TRIBUNHEALTH.COM - Delirium atau gangguan kesadaran ini bukan merupakan suatu gejala baru dan sudah lama.
Akan tetapi memang tidak menonjol.
Yang menonjol selama ini kan deman dan gangguan respirasi seperti batuk dan sesak.
Kondisi ini dapat terjadi karena 2 hal.
Baca juga: Tanaman Herbal Dapat Meningkatkan Imunitas, Simak Penjelasannya
Baca juga: Berpuasa Dapat Meminimalisir Aktivitas Merokok, Sehingga Dapat Mengurangi Efek Sampingnya
Yang pertama, virus ini menimbulkan kerusakan di paru.
Sehingga terjadi kekurangan oksigen karena pertukaran udara juga terganggu.
Sehingga darah yang beredar di dalam tubuh adalah darah yang kekurangan oksigen.
Darah yang kekurangan oksigen ini terus dipompakan oleh jantung keseluruh tubuh.
Sehingga organ-organ di dalam tubuh juga kekurangan oksigen termasuk otak.
Jika otak kekurangan oksigen akan terjadi pelebaran pembuluh darah dan terjadi pembengkakan.
Kemudian terjadi kerusakan-kerusakan saraf.
Kondisi inilah yang menyebabkan pernurunan kesadaran.
Baca juga: Sudah Tahukah Anda, Mengonsumsi Gula Berlebih Dapat Mempercepat Penuaan Dini?
Baca juga: Kenali Gejala Hemofilia Agar Waspada Terhadap Kelainan Langka Pada Darah
Seperti kurangnya konsentrasi, lemah, mengantuk, mood swing, dan kurang aktifnya seseorang.
Dan ada satu mekanisme yakni virus dapat menyerang otak.
Virus penyebab COVID-19 tidak hanya menyerang paru tapi juga menyerang saluran respirasi dan saluran cerna serta organ lain termasuk otak.
Penyebab utama penyakit ini adalah kurangnya oksigen atau kadar darah.
Karena kerusakan neuron sehingga tidak ada sinyal kepada otak yang menyampaikan bahwa darah kekurangan oksigen.
Sehingga pasien tidak merasa sesak, tetapi merasa lemah.
Otopsi yang dilakukan oleh para ahli pada pasien yang meninggal menemukan bahwa terjadi kerusakan di otak kecil maupun otak besar.
Sedikit banyaknya kondisi ini ada hubungannya dengan hipoksemia, hipoksia, happy hypoxia, dan juga kelainan-kelainan sistem saraf pusat ini yang disebut delirium atau gangguan kesadaran.