi tergantung penyebabnya apa," tandas drg Anastasia.
Untuk genuine halitosis sendiri, ada yang bersifat fisiologis dan ada yang bersifat patologis.
"Kalau yang pseudo, itu biasanya bagi mereka yang sudah dirawat, tapi tetap merasa ada sesuatu yang mengganggu," jelasnya.
Halitosis yang bersifat fisiologis, biasa terjadi ketika bangun tidur, di mana bau mulut terasa tidak sedap.
Kondisi ini lumrah dialami.
Baca juga: Bruxism Bisa Disebabkan oleh Masalah Psikologis, Simak Tips Dokter Gigi untuk Mengatasinya
Baca juga: Mengenal Bruxism, Kebiasaan Menggertakkan Gigi saat Tidur yang Ternyata Berbahaya

Penyebabnya bisa karena beberapa hal, seperti mulut kering, atau mulut yang tertutup lama selama tidur.
"Jadi kalau faktor yang sifatnya sementara itu dihilangkan, akan langsung pulih."
"Bisa dengan berkumur, sikat gigi, mengerok lidah, langsung bere," kata drg Anastasia.
Yang menjadi PR adalah bau mulut yang bersifat patologis.
Artinya memang ada gangguan di dalam mulut pasien.
Halitosis yang bersifat patologis bisa disebabkan karena masalah pada mulut atau dari luar.
"(Masalah dari luar) maksudnya adalah penyakit sistemik."

Baca juga: Ini Fakta Mengenai Gigi Sensitif yang Perlu Diketahui
Baca juga: Menggertakkan Gigi Saat Tidur Sangat Berbahaya, Persendian Rahang Sampai Bisa Terlepas
"Misalnya bagi mereka yang diabetes, biasanya ada bau aseton."
Selain itu, drg Anastasia mencontohkan beberapa penyakit lain yang bisa menimbulkan bau mulut seperti gangguan ginjal, paru-paru, hingga asam lambung.
Sementara halitosis yang terjadi karena masalah mulut, biasanya karena ada masalah pada jaringan lunak gigi, jaringan pendukung gigi, langit-langit, atau yang lain.
"Kalau ada anomali atau gangguan pada area tersebut, juga bisa menyebabkan aroma tidak sedap tersebut," katanya.
Lalu dari mana munculnya aroma tersebut?
"Bau halitosis itu kan ada unsur sulfur ya?"
Baca juga: Dua Penyebab Ibu Hamil Kerap Merasakan Gigi Sensitif, Bisa Gara-gara Faktor Hormonal dan Kebersihan
Baca juga: Ini Tips yang Harus Diperhatikan saat Datang ke Dokter Gigi Selama Pandemi
Unsur tersebut terkait dengan bakteri gram negatif, yang membutuhkan protein untuk beraktivitas.
Jika sebabnya memang karena hal itu, drg Anastasia menyebut akan dilakukan pembersihan pada area mulut yang memiliki tumpukan protein.
"Dimana itu? Permukaan lidah atau dorsal, dari pangkal lidah sampai depan," tandasnya.
Bentuk permukaan lidah yang terdiri atas tentakel-tentakel kecil, memungkinkan sisa makanna terperangkap di sana.
"Materi proteinnya akan diubah bakteri gram negatif tadi menjadi gangguan halitosis."
Selain itu, bakteri tersebut juga bisa bersembunyi di area-area gusi atau lubang gigi yang sulit dijangkau.
*Baca artikel lain seputar kesehatan gigi dan mulut di sini.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)