5 Penyebab Sakit Perut pada Anak: Sembelit, Diare, hingga Faktor Kesehatan Mental

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Melia Istighfaroh
Ilustrasi sakit perut pada anak akibat diare

Akhirnya, sfingter anal melemah di sekitar tinja yang mengeras, memungkinkan tinja yang lebih lunak bocor keluar, meninggalkan tanda feses pada pakaian dalam.

Baca juga: Kopi Bisa Mengatasi Sembelit, namun Orang dengan Kondisi Tertentu Perlu Berhati-hati

Orang tua mungkin mengira anak mengalami diare tetapi sebenarnya ini adalah bentuk sembelit yang lebih ekstrim.

“Encopresis dapat terjadi pada semua usia, tetapi paling sering terjadi pada anak usia sekolah,” kata Dr. Hobson-Rohrer. "Ini adalah kondisi medis, dan Anda tidak ingin menghukum anak, karena mereka tidak dapat mengontrol apa yang terjadi."

Meskipun menjengkelkan, encopresis dapat diobati, tetapi perlu beberapa bulan untuk melatih kembali sfingter anal dan usus agar berfungsi dengan baik lagi.

Diare

ilustrasi anak yang mengalami diare (lifestyle.kompas.com)

Jika anak tiba-tiba buang air besar encer tiga kali atau lebih dalam sehari, mereka mengalami diare.

Diare biasanya berlangsung paling lama beberapa hari, tetapi jika bertahan lebih lama, dapat menyebabkan dehidrasi parah.

Ini juga bisa menandakan infeksi atau masalah kesehatan yang lebih serius.

Baca juga: Nafsu Makan dan Minum Bisa Turun Akibat Gingivostomatitis, Jadi Berisiko Dehidrasi

Bayi, balita, dan anak kecil sebaiknya dibawa ke dokter jika mengalami gejala seperti:

  • Diare yang berlangsung lebih dari dua hari
  • Diare disertai demam 102 derajat F atau lebih tinggi
  • Sakit perut parah
  • Tinja berdarah atau tinja yang berwarna hitam dan lembek atau mengandung nanah
  • Diare disertai sering muntah.
  • Tanda-tanda dehidrasi

Baca juga: 12 Manfaat Sirih untuk Kesehatan, Bangkitkan Gairah Seksual hingga Sembuhkan Sembelit

Diare dapat disebabkan oleh infeksi bakteri dan virus, intoleransi makanan, reaksi terhadap obat-obatan, penyakit usus, atau parasit yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau air, seperti Cryptosporidium, yang ditemukan di kolam renang umum.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), Cryptosporidium adalah penyebab utama wabah diare yang terkait dengan air.

Kecemasan

ilustrasi diare pada anak (kompas.com)

Stres dan kecemasan bisa menjadi alasan lain mengapa anak-anak mungkin mengalami sakit perut.

Sistem saraf enterik, kadang-kadang disebut "otak kedua", terletak di usus dan membantu mengatur fungsi gastrointestinal.

Ini juga berkomunikasi dengan sistem saraf pusat melalui apa yang dikenal sebagai sumbu usus-otak, tautan di mana otak dapat mempengaruhi usus dan sebaliknya.

Ketika suatu situasi cukup membuat stres untuk memicu respons fight-or-flight, misalnya, pencernaan melambat.

Baca juga: Depresi dan Kecemasan Picu Kelalahan Berkepanjangan, Ini Bedanya dengan Lelah Biasa

Bahkan stres yang tidak terlalu parah juga dapat mengganggu sistem pencernaan sehingga menimbulkan rasa sakit.

Bukti yang muncul, seperti hasil penelitian yang diterbitkan di General Psychiatry pada 2019, menunjukkan bahwa mikrobioma usus – bakteri, virus, dan jamur yang hidup di sistem pencernaan – dapat memengaruhi kesehatan mental melalui sumbu usus-otak.

“Hubungan otak-perut itu nyata,” kata Wendy Hobson-Rohrer, MD, seorang profesor pediatri di University of Utah Health di Salt Lake City.

Baca juga: Postpartum Depression Bisa Terjadi pada Pria, Dapat Disebabkan Faktor Hormonal hingga Kecemasan

“Kecemasan dapat menyebabkan anak-anak mengalami sakit perut ketika tidak ada yang salah dengan sistem pencernaan mereka.”

Kompres hangat atau bantal pemanas dapat meredakan sakit perut yang disebabkan oleh gangguan pencernaan.

Teh chamomile atau teh mint hangat (tidak panas) dapat menenangkan anak dan membantu melancarkan proses pencernaan.

(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)