Beberapa penelitian telah menemukan bahwa beras ragi merah dapat membantu mengobati beberapa faktor risiko ini dan dapat digunakan sebagai pengobatan alami untuk membantu pencegahannya.
Salah satu efeknya yang paling terdokumentasi dengan baik adalah kemampuannya untuk menurunkan kolesterol.
Baca juga: Tempe dan 3 Makanan Berikut Baik untuk Penderita Tekanan Darah Tinggi
Dapat mengurangi peradangan
Peradangan adalah respons kekebalan normal yang dirancang untuk melindungi tubuh dari infeksi akut dan penyerbu asing.
Namun, peradangan berkelanjutan dianggap berkontribusi pada kondisi kronis seperti diabetes, kanker, dan penyakit jantung.
Studi menunjukkan bahwa mengonsumsi beras ragi merah dapat membantu mengurangi peradangan dan meningkatkan kesehatan yang lebih baik dalam jangka panjang.
Misalnya, sebuah penelitian pada 50 orang dengan sindrom metabolik menunjukkan bahwa mengonsumsi suplemen yang mengandung beras ragi merah dan ekstrak zaitun selama 8 minggu mengurangi tingkat stres oksidatif.
Sebagai informasi, stres oksidatif merupakan penyebab utama peradangan kronis, hingga 20 persen.
Demikian pula, satu penelitian menemukan bahwa memberikan ekstrak ragi merah pada tikus dengan kerusakan ginjal mengurangi kadar protein spesifik yang terlibat dalam peradangan dalam tubuh.
Baca juga: 4 Buah Berikut Cocok untuk Radang Sendi karena Tinggi Potasium, Salah Satunya Buah Pisang
Mungkin memiliki sifat antikanker
Meskipun penelitian saat ini terbatas pada hewan dan penelitian tabung, beberapa bukti menunjukkan bahwa beras ragi merah dapat membantu mengurangi pertumbuhan dan penyebaran sel kanker.
Satu studi menemukan bahwa memberi tikus yang mengalami kanker prostat dengan bubuk beras ragi merah secara signifikan menurunkan volume tumor dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi efek beras ragi merah pada jenis kanker lain pada manusia.
Secara khusus, penelitian lebih lanjut harus dilakukan untuk menentukan bagaimana potensi efek antikanker dari beras ragi merah dapat mempengaruhi populasi umum.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)
Baca tanpa iklan