Breaking News:

Soal Pecandu Rokok yang Makin Tinggi di Indonesia, Dokter: Ini Sudah Tidak Berkaitan dengan Medis

Dokter menjelaskan kebiasaan pecandu rokok yang makin meningkat di Indonesia tidak berhubungan dengan medis.

Penulis: Ranum Kumala Dewi | Editor: Abdul Haerah HR
Pixabay
Ilustrasi rokok-Penjelasna dokter ahli mengenai perilaku pecandu rokok yang tidak bisa dikaitkan dengan medis. 

TRIBUNHEALTH.COM - Bahaya merokok bagi kesehatan tubuh tidak perlu diragukan lagi.

Berbagai penyakit berbahaya dapat disebabkan oleh kebiasaan buruk ini.

Tak hanya perokok aktif, rokok juga berbahaya bagi siapapun yang menghirup asapnya.

Perlu diketahui bahwa penduduk usia muda di Indonesia, semakin banyak yang mengomsumi rokok.

Baca juga: Tegaskan Tubuh Manusia Tak Butuh Rokok, Dokter: Itu Kecanduannya yang Manggil

Baca juga: Ini Bahaya bagi Orang yang Berbadan Terlalu Kurus

Bahkan di Asia Tenggara, jumlah perokok usia muda yang paling tinggi berasal dari Indonesia.

Terkait hal tersebut, dr Tan Shot Yen menjelaskan bahwa penyebab kebiasaan tersebut tidak berkaitan dengan medis.

"Hal ini sudah tidak berkaitan dengan medis, melainkan komunikasi perubahan perilaku."

"Jadi ini ranahnya komunitas, ilmu kesehatan masyarakat," jelasnya dikutip dari tayangan YouTube Tribunnews.com dalam program Malam Minggu Sehat, Sabtu (20/3/2021).

Lebih lanjut, dokter ahli gizi komunitas ini menyayangkan terkait maraknya iklan rokok yang beredar di Indonesia.

"Betapa liarnya iklan yang ada di tanah air itu. sampai mencantumkan iklan per batang, menurut saya itu sudah tidak sopan sama sekali," ungkapnya.

2 dari 4 halaman

Terkait keprihatinannya tersbeut, menurut Tan, masih banyak perokok yang tidak peduli dengan kesehatan dirinya dan orang lain.

Bahkan justru mengaitkan, nasib para petani tembakau yang akan berdampak bila tidak ada rokok di indonesia.

Tan menyatakan, bila Indonesia menghentikan produksi rokok, itu tidak akan merugikan nasib para petani tembakau.

Pasalnya, Indonesia tetap membutuhkan tembakau untuk pestisida organik.

"Tembakau itu diciptakan bukan untuk mematikan orang tapi untuk mematikan hama," imbuhnya.

Baca juga: Mengenal Third-Hand Smoke, Residu Rokok yang 20 Kali Lebih Berbahaya pada Bayi

Baca juga: Di Balik Fenomena Mukbang yang Perlu Diketahui, Ini Penjelasan Dokter Gizi

Berdasarkan informasi yang dirilis oleh WHO, bahwa satu-satunya produk yang membuat separuh konsumennya meninggal, adalah berasal dari rokok.

Data itu menandakan bahwa masyarakat sudah masuk dalam ranah kecanduan.

Perlu diketahui bahwa bahaya merokok bukan hanya pada si perokoknya, melainkan juga mengancam si perokok pasif.

Yaitu orang-orang yang tidak merokok namun turut menghirup asap rokok tersebut, yang dinamakan dengan secondhand smokers.

Bahkan resiko yang ditimbulkan lebih banyak berbahaya pada si perokok pasif tersebut daripada perokok aktif.

Ilustrasi rokok
Ilustrasi rokok (Pixabay)
3 dari 4 halaman

Partikel Asap Rokok

Banyak masyarakat yang menganggap, bila merokok di halaman rumah itu dapat mengurangi bahaya asap rokok yang terkena pada perokok pasif.

Padahal, oksigen tersebut didapat berasal dari tanaman yang berada di halaman rumah.

Begitu pula, bila merokok pada kamar mandi. Partikel asap rokok itu akan bisa masuk melalui celah mana saja.

"Karena yang kita takutkan adalah salah satunya, gas karbon monoksida (C0),"

"Gas CO itu tidak berbau, tidak berwujud, tidak berasa."

"Tapi dia bisa masuk kemanapun, termasuk kamar tidur anakmu. Jadi selama oksigen bisa masuk, gas CO juga bisa masuk," Sambung Tan.

Baca juga: Ini Fakta Mengenai Gigi Sensitif yang Perlu Diketahui

Baca juga: Simak, Berikut Ini Berbagai Penyakit Akibat Menderita Diabetes

Pada tubuh manusia, terdapat sel darah merah yang memiliki kandungan hemoglobin.

Fungsi hempglobin adalah mengikat oksigen.

Namun bila hemoglobin tersebut terlanjur tertempel dengan kandungan gas CO, maka kekuatan menempelnya ini 20 kali lipat dibandingkan oksigen.

4 dari 4 halaman

(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)

Selanjutnya
Tags:
pecandu rokokpenjelasan dokterkonsultasi dokter
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved