TRIBUNHEALTH.COM - Selama ini perokok pasif yang dikenal hanyalah second-hand smoke, yakni orang yang tak merokok namun turut menghisap asapnya.
Namun, ternyata tidak hanya itu saja.
Dokter filsuf ahli gizi komunitas, dr Tan Shot Yen mengungkapkan ada yang namanya Third-Hand Smoke (THS) alias perokok ketiga.
Perokok ketiga adalah orang yang tidak ikut menghirup asap rokok, tetapi tetap menjadi korban.
"Misanya Mas Alvin rokok, saya sekretarisnya. Pulang bawa bau rokok, sampai rumah nimang bayi saya. Itu bayi kena loh. Karena resido rokoknya itu bisa nempel di pakaian, di meja, di kursi," ilustrasi dr Tan dalam program Malam Minggu Sehat Tribunnews, yang tayang live pada Sabtu (20/3/2021).
Baca juga: Setiap Bayi Punya Kebutuhan MPASI Berbeda, Dokter Tekankan Pentingnya Konsultasi dengan Profesional
Baca juga: Sudah Diberikan MPASI, Sampai Usia Berapa Bayi Masih Perlu ASI? Simak Jawaban Dokter Berikut Ini

Zat-zat yang tertinggal itu masih sangat berbahaya.
Bahkan residu rokok masih bisa bertahan di rumah yang telah dikosongkan selama dua bulan, ungkap dr Tan.
Sebagai informasi, dalam satu batang rokok terdapat 599 racun perusak tubuh.
Sementara dalam residu rokok yang tertinggal di permukaan benda, masih menyisakan setidaknya 11 zat yang bersifat karsinogen.
Artinya, zat tersebut berpotensi menyebabkan kanker.
Tak hanya itu, residu rokok juga memicu kerusakan liver, paru-paru, gangguan pernapasan, dan perilaku hiperaktif pada anak yang tinggal di lingkungan perokok ketiga.
Dampak paparan THS bagi bayi 20 kali lebih berat dibanding orang dewasa.
Second-hand Smoke

Baca juga: Tegaskan Tubuh Manusia Tak Butuh Rokok, Dokter: Itu Kecanduannya yang Manggil
Baca juga: Berisiko, Bagaimana Caranya Agar Penderita Diabetes Tak Alami Gangguan Ereksi?
Selain THS, perokok pasif lain dikenal dengan second-hand Smoke adalah mereka yang terpapar asap rokok.
"Misalnya mas merokok, saya sekretarisnya. Tiap hari saya pulang bau rokok dong, gitu ya. Saya punya resiko juga. Saya bahkan bisa jadi lebih kali lipat daripada Anda."
"Jadi bayangin yang rokoknya sendiri udah kebal, tapi dia itu membuat orang yang mencium asap rokoknya mati," tandasnya.
"Biasanya ada yang ngelawan gini 'gue ngerokoknya di luar, di halaman, di kebun',"contoh dr Tan.
Terkait hal ini, dia menegaskan partikel rokok tetap bisa beredar.
"Sebentar. Oksigen diciptakan di mana? Oksigen juga berasal dari tanaman yang ada di kebun, ada di luar kan."

"Tapi kalau kita ada di lubang WC, tertutup rapat, oksigen tetap bisa masuk kan?"
"Jadi artinya anda mau rokok di mana pun, partikel asap rokok tetap bisa masuk kemana pun anda pergi, tandasnya.
Salah satu zat yang berbahaya dalam asap rokok adalah gas CO.
Gas tersebut tidak berbau, tidak berwujud, dan tidak berasa.
"Tapi dia bisa ke mana pun termasuk kamar anakmu. Selama oksigen bisa masuk, gas CO juga bisa masuk," tegas dr Tan.
Apa lagi daya lekat gas CO di hemoglobin lebih kuat dibandingkan oksigen.
"Jadi bayangkan, istrinya hamil. Jadi kasus anak-anak lahir dengan berat badan rendah, anak-anak lahir prematur, lalu kemudian cacat dalam kandungan, itu bisa melihat semua ada koneksinya."
Lebih parah lagi apa bila gas CO terhirup oleh bayi.
"Kebanyakan kalau bayinya mempunyai saturasi oksigen yang sangat rendah dan itu akan menjadi masalah, karena bayi ini sedang tumbuh kembang. Otaknya butuh oksigen, badannya butuh oksigen, sel darahnya butuh oksigen."
"Jadi hambatan tumbuh kembang, itu bener banget karena pengaruh ada orang lain yang merokok," kata dr Tan.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)