TRIBUNHEALTH.COM - Apel termasuk buah yang kaya gizi dan manfaat.
Ini menjadi keunggulan mengingat buah apel juga merupakan buah yang mudah dijumpai di Indonesia.
Melansir situs kesehatan Health, apel mengandung vitamin C yang relatif tinggi, antioksidan yang membantu sistem kekebalan tubuh bekerja dengan baik untuk melawan penyakit.
Vitamin C membantu meningkatkan penyerapan zat besi dari makanan nabati dan diperlukan untuk produksi kolagen.
Buah ini juga kaya akan fitokimia, termasuk quercetin, katekin, asam klorogenat, dan epikatekin, yang semuanya memiliki sifat antioksidan yang kuat.
Semua kandungan bermanfaat ini membuat apel kaya akan khasiat, berikut ini rinciannya.

1. Mendukung Kesehatan Jantung
Apel, terutama yang masih ada kulitnya, merupakan sumber serat, polifenol, dan nutrisi lain yang kaya yang mendukung kesehatan jantung.
Beberapa penelitian telah mengaitkan apel dengan risiko penyakit jantung yang lebih rendah.
Satu ulasan menemukan bahwa mengonsumsi 100-150 gram (g) apel utuh setiap hari (sekitar satu apel kecil) dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit jantung dan faktor risiko seperti kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi.
Selain itu, konsumsi apel setiap hari dikaitkan dengan risiko kematian akibat stroke sebesar 27 persen lebih rendah dan risiko kematian akibat penyakit jantung sebesar 25%.
Baca juga: Moms Harus Hindari 9 Kebiasaan Ini agar Awet Muda, Bantu Cegah Munculnya Kerutan Halus pada Wajah
2. Meningkatkan Kesehatan Pencernaan
Apel merupakan sumber pektin yang baik, serat larut yang dapat melancarkan pencernaan.
Sebagai serat larut, pektin menyerap air dalam saluran pencernaan sehingga menghasilkan tinja yang lebih besar, lebih lunak, dan lebih mudah dikeluarkan.
Pektin juga dikenal sebagai prebiotik yang mendorong pertumbuhan dan aktivitas bakteri menguntungkan dalam usus.

3. Dapat Membantu Mengelola Berat Badan
Apel mengandung banyak air dan serat namun rendah kalori, yang dapat mendukung manajemen berat badan dengan membuat Anda kenyang dan mengurangi asupan kalori harian Anda.
Satu studi pada orang dewasa mengaitkan asupan buah dan sayuran kaya serat yang lebih tinggi dengan penurunan berat badan.
Peserta yang sering makan apel kehilangan berat badan rata-rata 1,24 pon selama empat tahun.
Ulasan lain menemukan bahwa konsumsi apel secara signifikan menurunkan indeks massa tubuh (BMI) . Namun, tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam berat badan.
Baca juga: Cara Terbaik Makan Apel, Baiknya Dikupas atau Dimakan dengan Kulitnya?
4. Dapat Mencegah Diabetes
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi dua porsi buah utuh, seperti apel, per hari memiliki risiko diabetes tipe 2 sebesar 36% lebih rendah daripada orang yang mengonsumsi kurang dari setengah porsi.
Satu ulasan menemukan bahwa apel dan pir dikaitkan dengan penurunan risiko diabetes tipe 2 yang signifikan sebesar 18%. Para peneliti menemukan bahwa satu porsi saja per minggu dapat mengurangi risiko hingga 3%.
Salah satu alasan potensial untuk hal ini mungkin adalah konsentrasi flavonoid, termasuk quercetin , dalam apel, yang dapat membantu menurunkan gula darah dan meningkatkan sensitivitas insulin.
Serat larut dalam apel juga dapat mencegah diabetes dengan memperlambat penyerapan karbohidrat, sehingga mencegah lonjakan gula darah.

5. Menurunkan Risiko Kanker
Apel kaya akan antioksidan , yang dapat menurunkan risiko kanker dengan menetralkan radikal bebas penyebab kanker.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa fitokimia dalam apel dapat membantu memperlambat pertumbuhan sel kanker dan mencegahnya berkembang biak.
Serat yang ditemukan dalam apel juga dapat membantu melindungi terhadap kanker kolorektal.
Temuan terbaru dari American Institute for Cancer Research menunjukkan bahwa untuk setiap peningkatan 10 gram serat makanan, ada penurunan 7?lam risiko kanker kolorektal.
6. Mendukung Kesehatan Otak
Antioksidan dalam buah-buahan dan sayur-sayuran dapat bermanfaat bagi fungsi kognitif, terutama pada orang dewasa yang lebih tua.
Penelitian telah menunjukkan bahwa quercetin dalam apel dapat membantu melindungi neuron di otak dari kerusakan oksidatif dan mencegah penyakit Alzheimer.
Namun, penelitian pada manusia diperlukan untuk menetapkan hubungan yang jelas.
(TribunHealth.com)